Dunia yang Terlupakan

Emma Arsyah
Chapter #1

Prolog

Jarum jam terus berdenting penanda detik demi detik kian berlalu. Tampak, seorang Gadis dengan jilbab berwarna pink sedang mengatup-ngatupkan kaki kanannya ke lantai, sambil enggan melepaskan pandangannya dari jam di lengannya. Sebentar lagi tepat pukul 08.00.

Sasha menggigit bibir bawahnya, gusar. "Bu, bentar lagi sesi foto booklet mulai. Kak Azzam jadi mau nganter? Kalo nggak aku berangkat sendiri aja deh, bisa kok," keluh Sasha meyakinkan.

"Jangan ah! Nanti kamu kenapa-kenapa lagi, mana truknya gede-gede, susah tau nyebrang di depan kolam renang itu! Kalo nanti ketabrak gimana? atau ada yang perkosa kamu, mau gitu? Banyak loh kejadiannya!" ujar Bu Tari dengan volume besar dari balik kamar yang sedang sibuk bercermin dengan segala alat riasnya.

"Tapi nanti aku bisa telat!" gerutu Sasha

"Sabar dong, bentar lagi beres deh kayaknya kak Azzam." Menaruh bedaknya di meja. "ZAM, UDAH BERES BELUM? ITU ADEKNYA NUNGGUIN. Main laptop mulu dari tadi!"

Sasha menghela nafas panjang, sudah hampir satu jam ia berdiam diri. Masih saja dianggap belum sabar. Padahal sesi foto rencananya akan dimulai lima belas menit lagi. Alhasil, Sasha nekad berangkat sendiri, pakai alibi mau ke warung beli snack.

Sayang, niat Sasha langsung terendus oleh Bu Tari, yang curiga karena tasnya hilang dari kamar. Hal itu tentu saja bikin Bu Tari jengah bukan main.

Brugh,

Bunyi Laptop Azzam yang layarnya tertutup.

"Astaghfirullah, ya ampun Bu." Azzam melepas headphones-nya kaget, melongo ke arah Ibunya.

"Lagian kamu tuh, Ibu dari tadi ngomong ga denger! Sibuk laptop mulu, main games ya?"

"Aku lagi meeting Bu! Bentar lagi loh, padahal beres. Itu kesempatan produk aku bisa berekspansi ke luar pulau," terang pria berkulit putih, hidung mancung, dan mata lonjong tersebut.

"Owalah meeting toh? Kenapa ga bilang?"

"Kan Azzam udah bilang dari semalem, tadi pagi juga. Berkali-kali malah. Ibu ga dengerin."

Bu Tari berusaha mengingatnya, "Iyakah?" Membentuk tanda centang terbalik secara horizontal di dagu dengan kedua jarinya, sayang tetap saja ia lupa, merasa Azzam belum pernah menceritakan apapun. "Gapapa lah, masih belum jelas ini. Mending lanjutin aja usaha ibu yang udah pasti." tuturnya tanpa rasa bersalah. "Tuh sekarang susulin Adek kamu yang bandel itu!" Bu Tari nunjuk arah pintu luar.

"Dia udah gede Bu!" timpal Azzam memberi tahu dengan nada agak sedikit meninggi

"Tetep aja, kalo kenapa-kenapa ibu yang pusing lagi! Cepetan gih, mumpung belum jauh. Ibu harus berangkat bentar lagi ketemu kolega."

"Argh ...." Azzam mengacak-acak rambutnya. Memang Azzam tadi ngapain, dikira main slot? Ingin membuka laptopnya kembali.

"Eh, dosa loh lawan orang tua!" kalimat senjata yang biasa wanita itu ucapkan ketika berselisih dengan anaknya. Seraya memberi kode agar Azzam menutup laptopnya lalu langsung menunaikan titahnya.

Lihat selengkapnya