DUNYA - Kesucian yang Direnggut Paksa

Ini Ratsel
Chapter #4

4. Caelum

Dunya membuka mata perlahan, dan mendapati dirinya berada di bawah langit malam yang sangat indah. Langit yang belum pernah ia lihat selama hidupnya. Bintang-bintang berbaris rapat mengelilingi bulan yang hanya sendiri.

"Ya, bulan itu adalah kamu. Dan bintang-bintang itu adalah kumpulan orang-orang yang akan mengujimu dalam kehidupan. Ada yang mencintaimu, berjuang untuk kebahagiaanmu, ada juga yang membencimu dan ingin melihatmu hancur."

Dunya menoleh ke arah suara, dilihatnya seorang pemuda tengah duduk membelakanginya.

Ia ingin bertanya siapakah pemuda itu? Tapi lidah Dunya terlalu kaku untuk digerakkan.

"Jangan menyerah. Langit yang indah itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Surga yang Allah janjikan, jika kamu mampu melewati semua ujian yang Dia berikan. Bangkitlah. Kamu bisa melawan rasa sakit itu."

***

"Pak, aku akan ikut ke Jakarta untuk menemani Dunya," kata Kaisa kepada sang ayah setelah menandatangani dokumen yang mereka butuhkan.

"Pergilah. Bapak akan menyusul setelah tiga hari. Karena sekarang musim panen, Bapak harus mengawasi para pekerja dulu."

"Aqshar," panggil Kaisa ketika dilihatnya pemuda itu datang dengan membawa sebuah koper. "Kamu ikut?" tanya Kaisa.

"Ya. Aku sudah mengajukan cuti."

"Kalian berdua harus menjaga Dunya di sana. Bapak akan menyusul setelah panen selesai. Jangan biarkan sesuatu yang buruk menimpa Dunya." Ayah Kaisa berpesan sambil menatap ke arah Dunya yang masih belum lepas dari efek obat penenang. "Bapak harus pergi sekarang," katanya kemudian. Jauh di lubuk hati, ia menolak melihat kondisi Dunya yang seperti itu. Karena ia adalah Ayah bagi gadis itu, hatinya tersayat mengetahui apa yang Dunya alami.

"Di mana pelacur itu?!"

Tiba-tiba saja seorang wanita muncul dan membuat keributan. Hal itu membuat semua orang berjalan dan melihat ke arah suara.

"Perempuan gila itu ...." Aqshar berjalan mendekati Eni --Ibu Herman-- dengan penuh amarah.

"Di mana pelacur yang menyulitkan hidup putraku itu?" teriaknya lagi.

Lihat selengkapnya