Ini bukan pertama kalinya Darma mengunjungi kerajaan Sungai Permata, dahulu almarhum Prabu Wiryo beberapa kali sempat mengajaknya ke tempat ini untuk bertemu sang bibi yang tak lain adalah ratu kerajaan ini. Pertama kali datang kemari Darma juga sangat mengagumi keindahan alamnya dan takjub akan air terjun raksasa yang bahkan dapat di pandang dari tengah kota hingga lupa waktu saat terus memandanginya, namun situasinya sangat berbeda kali ini.
Kota ini juga terkenal ramah terhadap para pengunjung kau dapat menemukan kedai-kedai dan berbagai jenis penginapan dimana-mana. Hanya dua penjaga yang menatap dingin dan beberapa pedagang yang melirik saat Darma memasuki kota, semua orang sibuk dengan halnya masing-masing. Ada sebuah penginapan di ujung jalan bernama penginapan Zamrud, penginapan yang cukup besar dan terkenal karena pelayanan dan makanannya yang terbaik di kerajaan.
Label Zamrud dari kayu yang sangat besar dapat terlihat dari kejauhan, beberapa orang dengan tas-tas besar dan berbagai peralatan juga terlihat keluar masuk, tidak hanya di tempat ini, kerajaan tampaknya sedang sangat ramai sore itu. "Selamat datang di penginapan Zamrud" Sapa seorang wanita berpakaian indah saat darma memasuki restoran.
"Selamat datang di penginapan Zamrud, ada yang bisa saya bantu?" Kali ini Ibu paruh baya di bagian pelayanan tamu yang menyapa.
"Tolong dua kamar tidur untuk satu malam." Ucap Darma.
"Dua?" Ibu paruh baya itu sedikit resah, "Tunggu sebentar." ia lalu memanggil seorang pria yang sedang berdiri tidak begitu jauh lalu berbicara dengan cukup serius. Darma hanya berdiri menyender ke meja sambil menandang banyak orang yang berdiri berkelopok-kelompok sedang mengobrol dengan serius. Tak lama kemudian Ibu paruh baya itu kembali. "Maaf membuat anda menunggu, ada begitu banyak tamu yang datang dan saya tidak begitu yakin kita memiliki kamar yang cukup, namun ternyata masih ada beberapa kamar lagi yang tersisa. Ini kunci kamarnya dan tolong pembayarannya di muka."
Darma mengambil kuncil kamar itu dan menyerahkan beberapa koin emas, ia sebenarnya hendak pergi beristirahat, namun ia tidak bisa tidak bertanya. "Sangat ramai sekali hari ini, apa terjadi sesuatu?"
Pelayan tamu itu terlihat bingung, "Anda tidak tahu? Saya kira anda juga ingin pergi untuk mencari harta."
"Harta?" Darma yang kembali bingung.
"Oh maaf kalau bukan begitu, saya kira anda sudah tahu. Beritanya sudah lebih dari seminggu yang lalu seorang pengelana menemukan pintu di balik air terjun. Bukan rahasia lagi dahulu ada seorang pria sakti yang mencuri selendang bidadari, kabarnya pencuri itu menjadi sangat kaya dan menyembunyikan kekayaannya di suatu tempat. Banyak orang curiga kalau pintu tersebut adalah jalan menuju ruang harta."
"Benarkah? aneh sekali, kenapa yang menumukan pintu tersebut tidak merahasiahkannya dan malah menyebarluaskan berita ini?"
"Kau mungkin tidak tahu anak muda, tapi ruang harta selalu dipenuhi dengan jebakan jadi ia meminta bantuan dari banyak pendekar. Kudengar ia sendiri yang akan memimpin perjalanan ini besok."
"Oh." Darma kehilangan minatnya begitu saja dan berniat pergi.
"Apa kau tidak tertarik?" Pelayan wanita itu menebak raut wajah Darma.
"Apa gunanya harta jika kau kehilangan nyawa?"
"Oh kau pasti anak muda yang cukup kaya, namun biar ku beritahu sesuatu yang mungkin akan menarik. Kabarnya pencuri itu juga meninggalkan banyak hal lain selain harta, ada berbagai pusaka dan yang banyak di incar para pendekar tentu saja gulungan rahasia untuk ilmu kanuragan sang pencuri. Kabarnya pencuri itu sangat sakti, mungkin berada di tingkat Satria, kurasa hal itu cukup banyak menarik minat para pendekar meski mengorbankan keselamatan mereka ."
"Satria?" Raut wajah Darma tiba-tiba berubah.