Dunia [Tak] Bercahaya

Wahyu Widyastutik
Chapter #1

2013 [kompetisi]

"Mimpi"

Satu kata menyirat sebuah keinginan yang menggebu, namun jalan takdir dan keinginan belum tentu akan menyatu.

🎶🎶🎶

Jakarta Selatan

Mata bulat hitam kini mengamati panggung besar dengan menampilkan senyum yang terlihat begitu sangat murah. Tak ada raut iri ataupun tak suka.

Dari wajahnya saja sudah terlihat jika dia sangat bahagia meskipun hanya melihat dari kursi penonton yang cukup jauh dari area berdirinya seseorang yang ia banggakan.

Intinya, malam ini adalah kebahagiaannya.

"Lihat Vinna, dia sangat tampan jika berpakaian seperti itu."puji wanita paruh baya yang hampir keriput kulit pipinya, ketika melihat lelaki remaja yang baru saja keluar dari ujung layar.

Vinna, gadis kecil cantik ber-jilbab sederhana yang ia beri peniti di pundak kanannya, pemilik senyum manis yang tak ada henti-hentinya memberikan senyum terbaik hingga gigi kelinci tampak terlihat menggemaskan, dan kali ini menjawab wanita paruh baya dengan anggukan kepala.

"Yap, bahkan aku tak bisa menahan senyumku."balas Vinna hingga mengundang tawa Ibu Nanda.

"Biasanya rambutnya, kan berantakan,"lanjut Vinna.

"Kamu ini benar-benar."gumam Ibu Nanda yang sangat gemas dengan tingkah Vinna, bahkan sekarang tengah mencubit pipi chubby milik Vinna.

"Apa? Aku benar, aku tidak berbohong, lihat gigiku sampai kering karena terus tersenyum, dan soal rambutnya yang berantakan, aku juga tidak bohong, tanya saja sama Nurul."protes Vinna sambil menunjuk gigi kelinci putihnya.

Ibu Nanda lagi-lagi hanya bisa tertawa, tak menghiraukan tatapan tak suka dari beberapa penonton lainnya yang duduk di antara mereka. Mungkin mereka terganggu.

"Aku juga tidak bilang kalau kamu berbohong."

Vinna diam sebentar, wajahnya yang terlihat seolah berpikir, hingga jawaban polos seperti biasa lah yang keluar.

"Iya juga ya."gumam Vinna yang lagi-lagi semakin membuat Ibu Vinna tertawa geli.

"Stop. lihat, sepertinya ini waktunya dia."ucap Vinna dengan nada berbisik sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir, melarang Ibu Nanda untuk kembali berbicara.

Lalu mata bulatnya kembali menatap panggung, lebih tepatnya menatap pria remaja yang sekarang hanya berdiri sendiri dengan lampu yang redup dan hanya satu lampu yang mengarah menyinari pria remaja itu.

"Ooh, seharusnya kamu bicara seperti ini untuk diri kamu sendiri, sayang."

Vinna menghembuskan napasnya.

"Seharusnya sih iya, tapi udah terlambat,"

Ibu Nanda hanya tersenyum geli, dan membalas dengan elusan lembut pada kepala kecil Vinna yang berbalut jilbab. Lalu menatap arah depan dengan tatapan bangga.

Benar, suara lembut mengalun tepat setelah suara melody anggun yang mengalun keluar dari piano, menguasai gedung panggung besar yang di kelilingi para penonton yang juga menyaksikan kompetisi.

You taught me everything

Everything you've given me

I'll always keep it inside

You're the driving force in my life, yeah

Lihat selengkapnya