Duri

Windy Effendy
Chapter #27

Permata-Permata Surga

Rei merasa ada sebuah bandul besar yang terlepas dari hatinya. Alih-alih merasa hampa, Rei merasa lebih ringan dan mudah melangkah. Satu gerbang penting telah dilewatinya. Kini, ia tinggal membereskan semua detail yang ada di hadapannya.

Nala menemaninya bicara setelah itu. Rei meminta pendapat Nala tentang beberapa hal. Satu hal yang sudah pasti, Rei memastikan ia akan segera pindah rumah.

Segera saja ia menghubungi salah satu agen real estate yang juga merupakan sahabat baiknya. Rei memastikan ia akan segera mengambil satu unit rumah yang sudah siap huni dengan segera. Di sela kesibukannya sebelum itu, Rei meluangkan waktunya untuk melihat beberapa rumah yang menarik hatinya. Yang masih tak terlalu jauh dari sekolah, dan berada dalam satu kawasan meski berbeda area cukup jauh. Rei memastikan anak-anaknya aman dan kehidupan mereka tidak akan berubah. Rei tidak ingin menambah beban untuk anak-anaknya.

Proses pindah rumah itu yang akan dibereskan oleh Rei terlebih dahulu. Ia segera membuat janji dengan sang agen untuk menyelesaikan semua urusan administrasi dan pembayaran. Dengan cepat, semuanya beres. Rei mengatur kepindahan mereka menggunakan jasa pindah rumah tepercaya di minggu berikutnya.

Arga, Aley, dan Andra sempat terkejut ketika Rei mengatakan mereka akan pindah. Rei berkata, ibunya akan tinggal di rumah Bude Lya untuk sementara. Sembari mengurus eyang putri, begitu kata Rei. Anak-anaknya pun percaya. Rei tahu, Arga mungkin memahaminya. Hanya saja Rei tak ingin membahasnya saat itu dengan Arga.

Aley sempat protes perihal kepindahan mereka yang tiba-tiba. Rei tertawa dan mengatakan bahwa di rumah yang baru, Rei memberikan kamar yang lebih luas untuk Aley. Sebelum itu, Rei sudah menghubungi tim interiornya di kantor dan meminta mereka mengatur kamar ketiga anaknya dengan semaksimal mungkin di waktu yang sangat singkat dengan perabotan yang tak perlu dibuat dengan pesanan khusus.

Ketika satu per satu kamar itu dibuka saat hari pertama anak-anaknya memasuki rumah baru mereka, ketiganya menjerit kegirangan saat itu juga.

“Wow, keren banget kamarnya, Pa! Makasih banyak! Wah, ini yang aku pengin dari dulu!” Arga terkagum-kagum melihat kamarnya yang diatur dengan semi mezanin bunk bed. Tempat tidurnya berada di atas, sementara di bawah ranjangnya digunakan untuk tempat belajar yang nyaman. Kamar dihiasi dengan aneka aksesoris bertema mobil balap kesukaan Arga.

Sementara, Aley menjerit-jerit masuk kamarnya, keluar lagi memeluk Rei, lalu masuk lagi dengan gembira. Kamar Aley sengaja dibuat dengan suasana princess yang manis. Perpaduan warna ungu muda, merah muda, dan broken white terlihat di mana-mana. Kepala ranjangnya berhiaskan batu-batu kecil berwarna merah, dengan bentuk pola tiara yang menawan. Selimut dan karpet senada menghiasi kamar itu.

Andra pun berteriak saat memasuki kamarnya. Rei sengaja membuat kamar itu bernuansa permainan seperti Roblox, kesukaan Andra. Rei pun sangat puas dengan kerja tim interior yang bisa menyulap kamar ketiga anaknya dengan sangat detail. Ketiga anaknya pun sangat gembira.

Rei harus membuat anak-anaknya betah di rumah yang baru. Penataan yang berbeda harus dengan persetujuan anak-anaknya. Ruang makan dan ruang televisi pun diatur dengan gembira bersama-sama. Meja makan lama yang diletakkan di dekat dapur yang baru pun membuat suasana seperti berada di rumah lama, dengan rasa yang baru.

Kegembiraan ketiga anak Rei membuat mereka lupa sejenak kepada Anya. Kekosongan Anya digantikan oleh riuhnya rumah baru Rei yang penuh warna. Namun, Rei sadar semua itu tak akan berlangsung lama. Lambat laun, Arga, Aley, dan Andra akan menuntut kehadiran ibunya.

***

Dua minggu kemudian, mereka pun resmi pindah ke rumah baru. Rei pamit kepada tetangga-tetangganya dengan sederhana. Mengirimkan bingkisan makanan dan meminta maaf atas kepindahannya yang mendadak, tanpa mengirimkan alamat barunya. Rei pun menjual rumah yang telah ditinggalinya selama sepuluh tahun itu. 

Mbak Mar tetap bekerja di rumah Rei yang baru. Lokasi yang masih satu kawasan di Surabaya Barat membuat Mbak Mar juga bisa mengatur waktunya untuk tetap meladeni anak-anak Rei. Kepada Mbak Mar, Rei mengatakan bahwa Anya sengaja tinggal bersama ibunya untuk sementara waktu.

Sementara itu, Rei tetap berusaha menyiapkan proses legalitas perpisahannya. Namun, sebelumnya Rei ingin memastikan anak sulungnya baik-baik saja.

“Arga,” sapa Rei ketika melihat Arga sedang asyik bermain game di ruang multimedia yang sengaja dibuatnya untuk ketiga anaknya. Televisi keluaran terbaru yang berukuran besar dengan layar datar, sound system yang menggelegar, dua buah komputer yang berjajar untuk keperluan bersenang-senang main game online dan mengerjakan editing video atau foto kegemaran Arga pun disiapkannya. Demi kegemarannya sendiri juga, selain untuk mendekatkan diri kepada kedua anak lelakinya.

Saat Rei mendekat, Arga tersenyum. “Ya, Pa?”

Having fun?”

Lihat selengkapnya