
Bagian Utara.
Rumah di taman firdos seperti tumpukan batu dan kristal warna-warni terletak acak tapi estetik. Bahkan ada beberapa rumah yang berbahan full kristal, bilamana cahaya datang, ia akan memantul kilau yang menawan. Tanpa panas, tanpa membuat air laut naik ke permukaan. Andreas melewati rumah-rumah itu dengan jalan cepat, tas kecil yang ia bawa, bahkan berayun depan-belakang. Jalannya hampir seperti berlari. Kemudian melambat karena rumah yang berbeda kilaunya, full berbahan kristall berwarna magenta; itu adalah rumah teman Dien, bernama Ailen. Tepat di halaman Ailen, ada tanaman hias monstera variegata seperti yang dulu Andreas lihat di hutan terlarang. Melewati beberapa rumah dari sana, adalah kediaman Dien. Rumah itu berwarna coklat berbahan batu bukit dan tidak memiliki unsur kristal sama sekali. Perbedaan rumah di taman firdos bukan mengenai kasta, karena semua masyarakat memiliki kekayaan yang sama dan merata. Perbedaan rumah-rumah itu hanya karena selera mereka tidak sama. Keluarga istimewa di sana, mungkin hanya keluarga Madin Wikel. Sebab ia adalah pemimpin di taman firdos.
Dien tinggal bersama bibinya Aida Kaz11G316, Paman Nazer Kaz15G316 dan Sem sepupunya. Pagi itu Andreas datang di waktu yang sangat tepat, di saat Bibi Aida meletakkan makanan yang lezat di atas meja makan. Selain makanan utama di meja, ada semangka, pisang, dan cemilan mamidobaos, Cemilan yang sangat Dien sukai. Cemilan itu adalah roti gandum kering yang di dalamnya terdapat jagung, stroberi dan sari pisang. Kemudian ada taburan kismis kering buatan khas dari sang bibi tersayang, kakak dari ibu kandungnya Dien. Bibi Aida dan Paman Nazer mengajak Andreas sarapan bersama mereka. Suasana yang membuat iri hati, melihat mereka menikmati pagi hari, bersama keluarga yang dicintai.
Selepas sarapan yang menyenangkan serta mengenyangkan, bibi dan paman harus berangkat bekerja, melakukan tugasnya; menjadi penyihir penjaga di Kerajaan Han Utara. Dien dan Andreas memilih ikut mengantarkan bibi dan pamannya. Sementara Sem; anak kandungnya, memilih berlatih bersama Vikel di halaman gedung tua.
Benattiu Atland akhirnya datang, menunggu di depan halaman, ia adalah pengantar para rosman yang bergantian jam jaga. Dia mengantar kepulangan dan juga kepergian menuju portal masuk Kerajaan Han. Benattiu Atland, membawa lipan berbulu putih keemasan, dapat berjalan sangat cepat dan dapat terbang meski tanpa sayap.
Di atas punggung lipan, ada rekan paman Dien, Kaz G320, mereka adalah Abil Kaz10 dan Adeus Kaz17. Mereka semua saling berjabat tangan, bahkan Bibi Aida memberikan 2 kaz itu cemilan mamidobaos. Lipan pun berjalan, kemudian ia terbang. Suasana taman saat pagi menyejukkan sekali. Namun tidak membuat badan jadi menggigil. Terang benderang tapi tidak gersang dan panas. Penuh warna-warni meski kebun-kebun dan hutan lebat sekali.
*
Palang menuju Kerajaan Han dijaga oleh 2 han dan 2 Sulmen. Mereka menjaganya bergantian setiap 12 jam sekali. Pagi ini yang berjaga bernama Marrayem Han dan Sulmen bernama Antielbaskor.
2 makhluk berbeda yang dapat bekerja sama dengan baik. Penjaga pagi ini tidak sama dengan penjaga malam itu, saat Dien pergi menyaksikan pertandingan Fiqon beberapa minggu yang lalu. Marrayem membukakan Portal dengan mantra yang diucapkan di dalam hatinya. Lalu Antielbaskor berkata “Jangan pernah membuka penutup kepala kalian, itu akan menyelamatkan kalian selamanya di luar taman.” Perkataan itu sama dengan perkataan yang beberapa minggu lalu Dien dengarkan.
Bibi Aida memeluk Dien “Anakku…, jaga dirimu baik-baik, aku meninggalkan setoples mamidobaos di dalam lemari. Makanlah itu, jika kau merindukanku.” Aida.
“Bagaimana bila itu habis, bibi?.” Tanya Dien.
“Aku bisa bergantian dengan temanku, untuk pulang dan membuatkanmu kembali mamidobaos.” Jawab Bibi dengan senyumnya yang tenang.
