Duri

Windy Effendy
Chapter #5

Jangan Main-Main

Semalaman Rei tidak bisa tidur. Ia berusaha menghindari Anya—yang bersikap biasa saja. Tentu saja, badai itu hanya berkecamuk di kepala Rei. Ia sangat ingin segera membuka laptop untuk mengusut semua sejarah transaksi yang pernah terjadi selama dua­–tiga tahun belakangan ini, tetapi ia mengurungkan niatnya. Di rumah, Andra dan Aley menyita perhatiannya. Satu jam sebelum makan malam, Rei memilih bermain bersama dua anak kecilnya. Setelah makan malam, Rei menyempatkan berdiskusi dengan Arga soal sekolahnya.

Selepas bicara panjang lebar dengan Arga, Rei memilih untuk bekerja di studionya. Sebuah ruangan pribadi yang sengaja didesainnya sendiri. Warna biru gelap mendominasi dindingnya. Satu bagian dari empat sisi dinding kamarnya sengaja diberi tekstur kasar dengan sentuhan warna semen gelap. Rak buku memanjang di satu dinding di dekat pintu studio. Di seberangnya, sebuah meja gambar manual yang dimilikinya sejak masa kuliah berdiri kokoh. Walau sudah jarang digunakan, Rei tetap merawatnya dengan baik. Bila rindu, sesekali ia menggunakannya sambil tetap mengasah kemampuannya menggambar manual. Kecanggihan teknologi hingga saat ini telah membuatnya lebih banyak menggunakan program gambar dan tak terlalu sering berkencan dengan rapido.

Ruangan ini membuatnya memiliki keheningan. Sebisa mungkin ia menjauhkan anak-anaknya dari ruangan itu. Di situ ia bisa berpikir tenang, bekerja dengan fokus. Selain itu, bekerja dari ruang itu membuat Rei masih tetap terhubung dengan anak-anaknya kapan saja—bahkan dengan Anya—bila diperlukan. Ia bermaksud begitu, tadinya. Tetap fokus, tetapi tetap ada bila ada yang membutuhkannya. Kini, ia memilih tidak berinteraksi dengan istrinya sementara waktu.

Malam ini targetnya menyelesaikan konsep rancangan utama gambar agar timnya bisa bekerja besok. Itu lebih penting. Rei bertekad menyelesaikan semuanya malam ini sehingga besok pagi ia memiliki waktu cukup untuk membuka catatan transaksi bank tanpa gangguan. Satu hal yang juga tidak disukainya, Anya bisa sewaktu-waktu masuk dan berkicau soal hal-hal yang tidak perlu—yang sangat mengganggunya. Dan sampai sejauh ini, Anya tidak pernah sadar perbuatannya yang masuk tiba-tiba itu sangat tidak disukai Rei. Walau sudah berkali-kali Rei mengatakan bila masuk ke ruangannya harus ketuk pintu dan berkabar dulu, Anya tidak pernah peduli.

***

Keesokan harinya, Rei berangkat sepagi mungkin. Anak-anak biarlah diantar Anya, pikirnya. Ia mengejar suasana kantor yang masih lengang agar bisa berpikir dengan tenang.

Belum banyak yang datang di kantor ketika ia datang. Rei mengangguk kepada satu dua orang rekannya yang sudah duduk di meja kerja. Setelah itu, Rei segera menuju ruangannya.

Sambil menunggu laptopnya loading, Rei mengaduk secangkir kopi. Pelan, ia menyesap kopi itu di tepi jendela yang menghadap ke taman. Alunan piano River Flows in You milik Yiruma menemani dari Spotify di ponselnya. Di bawah sana, taman tampak lengang. Satu dua orang melintas, terburu-buru, seakan mengejar pagi yang segera menghilang.

Biasanya bila tiba cukup siang, ia bisa melihat manusia-manusia yang tergesa ingin segera tiba di tempat tujuan. Kaki yang melangkah gegas, pundak bertatapan, tangan yang mendekap erat tas kerja. Rutinitas pagi yang selalu dilihatnya sebelum mulai mengurus harinya sendiri. Pagi itu, badai di kepalanya lebih riuh. Rei seolah tersesat dalam pusaran kenangan tentang ia dan Anya di tengah kesunyian pagi hari.

Rei tahu, ada yang harus dimulai hari ini. Dia akan menghadapi sebuah kehilangan besar bila harus jujur pada dirinya. Namun, hidupnya bisa menjadi lebih buruk dari sekarang bila tak segera dibereskan. Pertanyaan yang sering menghiasi benaknya akhir-akhir ini: ke mana cinta yang dulu pernah ada?

Dilihatnya laptop sudah siap. Rei masuk ke email-nya dan mencari jejak laporan rekening dari bulan-bulan yang lalu. Dibukanya tab baru di browser-nya. Untuk back up, Rei mengunduh laporan bulanan langsung dari bank yang digunakan.

Rei menghela napas ketika semuanya sudah terbuka di layarnya. Sekilas, semuanya tampak baik-baik saja. Dengan cepat disusunnya satu file dari beberapa laporan transaksi bank dalam satu tahun. Setelah siap, Rei mengurutkan data dengan mencari satu nomor rekening dengan nama yang sudah di luar kepala.

Kerut demi kerut mulai menghiasi kening Rei. Dilihatnya banyak sekali deretan transaksi dengan jumlah yang beragam. Jumlah yang nyaris separuh dari uang jatah bulanan Anya darinya. Rei membuka sheet baru dan segera menghitung cepat. Sisa uang bulanan yang diberikannya kepada Anya ternyata mencukupi kebutuhan yang lain: uang SPP anak-anak, pembayaran tagihan-tagihan rumah, belanja rumah tangga.

Sungguh luar biasa bila Anya bisa memutar sisa uang yang dipegangnya untuk membayar itu semua. Namun, Rei justru menemukan bahwa selain transaksi transfer kepada rekening ibu Anya, banyak transaksi lain yang serupa dengan yang ditemukannya di hari sebelumnya. Pembayaran utang pembelian makanan, kekurangan pembayaran pesanan kue, kekurangan pembayaran pembelian keperluan anak-anak, dan sebagainya. Kening Rei tidak hanya berkerut. Kini, pelipisnya terasa berdenyut-denyut.

Pantas saja Anya selalu meminta tambahan ini itu untuk membayar sesuatu. Rei sudah tidak ingat lagi tambahan apa saja yang diminta Anya. Yang jelas, selain uang bulanan yang ditransfernya pada rekening yang dipegang Anya, sering kali di tengah bulan Anya meminta tambahan uang untuk urusan-urusan yang tidak terduga seperti periksa gigi Andra ke dokter gigi, membayar seragam atau keperluan untuk ekstrakurikuler anak-anak, atau sumbangan untuk masjid atau RT. Di antara kesibukan Rei yang padat, ia tak terlalu memikirkan jumlah dan tujuan itu selama apa yang dikatakan Anya masih masuk akal.

Dicobanya menelusuri catatan pengiriman uang tambahan yang dilakukannya. Bulan kemarin, bulan sebelum kemarin, bulan sebelumnya lagi. Dicatatnya jumlah yang ditransfernya. Kemudian, dilihatnya catatan transaksi yang terjadi setelah itu. Memang benar ada transfer ke dokter gigi, tetapi jumlahnya hanya sepertiga dari permintaan Anya. Ada juga transfer ke berbagai rekening yang tujuan transaksinya tak ditulis dengan jelas. Pengambilan tunai terjadi paling banyak. Nyaris separuh lebih dari yang jumlah yang dikirimkan Rei diambil tunai oleh Anya.

Lihat selengkapnya