Dunia [Tak] Bercahaya

Wahyu Widyastutik
Chapter #2

2013 [perjanjian]

🎶🎶🎶

"Sesuatu yang indah hanya akan tetap menjadi khayalan jika hanya berpangku tangan."

🎶🎶🎶

"Minta es krim."pinta Vinna sambil menengadahkan tangan kanannya tepat di depan Rama yang baru saja keluar dari ruangan khusus peserta kompetisi di backstage.

Rama menatap Vinna dengan pandangan terkejut tapi, satu detik berikutnya senyum geli keluar dari bibir tebal Rama.

"Sudah ku duga, Tuan Putri."ucap Rama masih menahan kekehan gelinya.

Vinna juga sama tertawa.

"Aku udah janji tadi, kamu menang dapat juara dua, dan aku mau nagih es krim, karena kamu pasti dapat uang banyak."jelas Vinna dengan suara khasnya, menggemaskan.

Rama tersenyum geli, tidak di minta pun, besok dia akan membelikan es krim untuk Tuan Putri nya, dan walaupun tidak menang, dia tetap akan membelikan Vinna es krim jika gadis kecil itu mau, seperti hari-hari sebelumnya, meskipun harus mencari cara.

"Bagaimana kalau diganti ketika kita sudah di panti?"

Vinna berpikir sebentar, cukup klise, dengan tangan yang mengetuk dagu dan mata bulat yang menatap ke atas, seolah mencari sesuatu di otaknya.

"Boleh, asalkan jangan pergi. Janji?"ucapnya sambil mangajukan kepalan tangannya.

Rama tersenyum, dia tak lagi bertanya, maksud janji yang selalu Vinna ucapkan, karena Vinna selalu menyebutkan kata itu, katanya Vinna tak mau seperti Rama yang di tinggalkan Ibunya dan akhirnya merasakan sakit.

Tentu Rama tidak tau sendiri alasan itu, karena Ibu Nanda lah yang memberi tahu semuanya, karena Vinna curhat pada Ibu panti itu.

"Janji tidak akan pergi."balas Rama seperti biasa dan menyambut kepalan itu dengan kepalan juga.

Mata Rama teralih, dan kali ini menatap mata yang sudah berkaca-kaca, tapi bibir yang menyunggingkan penuh senyuman.

"Rama, anak Ibu?"gumam Ibu Nanda setengah berbisik.

Rama berjalan mendekat, lalu menyalami tangan Ibu Nanda dengan wajah yang menyirat dua rasa.

"Maaf Ibu, lima tahun sudah, Rama tak menyebut nama 'Ibu' sebagai Ibu-ku. Sekarang aku sadar, yang pergi akan tetap pergi, dan akan terasa sakit jika tidak di lupakan."balas Rama masih dengan tangan Ibu Nanda menempel di kening Rama.

Jatuh sudah air mata Ibu Nanda, hanya Vinna yang masih bersih raut wajahnya, tak ada guratan sedih ataupun terharu, tapi justru bingung tapi tidak terlalu.

Ibu Nanda mengusap rambut berantakan Rama yang tak lagi rapi seperti tadi.

"Lupa tidak akan membuat lega, Rama. Justru kamu akan tersiksa."balas Ibu Nanda menahan Isak tangisnya.

Rama mendongakkan kepalanya, dia sudah remaja dan dia paham maksud Ibu Nanda, dan karena itu lah raut wajah Rama berubah seketika, dan rasa sedih yang sejak tadi ia tahan, akhirnya terlihat sudah.

"Aku harus menyayanginya lagi? Setelah mereka meninggalkan aku begitu saja di panti?"tanya Rama pahit, bahkan sampai membuat Ibu Nanda sedikit terisak.

Ibu Nanda tau, tak hanya cerita pahitnya seorang Rama, tapi juga pahitnya rasa yang Rama rasakan dan yang di tanggung sendirian.

Ibu Nanda menggelengkan kepalanya, tangan kanannya yang sudah terlepas oleh salaman Rama, kini memegang bahu tegap Rama.

Lihat selengkapnya