“Aku bisa, menghabiskannya dalam satu jam bibi.” Kemudian Dien tertawa.
“Kamu tidak perlu habisin itu sejam. Itu bahkan tahan lebih dari sepuluh tahun. Karena bahan-bahannya diambil dari tanah taman yang diberkati.” Jelas Bibi Aida kepada keponakan kesayangannya.
“Baiklah, aku akan memakannya dengan bersabar. Hati-hati bi, hati-hati paman.” Dien mencium tangan sang bibi dan pamannya. Begitu juga Andreas, ia mencium tangan bibi dan pamannya Dien. Mereka semua melambaikan tangan dan melepaskan senyuman.
Dien berteriak “Kaz, sampaikan salamku kepada Paman” Paman yang Dien maksud adalah Kazu Marion.
“Baik Dien” Balas Adeus sambil mengacungkan jempolnya. Ketika jari jempol itu diacungkan, mata Dien tiba-tiba bersinar. Penglihatannya yang sangat baik aktif kembali. Seperti waktu itu, ketika ia terkurung di dalam pembatas hutan terlarang. Dia melihat istana kerajaan, jendelanya semuanya termasuk gadis han yang teramat menawan, (Putri Er).
Dien menajamkan alisnya dan berkata “Perempuan itu, rasanya aku pernah mengenalnya. Tapi dimana?...” Tanya Dien kepada dirinya sendiri.
“Dien kenapa kau termenung?.” Tanya Andreas yang berada di sebelahnya.
“Penglihatanku, aktif kembali. Aku melihat Istana Han dari sini dan di situ, ada makhluk paling indah sedunia. Aku merasa mengenalnya tapi kapan dan di mana. Apakah ini mimpi, Andreas?.” Ucap Dien kepada sahabatnya Andreas.
“Waah, rosman tidak bermimpi. Tapi mungkin kau beda dari yang lainnya.” Jawab Andreas sambil cengar-cengir.
Melihat Dien dan Andreas masih di depan portal. Sulmen bernama Antielbaskor pun mendatangi mereka. “Wahai 2 anak baik, pulanglah!. Tidakkah kalian melihat, Benattiu akan berangkat.”
“Yaps, benar sekali Tuan Elbas” jawab Benattiu ramah dan bersemangat.
Dien melihat di belakangnya, ada bukit yang sejajar dengan portal. Kemudian berkata “Wahai Benattiu yang baik, aku dan Andreas ingin pulang jalan kaki saja.” Dien mengatakan itu karena Dia ingin sekali melihat gadis han itu lagi. Sembari mengingat kenapa dia merasa mengenal sosok gadis cantik yang menawan, dari Bangsa Han itu. Kali ini dia ingin pindah posisi, berdiri tidak lagi di dekat portal tapi di area bukit yang sejajar dengan portal menuju istana.
“Bagaimana Andreas putra Mas?” Tanya Benattiu.
“Tidak apa paman, aku akan berjalan kaki bersama temanku Dien.” Andreas teman yang baik, ia tahu Dien pasti ingin melakukan sesuatu yang mana itu pasti sangat menarik. Dia bersedia mengikuti Dien dan membantunya meski harus bertaruh raga dan nyawa.
“Baiklah, semoga hari kalian menyenangkan!.” Teriak Benattiu, Sambil pergi membawa lipan berbulu putih keemasannya. Sulmen dan han penjaga, bahagia melihat Benattiu yang selalu bersemangat.
“Baiklah para penjaga portal yang budiman, kami gerak dulu. Sampai jumpa lagi.” Kata Dien kepada 2 penjaga.
“Hati-hati anak baik.” Seru penjaga portal.
Mereka pun pergi dari sana. Portal menuju istana itu seperti bukit. Terletak ditempat yang tinggi di sebelah utara. “Andreas, kita akan ke bukit di depan, bukit selatan.” Ujar Dien sambil berjalan turun dari bukit utara.
“Untuk apa kita ke bukit selatan, wahai guru.” Tanya Andreas.
“Mataku tadi aktif, aku seakan mengenal salah satu han yang aku lihat. Tapi aku lupa dimana.” Jawab Dien.
“Bukankah kita sepakat, itu tidak mungkin mimpi.” kata Andreas sambil jalan menurun.
“Makanya, aku ingin melihat lagi.” Jelas Dien.
“Kenapa gak di atas saja?.” Kata Andreas seperti mengeluh. “Ini jauh, kamu tahu.”
“Bukankah kamu lihat sendiri, secara santun mereka mengusir kita dari tempat itu.” Jelas Dien.
“Aduh, pura-pura bodoh saja harusnya; yang penting urusan kita bisa selesai.” Andreas Atland.
“Tidak bisa, karna mereka pasti melihat mataku berubah” Jawab Dien.
