DUNIAKU DUNIAMU

Ika_muntadzirotul
Chapter #2

#2

H. Abdullah dan ibu Salsabila

Mereka adalah orang tua Najwa. H. Abdullah adalah seorang pengasuh madrasah diniyah yang merupakan warisan kakek Najwa. Kakek Najwa dulu adalah seorang pendiri sebuah madrasah diniyah yang sekarang dikembangkan oleh ayah Najwa. Madrasah diniyah Toriqusalam merupakan madrasah yang cukup ramai, ada sekitar 25 santri (putra) yang setiap sore belajar Alquran dan 100 santri (putri) sekolah Diniyah. Untuk malam hari sekitar 30 santri (putri) belajar Al-qur'an dan 100 lebih santri (putra) sekolah diniyah.

Selain seorang ustadz, ayah Najwa adalah seorang pedagang baju dan setiap pagi ayah dan ibu Najwa pergi ke pasar untuk berjualan. Mereka mempunyai ruko yang lumayan besar di sana. Setiap sore setelah selesai berjualan ayah Najwa langsung mengajar di madrasah. Ada mushola kecil di samping madrasah yang digunakan santri untuk berjamaah setiap hari setelah sekolah dan mengaji. Madrasah dan mushola tersebut berada di pelataran depan rumah Najwa dan keluarga.

Ayah Najwa memiliki 3 bersaudara tapi semua berada di lain daerah dan yang menetap mengurus madrasah adalah ayah Najwa.

Ibu Najwa seorang ibu rumah tangga yang selalu setia membantu ayah Najwa. Ibu Najwa juga membuat online shop untuk menambah penghasilan yang selebihnya dibantu Najwa saat Najwa belum belajar di pondok pesantren.

Kyai H. Qomarudin dan ibu nyai Marfu'ah

Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Miftahul Ulum Jombang yang merupakan tempat ayah Najwa belajar sebelum menikah. Kyai Qomarudin memiliki santri yang cukup banyak. Ada sekitar hampir 400 santri yang mukim di sana, 200 lebih santri putri dan 100 lebih santri putra. Tidak ada pembelajaran formal di pondok tersebut tapi ijasah nya sudah mendapatkan sertifikat resmi pemerintah yang menyatakan kesetaraan dengan pembelajaran di tingkat SMA jika lulus sampai tingkat Aliyah. Ijasah tersebut bisa di buat daftar ke perguruan tinggi Islam ataupun di buat daftar kerja di perusahaan.

Semua pembelajaran adalah bidang keagamaan dan pelatihan ketrampilan seperti menjahit, komputer, sepak bola dan hadroh.

Santri putra dikepalai oleh kyai Qomarudin sendiri dan santri putri diasuh oleh istrinya ibu yai Marfu'ah.

Najwa Qumaira

Najwa adalah seorang gadis cantik dan cukup terkenal dikampungnya . Tinggi semampai, berkulit bersih, mata indah dan senyum yang mengembang. Secara fisik Najwa adalah gadis yang sempurna. Najwa memiliki 3 saudara, 2 adik laki-laki (Hasan dan Abil) dan satu adik perempuan (Zahra). Sebelum mondok, keseharian Najwa adalah membantu ayah dan ibunya mengajar di madrasah. Najwa bertugas mengajar Al Quran. Setiap sore dan malam. Anak didiknya sangat suka diajar Najwa karena Najwa begitu sabar dan telaten mengajar satu persatu anak didiknya.

Azmi Muhammad

Gus Azmi adalah anak kedua dari kyai Qomarudin. Sekarang beliau menempuh kuliah semester 4 dan juga membantu mengajar di madrasah pondok ayahnya (untuk putra). Sebelumnya Gus Azmi mondok di pondok pesantren Langitan Tuban, tapi setelah lulus di sana Abah nya meminta Azmi kembali dan membantu mengajar di pesantrennya sendiri. Dengan berat hati Azmi menuruti perintah abah nya karena sebenarnya Azmi masih ingin melanjutkan belajarnya di pesantren. Tapi abah nya sudah semakin sepuh (berumur) dan ibunya juga merindukan Azmi, karena sejak umur 7 tahun Azmi sudah di pesantren.

Pondok Miftahul Ulum adalah pondok yang memiliki 3 cabang yang semuanya di asuh oleh kakak dan adik kyai Qomarudin. Dua cabang yang lain adalah pondok salaf tapi ada sekolah formal nya. Tingkat SMP dan SMA untuk putra dan putri. Jika dijumlah keseluruhan santri pondok Miftahul Ulum ada sekitar 1500 lebih santri.

Gus Azmi sangat tampan dan berwibawa, sejak sepulang dari pondok seluruh santri putri asuhan kyai Qomarudin gempar karena tidak pernah sekalipun mereka tahu kalau Gus mereka sangat tampan. Azmi tidak pernah pulang kalau santri di pondoknya belum libur. Mbak ndalem pun tidak pernah tahu kalau laki-laki tampan yang kadang mereka lihat saat di ndalem adalah putra kedua kyai Qomarudin.

Dulu sebelum Azmi pulang, kakaknya lah yang jadi idaman seluruh santri.

Gus Azmi sudah meminta pengurus asatidz (guru-guru madrasah) untuk tidak memintanya mengajar di pondok putri dan mereka pun menyetujuinya.

*Di pondok putri*

"Aduuuhhh gugupnya aku...," gerutu Ziha pelan.

"Kenapa mbak?" Tanya Najwa penasaran.

"Eeehh..., gak apa-apa kok...." Jawab Ziha malu-malu, tapi Najwa tidak membahas itu lagi dan mengalihkan pembicaraan.

"Kalau di ndalem biasanya kita masak dibantu santri putra gak mbak?" Tanya Najwa penasaran.

"Ya enggak lah, tugas santri ndalem putri cuma nyiapin sayur untuk semua santri dan masak untuk keluarga ndalem. Biasanya untuk masakan keluarga ndalem mbak Raisya dan Mala yang nyiapin. Kita yang bagian porsi besarnya, untuk sayur semua santri hehehe". Ucap ziha terkekeh.

"OOO gitu, kita berapa orang mbak?"

"Nanti ada 8 orang termasuk kita...," terang Ziha. Najwa pun berfikir sejenak.

"Jangan kuatir, gak berat kok.... Nanti yang menyiapkan sayur dan menghidangkan adalah santri putra. Kita cuma kebagian nyiapin bumbu dan memasaknya. Kalau sudah selesai semua ditangani pondok putra, karena yang masak nasi santri putra." Terang Ziha.

Lihat selengkapnya