Echoes of Eternity : The Journey of Freina

Eternity Universe
Chapter #4

CHAPTER 3 : Ruangan Rahasia

Semakin jauh berjalan, aku tiba di ujung lorong yang mengarah pada sebuah pintu gerbang besar. Pintu itu menjulang di depanku, seolah menantang imajinasiku dengan keberadaannya yang mencegah akses ke ruangan di belakangnya. Kehadiranku merespons pintu tersebut dengan daun pintunya sendiri yang perlahan terbuka, memancing rasa penasaranku akan apa yang tersimpan di balik pintu. Dengan hati berdebar, aku melangkahkan kakiku ke dalam ruangan yang tak terjangkau sebelumnya.

Langkahku menyusuri ruangan, tak menyadari ada sesuatu di bawah kaki. Saat aku menyadari keberadaannya, pandanganku terpaku pada sebuah lingkaran sihir yang terlihat samar di lantai. "Lingkaran sihir lagi? Astaga, hampir saja aku menginjaknya."

Kuselidiki pola lingkaran sihir tersebut dengan rasa ingin tahu yang memuncak, berusaha membaca tulisan-tulisan relik kuno yang terukir di sana.

"O sundimtar i natyrës, bëje këtë rreth një lidhje midis vendeve që kanë qenë të lidhura, Teleportimi," sambil mulutku komat-kamit memahami arti tulisan tersebut.

(Sumber dari terjemahan bahasa Albania)

"Hmm... Jadi ini adalah lingkaran teleportasi," gumamku sambil menelaah tulisan kuno itu. Terjemahan relik itu artinya "Wahai penguasa alam, buatlah lingkaran ini menjadi sebuah hubungan antara tempat-tempat yang telah terikat. Teleportasi."

Meskipun tulisan relik itu terlihat cukup usang dengan tulisan seperti cacing kepanasan, untungnya masih bisa kubaca. Aku menyimpulkan bahwa orang-orang sebelumku pasti menginjak lingkaran sihir ini tanpa berpikir dua kali. Betapa bodohnya mereka.

"Aku tidak menyangka mereka akan mengalami nasib seperti itu. Sepertinya mereka masih hidup, hanya saja berteleportasi ke tempat lain," pikirku sambil berharap hal yang terbaik.

Kemudian, aku memperhatikan sudut ruangan yang gelap. Tidak terlihat apa pun di sana, hanya kegelapan yang menyelimuti. Saat ku mengaktifkan sihir cahaya, alisku terangkat tinggi saat melihat tumpukan emas dan perhiasan yang mengilap. Terdapat pula sebuah peti harta yang menarik perhatianku. Rasanya seperti menemukan harta karun yang tersembunyi di sini.

"Questku adalah menyelidiki tempat ini. Ternyata ada hal semacam ini ya. Aku harus melaporkan temuan ini ke guild. Tapi untuk harta karun ini, mana mungkin aku serahkan ke guild. Yang benar saja, rugi dong," ucapku sambil tersenyum lebar mendekati tumpukan harta itu.

Dengan perlahan, aku menyentuh tumpukan emas tersebut dan mulai menyedotnya ke dalam item box milikku. Kegembiraan dan keinginan untuk meraih kekayaan muncul begitu saja. Dengan rasa puas, aku merenungi segala harta yang telah kumpulkan selama petualanganku, tambahan ini pastinya akan memastikan kehidupanku layak selama ratusan tahun tanpa harus bekerja.

Sebenarnya emas-emas ini tidaklah begitu penting bagiku. Yang paling utama dan dinantikan adalah membuka peti harta. Menurut catatan peninggalan guruku, dalam peti harta terdapat sebuah rahasia yang tersimpan di dalamnya, dan mungkin juga menyimpan kitab sihir langka. Tentu saja hal ini membuatku bersemangat meskipun potensinya sangat kecil. Meskipun demikian, potensi itulah yang akan mengubah dunia sihir. Setelah selesai memindahkan seluruh harta ke dalam Item Box, aku mulai beralih ke hidangan utama.

"Hehem... Inilah yang kucari selama ini. Ayo kita lihat kitab sihir langka apa yang tersimpan di dalamnya..."

'HAAP'

*Terdengar suara keras saat membuka peti*

Ketika aku mencoba membuka peti harta karun, tiba-tiba aku diserang oleh peti mimic. Aku terdiam sejenak...

"Huuaaaaaaaaaa gelap.... takuuuutttttt... Argh, ih, uh"

Aku terus berontak berharap mimic ini melepaskan gigitannya, namun semakin ku bergerak semakin dalam ku terjebak. Aku tahu keputusan ini akan semakin merugikan ku.

"Ahh.. tidak jangan area itu..." tanpa diduga lidah mimic itu menyentuh area sensitif ku. "Ahh.. aku mohon siapapun tolong aku... Ah argh.. ahhh.." Rasa nyeri dan geli tak tertahankan membuatku tak bisa menahan desahan yang terus keluar dari mulutku. Setiap gerakan liar lidahnya membuat ku tak tertahankan "Argh... Ah.. oh tidak... aku ngompol..." Gerakan lidah itu membuatku area sensitif ku geli dan membuatku kecing dicelana.

Uh.. aku benci menceritakan hal memalukan ini, tapi author memaksa ku. (Jangan ngeluh, lanjutkan ceritanya!!) Aaahhhh... Jahat...

Lihat selengkapnya