“Itu hal biasa, kamu itu rosman.” Balas Andreas.
“Sudahlah Andreas ikuti aku saja.” Dien akhirnya lelah membalas semua pernyataan Andreas. Karena kalo dipikir-pikir benar juga.
Di Tengah jalan, mereka melihat kelompok harimau. “Dien” Andreas memanggilnya.
“Bagaiman kalau kita naik harimau aja ke bukit selatan.” Ia bertanya sambil tersenyum seperti biasanya.
“Bukankah kamu dilarang mengendarai tunggangan sebelum 15 tahun?.” Balas Dien berhenti berjalan. “Jika Madin Wikel tahu, kamu bisa dihukum. Para rosman menghalalkan hukuman untuk mereka yang suka melanggar aturan.” Sambung Dien.
“Minta maaf guru, bukit itu terlalu jauh untukku jika berjalan kaki. Kenapa kamu agak sedikit bodoh pagi ini?” cetus Andreas.
“Apa kamu sedang jatuh cinta?...” Sambung Andreas.
“Aku, aku tidak jatuh cinta. Aku penasaran kenapa…, aku merasa pernah melihatnya.” Jelas Dien. Kemudian 2 harimau menghampiri mereka. Andreas tersenyum.
“Kapan kamu memanggil mereka?...” Tanya Dien.
“Sudah naik saja. ‘Tapi…’ ini tugasku sebagai atland, aku tidak peduli hukuman bangsa kalian. Sekarang naiklah!. Aku ambil resiko untukmu.”
“Andreas?.” Ucap Dien.
“Dien, sejak kapan kamu jadi pengecut?.” Sanggah Andreas buat Dien berhenti bicara.
Tiada pilihan, Dien dan Andreas menunggangi harimau itu juga. Andreas meminta 2 harimau mengantarkan mereka hingga bukit selatan.
**
Tepat di aula ada 2 rosman kecil yang akan berlatih, latihan itu adalah duel tongkat sihir. Di antara mereka, ada Ari Kick yang menjadi wasit dalam pertarungan ini.
Ari kick adalah teman sejawat Marion. Ia saat ini dapat hari istirahat dari tugasnya menjadi penyihir penjaga. Ia adalah Kaz3G320.
Ketika beristirahat, Ari kick sering sekali membantu adik-adik rosman untuk berlatih.
Dia salah satu rosman yang ingin menjadi kazu, tapi tentu saja, Marion bukan lawan yang mudah dikalahkan olehnya. Selain Ari kick, di sana juga ada sulmen penjaga.
Sulmen itu berkaki tiga, berbulu seperti kera, tinggi 7 kaki. Dia adalah golongan penjaga keamanan di depan pagar gedung tua. Para rosman memanggilnya Kumai.
Kumai bukan sulmen sembarangan, ia sangat mengerikan. Bila kaki ketiganya menghantam lawan, maka tubuh lawan bisa dipastikan hancur, kaki itu seperti ekor tapi menapak di tanah.
Suasana di aula gedung tua mulai menegangkan, ditambah lagi ada suara menggonggong dari 17 anjing-anjingnya Vikel bikin merinding. 2 rosman kecil memberi penghormatan, kemudian Ari kick mengatakan “mulai”.
Serentak keduanya mengucapkan mantra terakhir dari pemanggilan tongkat jiwa.
“Bem Salabaen” Masing-masing mereka mengeluarkan tongkat jiwanya. Sem dengan panah arjuna. Sementara Vikel dengan rantai neraka. Dua buah rantai panjang yang diikat dengan besi perekat di kedua tangannya.
Vikel mengayunkan rantai dengan sangat cepat kepada Sem.
Sem sebisanya menghindar dari serangan demi serangan. Vikel sangat mahir mengendalikan rantai-rantai itu, dia berputar dan meloncat seakan terbang sesuka hatinya. Sem masih menghindar agar serangan itu, tidak melukainya. Sem mencoba memanah Vikel melepaskan anak panah api dengan cepat. Ternyata, rantai-rantai itu mengitari tubuh Vikel sangat cepat pula. Sehingga terlihat seperti barrier.
Menyaksikan itu, Sem tertegun, ternyata tongkat jiwa Vikel dapat menyerang secara brutal dan juga bisa bertahanan sangat solid juga.
Sem mencoba mencari celah untuk mengalahkan Vikel. Sebagaimana Fiqon kakaknya; yang tidak pernah menyerah. “Akererioba” Sem mengubah fungsi panah menjadi merah muda. Tanpa pikir panjang, Sem arahkan panah itu ke anjing-anjing yang berisik. Kemudian anjing-anjing itu berlari ke arah sem, namun lehernya terikat rantai anjing.
