Dunia Sunyi Muaramerah

Ubaidillah
Chapter #6

6. Yang Tak Tercatat

Dalam gelap tiga lelaki bertubuh besar berjalan dengan langkah hati-hati. Semua menutup wajahnya. Sepanjang jalan dari tempat penyeberangan di Sungai Ketiwon mata mereka tajam mengawasi keadaan. Dari gerak-geriknya, sepertinya mereka bukan orang Dukuh Muaramerah. Mereka mengenakan jaket dan bersepatu. Ada pula yang memakai kasebo warna gelap. Tak begitu lama mereka sudah ada di tempat yang tak jauh dari rumah Rakim. Semua mengendap sembari mengawasi rumah Rakim. Gerimis yang mulai turun membuat malam makin terasa senyap.

Beberapa saat kemudian Rakim keluar dari rumah. Dia duduk di bangku teras dan meletakkan kotak tembakau di sisinya. Dibukanya kotak itu dan diambilnya kertas dan sedikit tembakau. Tak butuh waktu lama, jemari Rakim sudah bisa melinting sebatang rokok keretek. Namun, saat hendak menyelipkan rokok keretek lintingan di bibirnya, tiba-tiba sebuah tangan besar menyekap lehernya dari belakang. Mulutnya juga disekap oleh telapak tangan selebar kuping gajah. Tubuhnya ditarik ke belakang hingga Rakim jatuh telentang ke lantai teras. Leher dan mulut Rakim masih tersekap. Satu orang lagi dengan cepat menduduki perut Rakim, hingga Rakim makin tak bisa menarik napasnya. Lalu seorang lagi menutupkan plastik pada kepala Rakim. Rakim terus meronta, namun napasnya kian menghilang. Dan perlahan pula hilang seluruh tenaga Rakim.

 

***

 

 

Dari seberang sungai Ketiwon terlihat seseorang menyalakan lampu batrei tengah berjalan menuruni bantaran. Sepertinya seseorang yang hendak menyebarang pulang ke dusun Muaramerah. Dia kini sudah menaiki gethek dan mendorongnya dengan bambu. Arus sungai Ketiwon malam itu tak begitu deras, hingga lelaki itu tak butuh waktu lama untuk sampai di tepi sungai. Rupanya lelaki itu Warjo, warga Dusun Muarareja yang baru pulang mayang.

Saat gethek hampir sampai ke tepi sungai, Warjo tertegun melihat seonggok benda yang terapung di tepi sungai. Lampu batrei di tangan Warjo segera dinyalakan ke arah benda yang terapung itu. Warjo makin cemas melihat benda yang terapung itu lebih seperti tubuh manusia. Demi meyakinkan dirinya, Warjo perlahan mengubah arah laju gethek, mendekati ke arah benda yang terapung itu. Saat gethek-nya lebih dekat, mata Warjo terbelalak melihat tubuh seseorang yang terapung-apung. Warjo mendadak gugup dan cemas. Dia bergegas membalik arah dan mendorong gethek dengan kuat ke tepi sungai. Sesampainya di tepi sungai, Warjo segera melompat dan mengikat tali gethek pada batang pohon bakau. Segera saja dia berlari membelah kesenyapan malam.

Tidak begitu lama terdengar dengan jelas bunyi kenthongan tanda ada kematian dipukul seseorang. Somari dan Komariah terperanjat mendengan suara kenthongan itu. Komariah membalikan tubuhnya dengan mata terbelalak.

“Siapa yang mati?” tanya Komariah sembari bangkit dari rebahannya.

“Tidak tahu.”

“Apa ada orang Muaramerah yang sedang sakit parah?”

“Sepertinya tidak ada. Coba aku ke sana.” Somari segera berdiri dan mengikatkan sarungnya di pinggang. “Aku pinjam lampu batreinya, Yu!”

Komariah segera menuju ke kamar dan tak lama keluar membawa lampu batreinya.

Komariah menyerahkan lampu itu, “Hati-hati, Som.”

“Iya, Yu.”

Somari bergegas melangkah keluar, berjalan di bawah gerimis dan gelap yang begitu pekat. Beruntung ada lampu yang bisa dia pakai. Dari kejauhan terlihat beberapa lampu batrei yang dinyalakan. Bunyi kenthongan kembali ditabuh. Suaranya kembali memecah sunyi Dusun Muaramerah. Somari mempercepat langkahnya. Ada pula lampu-lampu yang dinyalakan dari beberapa arah. Mereka orang-orang yang tengah berjalan menuju ke sumber suara kenthongan.

Sesampai di tempat itu, ada belasan orang berkerumun. Wajah mereka tegang. Semua berbincang. Pandangan mata Somari mulai mencari orang yang dikabarkan mati. Namun tak ada dia jumpai. Somari bingung dan mulai dirundung rasa ingin tahu.

“Kus! Siapa yang mati?” tanya Somari pada Kusnali. Beberapa orang mengarahkan pandangannya pada Somari yang baru tiba.

“Belum tahu,” jawab Kusnali.

Somari lebih mendekat lagi pada Kusnali dan beberapa orang yang sedang berbincang dengannya.

“Kok belum tahu sih, Kus?” tanya Somari penuh penasaran.

Lihat selengkapnya