Kring.. Kring.. Kring..
Alarm di ponsel Vabel bunyi, tapi ia tidak mendengarnya sama sekali. Hingga mamanya mengetuk pintunya, “Bel!! Kamu nggak sekolah hari ini?! Ini sudah jam 07:15 loh” Sontak Vabel terkejut dan segera meraih handuknya.
Dengan secepat kilat ia berlari, meminum susu dan juga memakan roti tawar. “Ma, Pa, Vabel berangkat. Bye” Setelah mencium pipi kedua orang tuanya ia pun segera mencari angkot. Di dalam angkot pandangannya tak lepas dari jam analog yang melingkar di pergelangan tangannya.
Duh, mampus gue. Pasti bakal kena hukuman nih gara-gara telat. Ia memaki dalam hatinya, menyesali mengapa ia tidak mendengar alarmnya.
“Bang, ntar di depan berhenti sebelah kiri ya.”
“Ashiap, Neng.”
“Nih, Bang,” Vabel menyodorkan sejumlah uang “Kembaliannya buat Abang aja, saya lagi buru-buru.”
Sang sopir menggelengkan kepalanya, “Elah ini mah uang pas atuh, Neng.”
***
“Oke mantap semuanya sudah kumpul di lapangan, sial.” Kata Vabel memaki untuk yang kedua kalinya hari ini.
“Hei kamu yang berdiri di depan Perpustakaan, cepat kesini!”
Dengan langkahnya yang ragu, Vabel pun mulai menuju kerumunan itu sambil membaca mantra komat kamit dalam hati berharap ada keajaiban yang membebaskannya dari hukuman yang akan diterimanya hari ini.
“Lihat gak sekarang jam berapa?” Tanya David.
“Maaf, Kak, tadi jalanan macet”
“Alasan. Setelah yang lain dibubarkan kamu tetap di sini. Paham?!”
Vabel pun mengangguk. Setelah semua barisan dibubarkan, David segera menghampiri Vabel di sudut lapangan.