Disebuah desa kecil di ujung selatan kota Tulungagung hiduplah seorang gadis cantik dan ceria, dia bernama Najwa Qumaira. Dia adalah anak dari bapak H. Abdullah dan ibu Salsabila. Najwa, begitulah orang sering memanggil namanya. Dia adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Najwa sangat sayang dengan adik-adiknya, Hasan, Abil dan Zahra. Tahun ini adalah tahun dimana Najwa akan melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren, pesantren Miftahul Ulum Jombang. Pondok Miftahul Ulum adalah pondok ayah Najwa menimba ilmu saat beliau masih remaja. Sejak kecil ayah Najwa sudah menetapkan bahwa Najwa harus mengabdi di pondok tersebut, karena ayah Najwa sudah sangat dekat dengan keluarga "ndalem" di sana.
(Keluarga ndalem adalah keluarga kyai pengasuh pondok pesantren).
Setelah selesai menempuh pendidikannya di Tsanawiyah, Najwa diantar ayahnya ke pondok Miftahul Ulum Jombang untuk melanjutkan pendidikannya.
Hari itu adalah keberangkatannya,
"Umi, Najwa minta restu umi...."
"Iya anakku, berangkatlah menuntut ilmu, semoga mendapat ilmu yang bermanfaat...."
"Terima kasih umi..., Najwa sayang umi." Ucap Najwa menahan air matanya.
"Kak Wawa.... Hati-hati ya...," ucap kedua adiknya, dan mereka pun saling berpelukan.
"Iya....
Jangan nakal ya adik-adikku.... Yang nurut sama Abah dan umi...."
"Iya kak...." Merekapun bergantian bersalaman dengan kakak tercinta mereka.
"Zahra cantik..., jangan rewel ya...."Najwa mencium adik bungsunya yang masih berusia 8 bulan dengan gemas.
"Ayo Najwa.... Nanti keburu sore sampai di pondok," ingat ayah Najwa.
"Iya bah....
Umi..., Najwa berangkat..., assalamualaikum...."
Pagi itu dengan niat tolabul ilmi, Najwa membulatkan tekadnya untuk mengabdi di pondok. Menuruti dan mematuhi segala peraturan pondok, sekaligus selalu ta'dzim kepada Abah kyai.
Siang menjelang sore Najwa baru sampai di pondok. Abah Najwa sowan dan memasrahkan Najwa kepada Abah kyai Qomarudin selaku pengasuh pondok pesantren Miftahul Ulum untuk sendiko dawuh(taat) ikut membantu keluarga ndalem. Abah kyai dengan senang hati menerima Najwa dan mendoakan Najwa semoga mendapat ilmu yang bermanfaat.
Setelah beberapa jam bercengkrama dengan Abah kyai, ayah Najwa pamit.
"Najwa..., Abah usahakan sesering mungkin menjenguk kamu, seng krasan(betah) ya...."
"Iya bah...," ucap Najwa menunduk menahan tangisnya.
"Hati-hati..., nurut apa kata pak kyai, insyaallah berkah...."
"Iya bah...,Najwa akan selalu ingat pesan Abah." Air mata Najwa tidak kuasa menetes.
"Jangan nangis nduk ayu..., Abah dan umi akan selalu mendoakan mu...."
"Iya bah...." Najwa menghapus air matanya.
"Ya udah nduk, Abah pamit dulu..., assalamualaikum."
"Waalaikumsalam...."Najwa mengecup tangan ayahnya ta'dzim.
Najwa terus saja melihat ayahnya berjalan keluar pondok, jujur Najwa masih sedikit takut karena ini adalah pertama kalinya Najwa harus jauh dari kedua orang tuanya. Saat didepan pintu gerbang pondok, ayah Najwa tersenyum dan melambaikan tangannya, seketika Najwa menangis menjadi, Najwa ingin berlari menuju ayahnya, tapi itu tidak akan pernah dilakukan Najwa karena sudah jadi tekadnya untuk membahagiakan orang tua nya dan membuat mereka bangga atas keberhasilan Najwa.
Sekuat hati Najwa membalas senyuman ayahnya walaupun air matanya tidak bisa berhenti menetes.
"Abaaaaahhhhhh...." Tangis Najwa pecah saat ayahnya sudah keluar pondok dan tidak terlihat lagi.
"Tidak Najwa..., jangan menangis, kau harus kuat...." Batin Najwa. Dengan berat hati Najwa masuk ke pondok.
"Najwa Qumaira?" tanya salah seorang santri yang mengurus santri baru.
"Iya...," Najwa menghapus air matanya.
"Ayo ikut saya, aku tunjukkan kamar kamu...," ajaknya.
"Iya kak...," ucap Najwa mengikuti.
"Kenalkan, namaku Mufida..., panggil saja kak Fida."
"Iya kak Fida."
"Kamu mau kamar yang atas apa bawah? Nanti aku tunjukkan."
"Kamar atas saja kak,"
"Hmm... baiklah...kamar kamu...," Fida berfikir sejenak.
Najwa setia menunggu sambil melihat sekeliling yang kelihatannya masih belum ramai karena sebagian santri masih belum kembali ke pondok.
"Kamar E-3 ya.... Ketua kamarnya mbak Eli, nanti kamu bisa kenalan sendiri dengan anggota kamarnya...."
"Iya kak...,"
"Ayow ikut aku..., aku tunjukkan kamarnya...."
Najwa pun mengikuti langkah kak Fida menuju kamar E-3. Waktu itu suasana pondok masih agak sepi. Dari kamar ke kamar masih terlihat hanya ada satu dua tiga santri di setiap kamar.
"Nah..., ini kamar kamu...," ucap kak Fida mengagetkan Najwa.
"Eee.... Iya kak..., terima kasih kak...."
"Mbak Eli.... Ada anggota baru..., tolong bimbingan nya ya...."
"Iya kak Fida...," ujar Eli sambil tersenyum.