Aku pertama kali melihatnya saat selesai mengikuti tes keterampilan Bahasa Inggris sebagai salah satu syarat masuk suatu kampus swasta di kotaku. Aku dan temanku, Desiree, sedang berdiri di balkon saat melihatnya keluar dari ruangan tes yang sama denganku. Mata indahnya yang tajam membuatku langsung terpana menatapnya sampai ia akhirnya hilang menuruni tangga. Cowok tampan berkulit putih dengan postur yang tidak terlalu tinggi itu telah berhasil menghipnotisku dalam sekejap. Sepertinya aku sudah terpesona padanya pada pandangan pertama. Temanku Desiree sampai harus menyikut lenganku karena tidak menghiraukan panggilannya. "Amethyst! Kamu denger aku nggak sih?" "Ya? Eh, kamu ngomong apa tadi, Des?", tanyaku sambil menatapnya kali ini. "Hasil tesnya akan diumumin dua hari lagi. Jadi, kita harus ke sini lagi lusa," jelasnya. Kemudian, kami berdua pun segera bergegas turun untuk pulang. Desiree adalah teman masa kecilku dan kami dipertemukan kembali saat mendaftar kuliah di kampus yang sama beberapa waktu yang lalu. Desiree adalah gadis yang ceria, bersemangat dan juga supel. Berbeda denganku, aku cenderung pendiam dan pemalu apalagi dengan orang yang baru saja kukenal. Seperti namaku, Amethyst, aku tipe cewek yang tenang namun berani jika menghadapi tantangan. Oleh karena itu, aku rasa kami menjadi begitu klop dengan sikap kami yang cukup berbeda sehingga bisa saling melengkapi satu sama lain.