Angin bertiup lembut meniup dedaunan yang berguguran, beberapa daun terbang ke arah gadis berpakaian ungu yang terbaring malas di sebuah atap rumah. Dengan lembut sang angin membelai rambut gadis itu dan sang gadis dengan tenang menikmatinya sambil membolak-balik kertas kuning panjang di tangannya. "Ini sangat membosankan" ucapnya pelan.
"Kertas itu, apa benar dengan kertas itu kita bisa tahu apa yang terjadi pada mereka? (Tim Guntur)"
Laksmi dengan malas melirik Darma selaku yang mengajukan pertanyaan. "Kau bahkan tidak tahu apa ini?"
Mengangguk pelan Darma kemudian tersenyum dengan lebar. Laksmi benar-benar tidak paham dengan pemuda di depannya, ia merasa pemuda ini agak misterius tapi juga terlihat agak bodoh. Dilihat bagaimanapun ia terlihat seperti pemuda manja dari keluarga yang cukup berada, tapi kondisinya sangat aneh. 'Pemuda kaya mana yang akan bepergian sendirian?'
"Kau benar-benar tidak tahu?"
"Aku tidak tahu."
"Baiklah, karena aku sedang bosan akan kujelaskan." Lakmi lantas mengambil posisi duduk menghadap Darma. "Ini adalah kertas jimat, masing-masing memiliki tulisan yang berbeda dan juga fungsi yang berbeda. Yang satu ini adalah Jimat Pasangan, seperti namanya jimat ini ada dua dan seperti yang kau tahu jimat yang satu lagi dipegang oleh Guntur."
Memperhatikan dengan cermat Darma menatap kagum jimat didepannya. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya ia melihat kertas jimat, dari dulu ketika masih di kerajaannya ia banyak melihat benda ini dengan karakter tulisan dan gambar yang berbeda. Namun dulu ia pikir benda itu hanya pajangan saja dan tidak memiliki fungsi apa-apa. "Rupanya ada banyak jenisnya."
Laksmi tersenyum bangga, ia kini yakin kalau Darma memang tidak tau prihal jimat itu. "Benar, nah sampai dimana tadi? Ah jJimat Pasangan ini memiliki keunikan, fungsinya jika sesuatu terjadi pada jimat pasangannya maka jimat yang lainnya juga akan mendapatkan hal yang sama."
"Ah, itu sebabnya Guntur mengatakan akan merobek kertas jimat jika ia berhasil menangkap naga, membasahinya jika naganya kabur dan membakarnya jika naga tersebut akan menuju ke arah tempat ini."Darma mengambil kesimpulan.
"Kau cukup cerdas ternyata. Ya kurang lebih begitu."
"Betapa kertas yang mengagumkan."
Laksmi mendecak agak kesal. "Kau salah, bahan kertas ini memang khusus, namun pada dasarnya ini adalah kertas biasa. Yang mengagumkan adalah pembuatnya, mereka adalah para Pembuat Simbol. Para membuat simbol adalah yang menggambar karakter pada Jimat, tentu saja bukan hanya keahlian menggambar namun juga mereka harus memasukan energi tertentu dalam membuatnya. Jimat Pasangan ini sebenarnya salah satu yang dapat kau beli dengan mudah di pasaran, ada jimat-jimat lainnya yang sangat sulit di buat juga memiliki kemampuan tertentu yang amat langka."
Semakin merasa kagum Darma kini menyadari bahwa masih ada banyak pengetahuan yang tidak ia ketahui, tentang jimat ini mungkin hanya salah satunya. "Kakak sungguh hebat mengetahui banyak hal seperti ini, aku kini mengagumimu." Darma mengucapkannya sambil mengangkat kedua jempol.
Menatap malu, wajah Laksmi berubah merah di pipinya. "Anak ini . . . Berani menggoda yang lebih tua darimu?"
Tertawa dengan lepas Darma merasa cukup menyenangkan memiliki teman untuk mengobrol, tidak pernah sebelumnya ia benar-benar berbicara dengan bebas dengan seseorang. Dahulu di kerajaannya semua orang berbicara kepadanya dengan sopan dan formal, begitu juga sikapnya ketika berbicara dengan keluarganya, jika dipikir lagi rasanya sangat kaku dan tidak begitu menyenangkan. Namun terlepas dari itu semua tetap saja kerinduan sering kali datang.
Di atap rumah tidak jauh dari tempat mereka dua pasang mata menatap dengan penuh kecemburuan. "Dasar bocah itu, bisa-bisanya dia enak-enakan ngobrol dengan gadis cantik disaat genting seperti ini." Ucap salah satunya. "Benar, ini sangat menyebalkan untuk dilihat, awas saja kalau bocah ingusan itu dalam masalah nanti, tak sudi aku membantunya." Yang satunya lagi meng 'ia' kan.
Jika melihatnya secara kasatmata dan terlepas dari sikapnya yang kasar Laksmi sebenarnya adalah gadis yang cantik, memiliki tubuh ramping dan cukup tinggi. Ia datang ke desa Kuwat bukan karena kebetulan tapi karena memang memiliki sebuah tujuan.