Gemericik air mancur berbunyi, burung pipit ikut meramaikan pagi hari ini dengan kicauan nan syahdu. Sayup-sayup terdengar pula gelak tawa dua orang sedang asyik memainkan air, yang semakin nyaring seiring Sasha melangkah masuk ke area kolam renang tersebut. Kolam renang yang mengapung di atasnya beberapa ban karakter lucu. Salah satunya ban kuda poni yang diduduki Salma, yang dihempas jauh oleh air yang dikibas-kibaskan Dian. Ternyata itu suara canda mereka berdua.
Selain itu, di sebelahnya terpampang jelas beberapa gazebo yang dipenuhi sebagian besar teman-teman Sasha. Tempat yang ia tuju pertama kali untuk duduk seraya menunda tasnya.
"Sha, akhirnya lo datang juga," ucap Dian meninggalkan Salma di tempat, menghampiri sahabatnya.
"Iya maaf, telat ga aku?"
"Nggak dong, sayang. Banyak yang ngaret juga tuh." timpal Dian, mengarah ke segerombolan lelaki yang masih sedikit.
"Nggak kerasa ya, bentar lagi kita mau lulus. Tau-tau nanti kita reunian udah pada sukses kali ya. Apalagi lu Sya! Sekilang lu kan siswi berprestasi, suka ranking."
"Kesuksesan itu ga berpatok dari peringkat atau gelar di Sekolah, Ti," ucap Sasha.
"Tapi, peluangnya bisa lebih besar kan?"
"Baru sebatas peluang."
"Ya juga ya."
"OMG, pagi-pagi obrolannya serius gini!" ujar Dian.
"Tau nih, Sasha! Orang mah optimis Sha punya bakat kaya lho!" seru Melati.
"Tapi itu fakta pahitnya!" Seolah tidak bangga dengan pencapaiannya selama ini.
"Iya deh, btw, kalian pada mau kerja atau lanjut kuliah nih?" Tanya Melati
"Kerja," jawab Dian dan Salma serentak.
Karena, Sasha diam saja, ketiga temannya mengira Sasha akan lanjut kuliah. Toh, beliau pintar, bisa saja dapat beasiswa.
"Sha, mau lanjut kuliah di mana nih?" tanya Salma penasaran.
"Mending lanjut, di Univ B aja ga sih, Sha? bareng aku? Biar aku masih bisa nyontek gitu," pinta Melati.
"Ah luh mah, nyontek mulu hobbynya Ti. Mikir dong." Sahut Dian
"Muka gini suruh mikir, emang kelihatan dia bisa mikir?" tanya Salma.
"Syutt...," menyimpan satu jari di depan bibir. "Ga boleh gitu ah. Ga baik ..." timpal Sasha halus.
"Tuh ga baik kan." sela Melati, senang ada yang membelanya.
"Belum beres, ga baik nyontek itu," sambung Sasha.
Melati memajukan bibirnya beberapa senti. Sontak, semua orang yang terlibat dalam obrolan itu, tertawa riuh menyaksikannya. Apalagi Melati yang udah kepedean dibela Sasha.
"Wkwkk, tuh dengerin ti, tobat!" ujar Dian puas yang dibalas Melati dengan tangan terlipat di depan dada.
"Mbb, aku masih belum tau. Pingin langsung kerja aja, biar bisa bebas, toh kita lulusan SMK bisa kerja tanpa perlu kuliah."
"Sama dong, kita cs." Ngajak Sasha tos. "Gue juga lulus mau langsung kerja. Harus bantu bokap." terang Salma.
"Tenang aja pasti banyak yang mau nerima lu, Sha." kata Dian optimis.
"In syaa Allah."
"Eh btw, kita main yuk habis ini. Nanti mah susah kalo udah pada kerja."
"Boleh tuh, ide bagus."
Sasha hanya diam. Tak menampik ide tersebut dengan perkataan apapun. Ia tersenyum tipis.
"Oh iya ya, Lo Sha ga dibolehin main yak!" tukas Dian.
