Dunia Persilatan

Abel Adeline
Chapter #15

Bab 15. Bicara

Dua orang pendekar sudah bersiap dengan jebakan, mereka terlihat ragu dan takut. Setelah melihat kode yang di berikan Laksmi mereka segera tahu kalau tim yang dipimpin oleh Guntur sudah gagal dan Ular Naga akan datang ke desa. Jika delapan orang dan dua pendekar di tingkat Mula saja tidak mampu menangkap Naga, maka apa sebenarnya yang dapat dilakukan oleh dua orang, satu wanita dan satu pemuda bau kencur dapat lakukan?

Dari kejauhan Ular Naga berwarna hitam sepanjang kurang lebih empat meter melesat dengan sangat cepat, meski sudah sangat kelelahan namun ia masih tidak ingin tertangkap oleh para pengejarnya. Ia tahu kalau para pengejarnya adalah makhluk yang tidak memiliki perasaan. Jauh di depan ia dapat merasakan kehidupan, ia juga merasakan aura kuat milik seseorang, meski tidak banyak tanda kehidupan seperti beberapa hari sebelumnya namun tempat ini adalah pilihan terdekatnya.

"Kumohon seseorang tolong aku."

Setelah apa yang terjadi dengannya beberapa hari ini sebenarnya sang Naga telah berubah menjadi pembenci manusia. Manusia yang serakah, kasar, senang menumpahkan darah. Tidak ada satupun dalam ingatannya terlintas kebaikan dalam diri manusia. Namun setelah semua, ia hanya berharap seseorang atau apapun itu dapat mendengar suaranya dan datang untuk menolong.

Suara raungan Naga mulai terdengar, Darma belum menarik pedangnya dan hanya berdiri di atap menatap tajam ke arah hutan. Ia telah melepaskan jangkauan penglihatannya tanpa diketahui dan terdeteksi, namun siapapun yang masuk kedalam jangkauannya akan ia dapat pantau meski hanya pergerakan kecil seperti menggaruk atau meregangkan otot.

Laksmi menggenggam pedangnya dengan sangat erat saat raungan Naga mulai terdengar sangat dekat sambil menatap iba pria disebelahnya, "Mata, kau yakin tidak akan sembunyi? Setidaknya keluarkan pedangmu jika tetap mau disini!" Dengan acuh Darma bahkan tidak menjawab. Laksmi lalu mengejek "Apa kau ketakutan sekarang?"

Pengejar di belakang Naga melompati pohon dengan cepat, sesekali mereka hampir menyusul namun segera tertinggal lagi saat Naga menambah kecepatannya.

"Kumohon seseorang tolong aku."

Saat Naga memasuki jangkauan Darma ia dapat 'melihat' dan mendengar dengan jelas kata-kata sang Naga. "Bersiaplah, Naga itu sudah dekat." Ucapnya.

Laksmi masih mengejek dengan sebal. "Aku juga bisa mendengarnya."

Pepohonan di hutan bergemuruh dan bergetar kencang lalu sebuah sosok hitam muncul dibaliknya terbang melayang menabrak rumah-rumah. Kayu-kayu sisa bangunan beterbangan keberbagai arah sementara sang Naga tidak berhenti dan terus melesat maju tidak perduli dengan yang terjadi. Disaat itulah dua pendekar yang bersiaga di atap mengaktifkan jebakan. Hujan anak panah melesat entah dari mana melesat dan menembak langsung ke tubuh Naga. Anak panah itu bukan panah biasa, mata anak panah telah dilapisi dengan perak sehingga lebih tajam dan dapat menggores bahkan menembus kulit Naga.

Hanya dua anak panah yang benar-benar menembus kulit sang Naga, namun itu sudah cukup untuk membuatnya kesakitan dan kehilangan keseimbangan lalu menabrak beberapa bangunan lagi disekitarnya. Laksmi melompat dengan gesit mendekat ke arah sang Naga. Ia dapat melihat dengan jelas tubuh naga tersebut penuh dengan luka, jelas bukan luka yang di dapatnya dari pertarungan barusan.

Sang Naga melihat sosok wanita di depannya merasa ketakutan, "Apa yang mau kau lakukan manusia?"

Laksmi terkaget mendapati naga itu meraung dengan kecang. Sang Naga terlihat kesulitan berdiri namun masih berupaya sekuat tenaga. "Jangan takut!" Ucap Laksmi.

"Manusia, Apa kau mengerti ucapanku?"

Naga itu masih meraung lagi, laksmi tidak bisa mengerti apa yang diucapkannya dan mencoba menenangkan sang Naga. Tidak lama tiga sosok berbaju hitam muncul entah dari mana dan menyerang ke arahnya. Dengan gesit Laksmi beradu pedang dengan pisau kecil yang dipegang para penyerang lalu menghindar dan melompat naik ke atap rumah. Tiga penyerang itu menyusul dan terus menyerangnya tanpa memberi jeda.

Satu orang berpakaian hitam lainnya menyerang dua pendekar di atap, "Apa-apaan ini? kenapa mereka menyerang kita?"

"Jangan lengah, dia sangat kuat."

"Terlalu kuat!"

Hampir pisau penyerang itu menebas leher salah satu diantaranya yang kehilangan keseimbangan namun dengan sangat cepat Darma muncul tanpa mereka bertiga sadari dan mendaratkan pukulan telak ke tubuh perenyang. [Tinju Penghancur Jiwa] Pria berbaju hitam itu bahkan tidak memiliki waktu untuk tau apa yang sebnarnya terjadi, yang ia rasakan adalah tubuhnya dihantam sesuatu yang sangat keras, terlempar dan nyawanya melayang.

Kedua pendekar terbengong seakan dihipnotis oleh apa yang dilihatnya. Darma menghela nafas lalu berkata "Sebaiknya kalian pergi ketempat yang aman" lalu meninggalkan mereka disana.

Dengan susah payah laksmi mengimbangi tiga penyerangnya, mereka sangat gesit dan kuat, amat sulit untuk menahan semua serangan mereka apa lagi untuk melancarkan serangan. "Siapa sebenanya kalian?"

Penyerang itu tidak menjawab dan terus mendesaknya, sedikit saja kesalahan maka gadis yang mereka serang akan meregang nyawa. Tiba-tiba saja angin berembus kencang, Laksmi menyipitkan matanya agar dapat tetap melihat namun entah apa yang terjadi karena tiba-tiba tiga penyerangnya terpental kearah yang berbeda.

Kini Laksmi dapat membuka matanya, ia melihat Darma disebelahnya berdiri dengan tegak tanpa ekspresi. Barulah ia sadar ketika melihat aura disekujur tubuh pemuda didepannya itu. "Kau? Mula tinggkat menengah?"

Lihat selengkapnya