Dunia untuk Arland

Rika Kurnia
Chapter #9

Bab Delapan - Naya

"Arland, tunggu!" seru Aya berlari menyusuli Arland. Sayangnya cowok itu tidak menghentikan langkahnya. Sampai Aya harus menarik paksa tangan Arland.

"Lepasin tangan saya!" perintah Arland sembari menarik paksa tangannya yang digenggam Aya.

Anehnya, gadis itu malah mengulum senyum.

"Kenapa senyum-senyum? Ada yang lucu?" tanya Arland merasa tidak nyaman dengan tatapan Aya yang seolah meledeknya.

"Ternyata elo orangnya plin-plan juga, ya. Sebelumnya elo pake saya-kamu, terus kemarin pake elo-gue. Eh, sekarang saya-sayaan lagi. Bingung ya, mau manggil gue apa?"

"Enggak usah ngaco, kamu."

"Tuh, bener, kan," goda Aya semakin senang. Dan entah kenapa, Arland juga terlihat salah tingkah.

"Oh, iya. Gue sampe lupa. Elo ngapain ke sini? Elo konsultasi sama dokter Kai juga?" tanya Aya baru mengingat tujuan sebenarnya dia berlari-lari mengejar cowok ini.

"Juga?" Arland mengernyit.

Aya mengangguk pasti. "Iya. Gue juga konsultasi sama dokter Kai. Kenapa? Enggak boleh?"

Arland bisu. Benaknya tengah berpikir untuk apa Aya juga melakukan konsultasi ke psikiater.

"Saya enggak punya urusan sama kamu," ujar Arland lalu beranjak pergi.

Aya yang ingin mengejarnya lagi ditahan oleh Kenji. Pasalnya pria itu sejak tadi mendengar obrolan Aya bersama Arland dari balik dinding di belakang Aya.

"Enggak usah dikejar. Semakin kamu cari tahu, semakin rapat juga dia menyimpan apapun rahasia yang ada di dalam dirinya," sergah Kenji yang praktis membuat Aya berpikir keras.

"Rahasia? Atau jangan-jangan Arland juga punya masalah kayak aku, sampai dia datang ke psikiater begini. Menurut kamu, gimana?"

Kenji mengedikan bahu. "Nanti aja kita bahas Arland-nya. Sekarang giliran kamu ketemu dokter Kai." Pria itu menggandeng tangan Aya dan membawanya menuju ruangan dokter.

Beberapa langkah mereka berjalan, Kenji membuka suara. "Katanya kamu enggak mau ada orang tau soal masa lalu kamu yang berhubungan sama mental kamu?"

"Iya," jawab Aya singkat.

"Terus kenapa kamu tadi jelas banget bilang ke Arland kalau kamu juga konsultasi sama dokter Kai?"

"Itu dia. Aku juga merasa aneh. Bukan cuma kali ini aku main ceplas-ceplos aja di depan Arland. Waktu itu aku juga minum obat di depan dia. Seolah tuh, aku enggak masalah misalkan dia tau soal masa lalu aku yang nyebelin itu," jelas Aya panjang lebar. Ia juga sedang merasa aneh dengan dirinya sendiri.

Termasuk Kenji yang justru dalam hatinya semakin merasa takut kehilangan Aya, jika saja gadis yang berarti dalam hidupnya itu akan jatuh ke pelukan laki-laki lain.

_____

Beberapa jam yang lalu ...

Pria paru baya itu menatap Arland dengan ramah. Jauh sebelum ini, dokter Kai memang sudah mengenal Arland. Terutama papinya, Tomi, yang memang menjadi teman satu kampus dokter Kai. Jadi wajar jika Arland kini di posisinya tampak gusar lantaran bingung apa yang harus ia katakan pada dokter spesialis kejiwaan ini. 

Lihat selengkapnya