Echoes Between Us

Elaris Septembre
Chapter #15

What Lost Has To Be Found

Hujan turun mendadak—seolah langit Orion jenuh memikul beban pikir manusia. Butiran air jatuh seperti pecahan ingatan yang enggan menyatu, membentur atap logam dan trotoar bercahaya, membentuk simfoni sendu yang tak pernah ditulis oleh komposer manapun.

Petir menyambar di kejauhan, dan dentuman halilintar menggema seperti gema pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawab. Di dalam sebuah kedai kopi kecil di sudut Distrik Ethelium, dua pria duduk dalam diam. Satu tenggelam dalam pikirannya, satu lagi menggenggam pelipis seolah mencoba membendung masa lalu yang bocor.

Lucas memandang keluar jendela kaca yang mulai berembun. Cahaya holografik dari papan iklan menciptakan bayang-bayang seperti mimpi yang pernah akrab—gemetar, terdistorsi, nyaris tak nyata. Di baliknya, jalanan kota Orion seperti aliran waktu yang tak bisa dihentikan: basah, reflektif, dan penuh jejak kaki yang menghilang.

Danny memijat pelipisnya lagi. “Apakah dia orang yang sama?” Ini mungkin pertanyaannya yang ke dua puluh. Suaranya serak, bukan karena batuk, tapi karena gentar.

“Menurutmu dia ada hubungannya dengan kasus itu?” lanjutnya, meski tak yakin ia ingin tahu jawabnya.

Lucas tak menjawab. Diamnya bukan karena tak tahu harus bicara apa—melainkan karena kata-kata terasa seperti kunci yang tak cocok untuk gembok luka. Dan luka itu terlalu dalam untuk dibuka sembarangan.

Danny mendesah, lebih karena takut. Takut akan kebenaran yang mengendap di antara kemungkinan.

“Apa yang terakhir kau tahu tentang adikmu?” tanya Lucas akhirnya, suaranya rendah seperti gelombang suara yang merambat di antara sinyal neural.

Danny terdiam, sejenak. Matanya menatap kosong ke arah lantai berlapis kaca bercahaya, seolah kenangan akan terpantul dari sana.

“Yang ku tahu... yah, tidak banyak. Adikku menghilang saat usianya delapan tahun. Aku sepuluh waktu itu,” ucap Danny perlahan. “Aku sedang di rumah pamanku di Ewaltz, kota satelit yang sekarang sudah dibangun ulang jadi kawasan biometrik.”

Lucas mendengarkan, nyaris tak berkedip.

“Aku tidak melihat kejadiannya. Ibuku bilang dia pergi bermain—seperti biasa, dengan teman-teman dari blok 7. Tapi... dia tidak pernah kembali. Poof. Menghilang begitu saja.” Danny mengangkat tangannya dan menggerakkan jari ke udara, seperti mencoba menggenggam sesuatu yang tak ada.

“CCTV, Polisi Cyber, hingga jaringan drone pencari kami kerahkan. Bahkan beberapa temannya ikut lenyap, seperti ditelan void. Pencarian bertahan lima tahun. Setelah itu... Ayahku jatuh sakit. Kami kehabisan dana, kehabisan harapan. Orangtuaku menyerah. Mereka menandatangani dokumen kematian formal via Departemen Sipil.”

Danny berhenti sejenak. Matanya berkaca, tapi ia tetap tersenyum tipis—senyum getir yang hanya dimiliki mereka yang pernah kehilangan dan tetap bertahan.

“Tapi aku tidak pernah setuju. Entah kenapa aku selalu yakin dia masih hidup, di luar sana. Entah di kota bawah, atau di balik batas langit buatan ini.”

Lucas mengangguk pelan. Untuk pertama kalinya sejak mereka duduk, ia menoleh.

“Aku mengerti,” katanya. Kalimat itu pendek, tapi berat, seperti batu nisan yang sudah lama tertanam di dadanya sendiri.

Danny mendekat, menepuk bahu Lucas.

“Lalu bagaimana dengan Elias? Ada petunjuk baru?”

Lucas menggeleng. Dingin mulai merayap ke dalam pikirannya lagi—dingin yang tidak berasal dari hujan, tapi dari kebenaran yang disembunyikan sistem.

“Datanya hilang. Tak tercatat di Arsip Sipil.”

Danny menoleh cepat. “Apa? Itu tidak masuk akal.”

“Aku tanya pada pustakawan—sistem tak menghapus data tanpa persetujuan biometrik pemiliknya,” jawab Lucas, nada suaranya datar, tapi ada kemarahan tipis yang bergetar di ujung kata-katanya.

Danny mengerutkan alis. “Jadi... Dia sendiri yang menghapus data itu? Tapi kenapa? Untuk hidup sebagai siapa? Apa dia sedang bersembunyi?”

Ia mulai menggumamkan teori-teorinya, seolah mencoba menata potongan puzzle yang bentuknya berubah-ubah.

“Mungkinkah... ia termasuk salah satu anak yang diculik oleh saudara Isaac? Atau... ibumu yang menyerahkannya? Lalu pergi dan—meninggalkan kalian? Mungkin itu sebabnya ia menjadi semakin gila dan.. Berakhir di rumah sakit itu..”

Lucas menatap lurus, tak menanggapi. Namun sorot matanya berkata banyak. Pertanyaan-pertanyaan itu memang telah bergema di kepalanya sejak lama. Tidak ada satu pun yang bisa ia pastikan benar—tapi semuanya mungkin.

Lalu, sebuah notifikasi berbunyi serempak dari Ponsel Holo milik mereka. Proyeksi hologram kecil muncul dari pergelangan tangan Danny dan permukaan meja di depan Lucas.

[Mason | Group Message | 19.30 Orion Time]

Kalian di mana? Simulasi ruangan SEED dimulai besok pagi. Aku butuh final desain kalian malam ini.

Lihat selengkapnya