Dengan sangat cepat rantai Vikel ternyata berhasil melilit pinggang Sem. Vikel pun membantingnya kiri dan kanan. Lalu ikatan itu melepaskan diri sendiri. Sem melayang dan jatuh bebas ke tanah. Di atas Sem, terlihat rantai itu menggumpal dan ingin menghantam Sem. Yang kini sudah terbaring di bawahnya.
Melihat Sem terbaring, Ari kick ingin menghentikan pertandingan. Tapi dicegah oleh Kumai di sampingnya.
“Ini adalah Jam gantiku. Aku bosan sekali. Karna berjaga malam, jadi biarkan pertarungan ini berjalan, karna Sem itu, belum menyerah.” Ujar Kumai kepada Ari Kick.
Vikel menyerangnya dengan rantai yang menggumpal seperti palu yang akan menghantam tubuh Semi Rosman. Serentak dengan itu pula, Sem mengubah fungsi tongkat sihirnya “Akereioba”. Sem Windmild dan menjadikan busur panah api sebagai barriernya. Rantai itu berhasil ditepis. Sem dengan cepat pula menukar busur panahnya “Akereioba”. Sekarang merah muda. Ia tembakan ke Vikel Rosman. Cucu Madin Wikel.
“Akererioba” Mantra dibacakan kembali oleh Sem. Kemudian, ia melompat dan memanah rantai yang mengingat anjing-anjingnya Vikel.
Rantai itu putus semuanya, anjing-anjing itu, tiba-tiba mengejar Vikel Rosman.
Seekor anjing meloncati Vikel. Reflek Vikel menghindarinya.
Menyadari ini adalah perlakuan sihir. Vikel membentuk lambang segi muda, melalui Jarinya. Kemudian mengarahkan lambang itu ke sulmen yang sedang menonton pertarungan mereka. Sulmen pun tiba-tiba masuk ke dalam arena. Berlari menghalau para anjing. Ari Kick tidak bisa menghentikannya. Karna itu adalah kemampuan dari Vikel sendiri, sebagaimana Sem menggunakan anjing untuk membantunya dalam pertarungan ini.
Kumai yang berada dalam pengaruh Vikel menghalau semua anjing yang ingin mengganggu pertandingan Vikel vs Sem. Sehingga akhirnya…, Kumai saat ini, di gigit oleh 17 anjing sekaligus.
“Sialan kau mempengaruhi anjing-anjingku menyerang dan sadar kalau aku tidak mungkin membunuh mereka.” Kata Vikel.
“Akererioba” busur menjadi merah muda. Sem menciptakan 17 anak panah sekaligus.
“Hay Vikel kau harusnya sadar, bahwa anjing-anjing hanya ingin bermain.” Jelas Sem kepada Vikel. Kemudian Sem menembak 17 anjing itu kembali dengan bersamaan. Tiba-tiba wajah anjing itu berubah. Lidahnya menjulur dan matanya seakan konyol, menatap si Vikel.
Satu anjing terlepas oleh Kumai. Anjing itu berlari sangat cepat kemudian menyetubuhi badan Vikel. “Keparat apaan-apaan ini”. Vikel marah.
“Serangan anak panah merah muda yang ditancamkan untuk kedua kalinya akan membuat target menjadi birahi.” Jelas Sem.
Kemudian dari kejauhan Tomoi memanggil Kumai. Dia adalah sulmen pengganti Kumai. Kakinya dua seperti kaki kuda. Badannya ideal kepalanya bertanduk. Ia berjalan dengan santai ke arah pertempuran. Sem dengan tersenyum melepas 2 anak panah merah mudanya ke arah Tomoi. Yang benar saja Tomoi birahi dan mengejar Sem. Tembakan berikutnya mengarah ke Vikel yang sedang menahan anjingnya yang satu Itu. Anak panah itu terlepaskan. Tomoi langsung beralih ke arah Vikel.
Menyadari ada yang akan menyerangnya lagi. Vikel kembali membentuk segi tiga melalui jarinya. Dengan segi tiga itu, membuat Kumai mengamuk, anjing-anjing yang berada di dekatnya semua terpental. Ia berlari ke arah Vikel dan mengayunkan kaki ketiganya ke anjing satu yang dekat dengan Vikel.
Hantaman itu membuat anjing satu, hancur lebur. Darahnya menyambar ke baju Vikel. Kaget… semua terdiam dibuatnya.
Tomoi tiba dengan tatapan super mesum ke arah Vikel, Kumai yang melihat itu, dengan sigap menyerang Tomoi pula. Ketika kaki ketiga Kumai, mengantam kepala Tomoi, Seketika kepala Tomi pecah berderai di hadapan mereka. “Hentikan!.” Ari kick berteriak marah. “Apa-apaan ini?. Vikel sama saja membunuh Tomoi.
“Baelsis” kata Vikel.