Dystopia Before Meet You

Cassiel Ruby
Chapter #1

Chapter 1. Ivory Kensley dan Kenneth Osbert

Mom, kemana tadi kau bilang kita akan pergi?” Ivory Kensley, yang lebih sering dipanggil Ivy oleh orang terdekatnya kembali menanyakan tujuan mereka hari ini.

“Los Padres National Forest. Kurasa ayahmu telah mengatakan beberapa kali kemarin malam.” Hillary Kensley—ibu Ivy, menoleh ke kursi belakang mobil.

Ivy mengangguk-angguk kecil sambil meringis karena menyadari bahwa semalam dia tidak fokus dengan semua ucapan orang tuanya karena terlalu sibuk dengan perdebatan di grup chat gengnya yang sedang membahas tentang pacar Dawn yang direbut oleh salah satu mahasiswi populer.

“Ah, jadi Dad akan segera merealisasikan keinginanya untuk berkemah di musim gugur?” Ivy memasang seat belt; dan menutup pintu mobil.

Fred Kensley, yang telah duduk di belakang kemudi menoleh pada putrinya sambil mengacungkan jempolnya. “Kau siap untuk berpetualang, kan? Daddy sudah mengemas banyak daging untuk nanti malam.”

Ivy tertawa sambil membalas acungan jempol milik ayahnya. “Tentu saja, Dad. Aku akan mencoret program dietku khusus untuk nanti malam.”

“Padahal kau tidak perlu diet ketat, kau cantik apa adanya.” Hillary ikut menimpali tanpa menoleh. Tangannya masih sibuk menarik sabuk pengaman.

“Apa pun itu, Ivy selalu cantik.” Fred menarik tuas rem tangan sebelum menginjak pedal gas perlahan. “Ayo, kita pergi bersenang-senang!”

Mobil melaju menuju Los Pades National Forest. Suara musik dari radio lokal membenamkan gumaman Fred yang mengikuti alunannya, sedangkan Ivy kembali fokus pada perdebatan yang belum selesai dari semalam.

Keningnya mengernyit saat membaca pada bagian Dawn ingin menyiram wanita yang merebut kekasihnya itu dengan air kencing.

[ Hei, hal itu bukankah terlalu kejam? Kau bisa terkena masalah jika melakukannya. ]

Sent.

Untuk pertama kalinya, Ivy merespon masalah itu. Well, benar tentang dia yang dari kemarin fokus dengan perdebatan itu, tapi tidak satu pun yang dia respon. Menurutnya, hal itu tidak penting untuk diperdebatkan. Jika kekasihnya Dawn terbukti berselingkuh, lepaskan saja. Kenapa harus membuat rencana aneh-aneh yang justru akan membuat mereka akan terkena masalah?

 [ Anda dikeluarkan dari obrolan grup. ]

“What??” Ivy memekik, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.

“Ada apa, Ivy? Kau baik-baik saja?” Hillary menoleh cepat pada Ivy yang masih menatap layar ponselnya.

I’m good, Mom. Hanya terkejut tentang sesuatu.” Ivy mendongak sambil tersenyum pada ibunya.

“Well, kenapa kau tidak tidur sebentar saja? Kami akan membangunkanmu saat tiba,” ucap Hillary setelah pandangannya kembali mengarah pada jalanan.

Ivy tidak menjawab. Dia masih tidak habis pikir dengan sikap Dawn yang tiba-tiba mengeluarkannya dari grup obrolan hanya karena dia melarangnya untuk melakukan rencana menjijikkan itu.

Ivy menghela napas dalam. Sekali lagi dia melihat ke layar ponselnya, kemudian kembali menghela napas dan melempar ponselnya ke kursi sebelahnya.

“Sayang, awas!” Hillary tiba-tiba berteriak.

Teriakan itu seketika membuat Ivy mendongak. Kedua matanya membulat lebar saat menyadari mobilnya melaju dengan kecepatan penuh di jalan menurun. Fred, ayahnya tampak panik karena tiba-tiba rem tidak berfungsi.

“Dad, kenapa??” Ivu menegakkan kepalanya, wajahnya terlihat panik saat menyadari situasi yang sedang terjadi.

Oh, God! Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja!” Fred berseru, gerakannya terlihat panik untuk mempertahankan mobilnya agar tetap stabil.

Ivy menatap ngeri. Jelas situasi ini tidak baik-baik saja. bahkan, dia bisa melihat dengan jelas maut yang membayang di matanya.

“Oh, Shit!” gumam Ivy.

***

Suara ritme di patient monitor ICU terdengar teratur. Aroma obat yang menyengat menyeruak ke indra penciuman Ivy yang mulai terbangun. Matanya mengerjap beberapa kali, berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya lampu yang baginya terlalu terang.

Beberapa detik kemudian, Ivy mulai menyadari keberadaannya. Hal terakhir yang dia ingat adalah mobilnya terjun bebas ke jurang dan berguling-guling sampai kesadarannya benar-benar menghilang, sampai akhirnya dia membuka mata di ruangan ini.

Suara terkesiap terdengar dari sebelah Ivy. Suara yang dia kenal tapi terdengar asing. Kalau diingat lagi, mungkin tahun lalu dia mendengarnya.

“Oh, Tuhan!”

Lihat selengkapnya