"SEED, seperti yang kita semua sudah ketahui, adalah singkatan dari Smart Ecological Home & Dwellings," suara Isaac menggema di ruangan—berat, namun merdu. Setiap kata terdengar seolah telah dirangkai sejak lama.
“Sebuah sistem hunian masa depan yang bukan sekadar tempat tinggal—tapi organisme arsitektural. Ia bukan proyek, tapi pertanyaan: bagaimana manusia akan tinggal, hidup, dan... bertahan di dunia yang berubah terlalu cepat?”
Ia bangkit dari kursi rodanya perlahan. Setiap geraknya terasa seperti bagian dari sebuah ritual lama. Ia berjalan menyusuri sisi meja bundar di tengah ruang, sinar holografik SEED memantul di wajahnya.
“Bayangkan sebuah rumah,” lanjutnya, suaranya meluruh pelan namun kuat, “yang bisa membaca suasana hatimu bahkan sebelum kau menyadarinya. Yang tahu kapan kamu butuh kesunyian, atau hanya butuh… pulang. Yang menyajikan kopi hangat, aroma pinus, atau diam yang menenangkan saat pikiranmu menyesatkanmu.”
Elysia mendengarkan dalam diam, seperti menghirup udara yang sudah lama ia rindukan. Di dalam benaknya, rumah itu tumbuh seperti puisi yang tak pernah selesai—tempat anak-anak tumbuh tanpa ketakutan, tempat malam tak harus gelap, hanya... sunyi yang lembut.
Dunia seperti itu... mungkinkah?
Kalau rumah bisa hidup, batinnya lirih, akankah manusia masih kesepian?
Batin Elysia seolah mempertanyakan segala keraguannya.
Sementara itu, Lucas duduk diam di sisi kanan ruangan. Sorot mata hijau topaz-nya menatap layar holografik dengan pandangan tenang namun tidak kosong—ia menelaah, bukan terkesima. Menelaah pola-pola kecil dalam janji yang terlalu sempurna untuk tidak dicurigai.
Bagi Lucas, SEED bukanlah ide brilian. Ia adalah kemungkinan kebohongan elegan; sebuah kemasan indah yang menyimpan retakan-retakan dalam logika dan ekspektasi.
Isaac menggesek udara dengan gerakan pelan; lapisan-lapisan data muncul: sensor bio-responsif, panel fotosintetik, jalur udara mikro, hingga peta emosi real-time.
“SEED akan belajar dari kita,” ucapnya. “Bernafas bersama kita. Ia menyimpan setiap ritme tubuh, pola tidur, denyut emosi.”
Lucas mengangkat tangan. “Aku tahu ini terdengar revolusioner... tapi apa bedanya SEED dengan ThermoSynchub? Bukankah sistem itu juga sudah cukup cerdas?”
Isaac mengangguk pelan. “Pertanyaan bagus. Tapi ThermoSynchub hanya membaca permukaan: suhu, kebiasaan. SEED menyelam lebih dalam; ia meresapi ruang batin, merancang ulang dirinya sendiri bila mendeteksi stres jangka panjang.”