Pagi itu masih sangat gelap, namun tim Guntur memutuskan untuk memulai perburuan. "Kesebelah sini! Jalan dengan perlahan, kita sudah dekat." Suara pendekar Angin Timur yang satu-satunya terdengar. Karena kemampuannya dalam melihat warna bau akhirnya pendekar yang lain mengijinkannya untuk memimpin jalan. Meski dengan wajah kesal Guntur mengikuti instruksi dengan baik begitu pula pendekar lainnya.
"Hei Cakar Sakti, apa kau mencium sesuatu?" Guntur berbisik pada pendekar berbaju loreng di sebalahnya.
Pendekar cakar sakti diam sejenak seolah mencoba mencium sesuatu, "Penciumanku mungkin tidak lebih tajam dari penglihatan pria tua di depan, tapi aku yakin kalau kita memang sudah dekat."
Pendekar Angin Timur yang mendengarkan pembicaraan keduanya tersenyum punuh kemenangan. 'Anak ingusan ingin terlihat hebat di depan pria tua penuh pengalaman.' Ia lalu memberi kode untuk berhenti. "Lihat kesana!" Sambil menunjuk sebuah Gua di balik semak-semak. "Naga itu bersembunyi di dalam."
"Apa itu sarangnya?" tanya salah seorang pendekar.
"Tidak, menurut perkiraanku gua itu semestinya tidak begitu dalam, dan aku tidak merasakan ada Naga lainnya, jadi kemungkinan Naga tersebut menumukan gua ini dan memutuskan untuk beristirahat di dalamnya." Jawab Pendekar Angin Timur.
"Jangan lupa dengan darah yang kita lihat sebelumya. Mungkin Naga itu sedang terluka hingga tidak bisa pergi jauh lalu memutuskan beristirahat didalam gua." Kali ini Pendekar Cakar sakti yang bicara.
Guntur menganggkuk namun lalu segera bicara. "Bagaimanapun jangan lengah, kita harus tetap melakukannya sesuai dengan rencana." Semua pendekar mengangguk setuju lalu mulai memasang jebakan.
Setelah semua persiapan selesai pendekar Angin Timur adalah yang pertama maju. Dengan kaki keriputnya ia masih dapat melalukan lompatan tangkas, pijakannya sangat mantap, gerakannya cepat tidak bersuara. Dalam beberapa detik saja ia telah masuk kedalam gua. Meski gelap namun ia masih dapat melihat bau Ular Naga itu dengan jelas, baunya terus mengarah kedalam. Semakin dekat ia melangkah penuh perhitungan sampai akhirnya begitu dekat hingga dapat melihat sosok samar didepannya. Hatinya priua tua itu berdegup dengan kencang, tidak pernah dalam mimpinya sekalipun ia melihat sosok ajaib itu.
Namun tidak boleh berlama-lama, sebelum Ular Naga itu sadar akan kehadirannya ia harus bergegas melakukan siasat. Sebuah jaring perak muncul ditangannya lalu seketika ia lemparkan ke arah sosok di depannya. Jaring itu seketika membesar bersiap untuk menelan sosok tersebut.
Ular Naga Hitam amat kelelahan, luka-luka ditubuhnya cukup banyak dan menyakitkan. Meski ia memiliki kemampuan untuk memulihkan diri tapi akan membutuhkan waktu yang cukup lama hingga akhirnya luka-luka itu tertutup. Saat ia baru saja merasa sedikit lega tiba-tiba ia merasakan perasaan bahaya, ini berbeda dari sebelumnya namun jelas sekali ada manusia yang mencoba mendekat dan berniat buruk padanya.
Manusia itu mendekat dengan sangat halus hampir tidak dapat terdeteksi, namun sang Naga dapat dengan jelas merasakannya. Manusia itu mengeluarkan sesuatu keperakan, menanamkan rasa bahaya baru baginya, ia tidak dapat lagi hanya pura-pura diam. Naga mengebaskan ekornya, menghalau jaring dengan cakar kakinya lantas meghindari jaring itu dengan amat gesit. Manusia itu terlihat kaget dan panik, ingin sekali sang naga mencakarnya dan menghancurkan pengganggu ini, namun ia tahu kalau manusia ini tidak sendirian, ia harus segera meninggalkan gua apapun yang terjadi.
Pendekar Angin Timur meniup peluit dengan dua jarinya memberikan tanda pada pendekar yang lain. "Itu datang!" Guntur memberi komando, ia telah bersiap dengan tombak ditangannya. Saat Ular Naga itu mulai terlihat dan keluar dari gua saat itu pula Guntur melompat dan melesatkan tombak miliknya ke tubuh Naga. Percikan api muncul sesaat sebelum tombak itu menyentuh tubuh naga dari mata tombak, lalu kemudian membesar dan menimbulkan ledakan.
BOOM!!! Tubuh Naga dan Guntur sama-sama terlempar kearah yang berlawanan. Pendekar Angin Timur yang baru keluar dari gua menatap takjub, lalu segera bergabung dengan pendekar lainnya mempersiapkan jebakan.
Sang Naga meraung keras sambil melayang tidak jauh dari tempatnya jatuh, ia merasa benar-benar dalam masalah besar. Andai ia dapat terbang setinggi burung mungkin ia sudah bisa melarikan diri dari para pengejarnya yang kejam, sudah berhari-hari lamanya, kekuatannya semakin menipis dan hanya mampu melayang setinggi satu meter diatas tanah. Setelah semuanya ia hanyalah naga berumur 9 tahun yang masih belum memiliki kekuatan Naga yang sebenarnya. Tanduk kecil indahnya berkibas kencang menjatuhkan kotoran tanah yang menepel. Ia lalu memutuskan untuk segera pergi sebelum ada manusia lainnya yang muncul.
Guntur bukan tidak segera berdiri dan menyerang Naga hitam di depannya, namun ia memang sengaja menutup area agar sang Naga berlari ke arah yang berlawanan, dan disanalah para pendekar sudah menunggu. Senyuman lebar perlahan tergambar di wajahnya.