Dunia yang Terlupakan

Emma Arsyah
Chapter #1

Prolog

Di sebuah tanah lapang yang tertanam ribuan rumput pendek basah nan hijau. Seorang anak laki-laki sedang fokus berlari sambil menggocek bola dengan kakinya ke arah kanan juga ke arah kiri. Ia terus berlari zigzag dengan nafas yang cukup tersengal-sengal, tak luput sesekali melirik ke arah tenggara dan barat daya, senantiasa berupaya menjaga bola dari anggota tim lawan. Hingga tak terasa jaraknya dengan gawang kian menipis, peluang emas untuk memasukkan bola terpampang jelas. Meskipun tampak sang kiper siap sedia menangkap bola agar tak memasuki gawang, tak menggoyahkan keyakinan Azzam begitu saja untuk mencetak gol. Ia mengayunkan kaki kanannya ke belakang bersiap mengayunkan kembali ke depan untuk menendang bola. 

"AZZAM...!" Sahut seseorang yang suaranya tampak familiar di telinga Azzam, mencuri fokusnya dalam hitungan detik, membuat kepalanya mendongak tertuju pada sumber suara. Azzam pun menunda tendangannya.

Pluk....

Aryo menyepak bola di dekat Azzam, berlari menggiringnya, membelakangi pemuda yang sedang terpatung sesaat, ia berhasil memanfaatkan situasi terkini. Azzam seketika tersadar, ia menendang angin greget pada diri sendiri bisa kecolongan. Wajar saja apabila sedikitnya, Azzam kena omel kawan sepermainannya yang menyayangkan hal yang berlalu tadi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, waktu tak akan bisa terulang, mereka memilih fokus kembali dalam bermain.

Azzam yakin betul ada seseorang yang memanggilnya tadi. Meski suara tersebut timbul tenggelam bersama riuh suara teriakan sorak sorai dan tepuk tangan menggema dari anak-anak yang heboh menyemangati masing-masing tim andalannya. 

Begitu pula seorang gadis kecil yang beramput bop pendek meneriaki kakaknya agar tetap semangat. Jangan patah harapan. Ia turut mengatup-ngatupkan kedua telapak tangannya berkali-kali meniru perilaku orang-orang di sekitarnya. Entahlah, walau hanya jadi penonton rasanya seru sekali. Sasha memasang senyum sumringah. Berharap Kakaknya dapat kembali merebut bola.

Akan tetapi, Sasha kaget tatkala ada seseorang yang menarik lengannya begitu cepat secara tiba-tiba dengan cengraman yang begitu erat, bahkan menyakitkan, menyeretnya ke suatu tempat, ke luar dari keramaian tersebut. Sontak saja suasana hatinya berubah 180 derajat seketika menjadi mendung, beserta gemuruh sebelum hujan.

Pintu kamar mandi tertutup.

Bunyi serokan air yang digayung secara kasar terdengar, beserta tumpahannya, yang berlomba dengan isak tangis gadis kecil yang mencari nafas di sela-sela tersebut.  Sasha memeluk kedua dengkulnya, gemetar kedinginan, basah kuyup bersama baju yang melekat pada badannya. Memanggil-manggil nama kakaknya.

Samar, saat itu pula Azzam seolah seperti mendengar suara tangis adiknya tersebut, namun aneh setelah menyapu berbagai penjuru tak juga ia dapati kehadirannya. Perasaan Azzam mulai tak enak. Ia memilih mundur setelah mencetak gol dari permainan sepak bola tersebut guna mencari keberadaan gadis berambut pendek. Setiap orang ia tanyai mengenai Sasha. Nihil, tak ada satupun yang tahu. Mereka sudah terlanjur larut terhipnotis ke dalam pertunjukan di hadapannya. Jantung Azzam berdegup kencang, ia khawatir adiknya tersesat, apalagi mereka baru saja pindah Rumah. Adiknya belum terlalu tahu seluk beluk area sekitar rumah barunya. Ia mencari Sasha kesana kemari. Tetap tak ada.

Lihat selengkapnya