"Kayanya, ngajak Sasha harus pake proposal dulu kali ya, baru diizinin."
"Huuh, Ibu sama Kakak Sasha overprotektif banget yak! Sampai foto booklet aja ditungguin." ucap Salma
"Wah ya, beneran?" tanya Melati tak percaya.
"Ya." Pipi Salma menggembung sebelah dengan lidah kesamping di dalamnya, seolah ngasih kode terhadap keberadaan Kak Azzam yang sedang fokus baca koran.
Sadar diperhatikan. Pria yang mirip artis hollywood itu pun menutup lipat korannya, diangkatnya secangkir kopi, menawari teman-teman Sasha makanan barangkali ada yang belum sarapan.
Ketampanan pria tersebut membuat Melati, menarik nafas dalam-dalam. "Ganteng banget, Kakak lho, Sha!" Melati antusias, seraya memegangi mulut dan pipinya secara bergantian.
"Punya gue ya itu!" ucap Dian mendelik.
"Iya gitu, Sha?" tanya Yati kecewa bahunya turun.
"Masih jomblo!"
Dian menyenggol siku Sasha pelan. "Ish..." desis Dian
Prok... Prok... Prok...
Bunyi tepuk tangan sebagai isyarat untuk berkumpul. Telah genaplah seluruh teman Sasha.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam"
"Selamat pagi, perkenalkan saya Dion dan di belakang ada teman-teman kakak dari D.X.G Photo." Memperkenalkan rekan-rekannya yang membawa kamera. "Kita di sini akan membantu adek-adek semuanya untuk foto booklet. Sebelumnya, kakak mau apresiasi dulu nih, tema yang adek-adek ambil 'party pool', cukup unik ya. Kalian juga hebat bisa pilih tempat sekeren ini. Mana adek-adek udah cantik dan ganteng semua lagi. Oke, to the point aja, kita bakal ada tiga sesi: 1) Foto kelas, 2) Foto per kelompok masing-masing 5 orang, 3) Foto pribadi. Untuk latarnya, adek-adek boleh pilih spot foto di mana aja bebas, selama masih di area ini. Tenang, semua bakal kebagian, tapi antri ya, gantian. Nah, oleh karena itu kakak mohon kerja samanya ya adik-adik."
"Siap kak!" sahut murid-murid kelas 12 A.
Sesi pemotretan pun diawali dengan doa bersama. Harapannya, agar acara tersebut dapat berjalan lancar. Seusai berdoa, teman-teman Sasha bersiap mengikuti serangkaian sesi foto dengan pakaian yang saling senada yakni colorful. Tentu saja hal itu mampu menambah nuansa indah dalam foto.
Sesekali satu di antara mereka ribut kecil perihal komposisi, posisi, fose, maupun latar. Ada juga yang menyambutnya dengan riuh canda tawa. Duh, pemilihan fose kali ini benar-benar rumit. Baik fose yang dianggap unik, sudah oke atau aneh. Seperti fose unik yang dilakukan salah satu kelompok lelaki yang mana satu diantara mereka dipegang seakan mau dilempar ke kolam. Atau satu orang terjun dari perosotan yang membasahi keempat temannya yang mengundang kekesalan mereka. Atau berfose di atas ban karakter kuda poni.
Momen sekali seumur hidup ini tentu dimanfaatkan sebaik mungkin demi mengukir kenangan yang tak terlupakan di kemudian hari. Bagaimana tidak, ini mungkin terakhir kali mereka menghabiskan waktu bersama seperti ini. Namun, tidak untuk Melati.
"Pokoknya ini ga boleh jadi terakhir, kita harus saling berkabar, jangan sampai putus."
"Betul, betul, betul." Salma menirukan gaya Upin dan Ipin.
"Nanti besok jadi ya main bareng?" ucap Melati
"Jadi dong!" seru Dian
"Yah, bakal kurang lengkap nih nggak ada Sasha." Salma penuh kecewa
"Ikut dong Sya!" Ajak Dian