Sampai di kampusnya, Arland langsung berlari ke gedung jurusan seni. Tempat di mana Gilang berada. Karena Arland masih memiliki urusan dengan cowok itu. Ketika di sebuah koridor, Riani yang sedang mengobrol dengan salah satu temannya, melihat Arland dari kejauhan.
Riani mengernyit dan mencoba menghampiri cowok itu. Dia harus berlari agar bisa berhasil menyusul Arland.
"Land, tunggu," sergah Riani sudah berada di belakang Arland.
Cowok itu berhenti dan berbalik. "Kenapa?"
"Elo mau ke mana buru-buru gitu? Lagi nyari orang?" tanya Riani penasaran.
"Iya," jawab Arland singkat.
"Nyari siapa?"
"Elo enggak akan kenal. Yaudah, gue duluan, ya," pamit Arland dan hendak kembali melangkah. Namun, dengan cepat Riani menahan lengannya.
"Nyari siapa, sih? Walaupun gue enggak akan kenal, seenggaknya elo cerita apa yang lagi terjadi sama elo sekarang? Ini masih ada sangkut pautnya sama kejadian di kantin tadi?"
Arland berpikir sesaat, lalu mengangguk kecil.
"Elo ada masalah apa, sih? Sumpah gue penasaran, Land."
Arland diam lagi untuk beberapa detik. Baru setelahnya dia menjawab, "Cahaya."
Riani mendelik setengah terkejut. "Cewek itu lagi? Kenapa sama dia? Dia bikin masalah lagi sama elo? Oiya, gue baru inget. Ada rumor di blog kampus kalo cewek berinisial C yang penampilannya seksi terus sombong, ketangkap basah di sebuah rumah lagi ngelakuin photoshoot vulgar. Apa jangan-jangan itu ...."
Riani belum sempat melanjutkan ucapannya, tetapi Arland sudah memotongya dengan cepat.
"Bukan Cahaya. Dia enggak salah," kata Arland dengan tegas. Lantas dia langsung mengambil ponsel di saku celananya untuk melihat blog kampus dan memastikan apa yang diceritakan Riani barusan.
Kedua mata Arland seperti akan keluar dari tempatnya. Pun rahangnya juga menegang lantaran dadanya kembali memanas. Satu lagi, napasnya juga memburu bak macan yang bersiap menerkam mangsanya.
"Elo kenapa yakin banget kalo bukan itu cewek yang dimaksud sama postingan di blog itu?" Riani mulai heran.
Arland memasukan kembali ponselnya di saku celana. Lalu menatap Riani dengan intens. "Karena gue terlibat dalam masalah ini. Gue tau siapa yang salah dalam insiden itu."
"Elo serius, Land? Terus apa yang sebenarnya terjadi?" Riani berubah menjadi kalang kabut, sekaligus tercengang.
"Ceritanya panjang. Kapan-kapan aja gue ceritain," ujar Arland langsung meninggalkan Riani begitu saja.
"Sebenarnya apa sih, yang terjadi sama Arland dan cewek itu?" tanya batin Riani masih menatap punggung Arland yang semakin jauh. Cowok itu berlari.
_____
Di dekat sebuah anak tangga, Gilang tengah menggoda seorang mahasiswi yang sepertinya juga telah termakan dengan berbagai ucapan gombal cowok itu. Dari mimik wajahnya, cewek itu terus tersenyum dengan berbagai kalimat manis dari Gilang.
Dari belakangnya, Arland langsung menarik baju Gilang dan menyeretnya ke pijakan tangga paling atas. Lalu Arland mendorong tubuh Gilang sampai mengenai dinding sehingga menyulitkan Gilang untuk bergerak.
"Siapa saksi lain atas kejadian di rumah Erik kemarin?" tanya Arland tanpa basa-basi. Tangannya sudah bersiap untuk meninju Gilang kalau saja cowok itu tidak memberikan jawaban sesuai keinginannya.
"Gue enggak tau! Lepasin gue!"
"Jangan harap. Gue akan buat sampah masyarakat kayak elo dan Erik mendapatkan hukuman yang pantas!" Amarah Arland mulai naik perlahan. Terlihat dari urat lehernya yang tertera jelas.
"Gue enggak tau apa-apa!"
Arland hendak melayangkan tinjunya ke wajah Gilang. Namun, pergerakannya terhenti karena sebuah suara seseorang di belakangnya.
"Hentikan!"
Arland menoleh ke belakang. Lalu Gilang cepat-cepat menghindar dari cengkraman Arland dan berlari ke arah Pak Suga. Gilang bersembunyi di balik tubuh sang dosen yang menjadi alasan Arland kehilangan fokusnya.
"Ada apa ini? Apa yang kamu ingin lakukan sama mahasiswa saya?"
"Anda dosen jurusan seni?" tanya Arland.
"Iya. Saya dosen yang mengajar Gilang. Apa urusan kamu sama dia sampai memakai kekerasan seperti itu?"
"Kalau begitu, pasti Bapak mengenal Cahaya?"
Pak Suga terlihat bingung dan malah semakin penasaran dengan mahasiswa berkaca mata di depannya ini.
"Cahaya satu kelas dengan Gilang. Tentu saya mengenal dia. Ada apa memangnya?"
"Dia adalah orang yang sudah menebar fitnah tentang Cahaya!" ujar Arland meninggikan sedikit suaranya.
"Bukan, Pak, bukan. Saya enggak tau apa-apa. Itu orang cuma asal ngomong aja. Beneran, Pak. Saya enggak salah apa-apa," timpal Gilang ketakutan.
"Ya sudah, kamu silakan pergi. Biarkan saya berbicara dengan dia," kata Pak Suga ke Gilang. Tentu saja ucapannya ini berhasil membuat Gilang merasa merdeka. Berbeda dengan Arland yang sedang berdecak kesal.
Setelah Gilang berlari menghindari Arland, Pak Suga mendekat ke Arland. "Kamu bisa ke ruangan saya untuk membicarakan soal ini."