Echoes of Eternity : The Journey of Freina

Eternity Universe
Chapter #10

CHAPTER 9 : Serangan Desa

Suara gemuruh mengguncang udara saat aku mendarat di desa kecil yang menjadi pusat kekacauan. Langit berwarna kelabu menambah suasana mencekam, dan aroma tanah basah yang segar seakan tenggelam dalam kepanikan. Pandanganku tertuju pada gerobak yang hancur, potongan kayunya berserakan seperti puing-puing dari masa lalu, mengingatkan bahwa ketenangan bisa hancur dalam sekejap.

Di tengah kehancuran itu, monster serangga berwujud tawon raksasa menyerang tanpa ampun, menciptakan teror di antara penduduk desa. Suara raungan mengerikan mereka menggema, menciptakan orkestra kebisingan yang menakutkan.

"Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan!" pikirku, merasakan getaran ketakutan merayap di dalam diri. Hatiku berdegup kencang, bukan hanya karena ancaman yang ada, tetapi juga karena rasa tanggung jawab yang tiba-tiba membebani pundakku.

Desa ini terpecah-belah dalam kepanikan. Orang-orang berlarian ke sana kemari, teriakan anak-anak dan orang dewasa bersatu dalam suara yang penuh ketakutan.

"Tolong! Selamatkan anakku!" teriak seorang ibu yang melarikan diri, menggenggam erat bayinya di pelukannya, wajahnya pucat ketakutan. Melihat ekspresi putus asa di wajahnya, rasa sakit menyentuh hatiku.

Aku tahu, aku tidak bisa tinggal diam. "Tenang! Aku akan membantu kalian!" teriakku, berusaha menenangkan warga yang panik.

Saat aku berlari, mataku menangkap seorang ibu lainnya bersembunyi di balik puing-puing, menggenggam erat anaknya yang ketakutan. "Ke sini! Ikuti aku!" kataku, menarik mereka menjauh dari serangan tawon yang mengamuk.

"Apa kau seorang penyihir? Tolong selamatkan kami!" tanya seorang pemuda di sampingku sambil memohon, wajahnya masih penuh rasa takut dan skeptis.

"Tenang... aku akan melindungi desa ini! Percayalah!" jawabku, berusaha memberikan semangat meskipun rasa cemas menyelimuti pikiranku. Saat lebih banyak tawon muncul dari hutan, kebingungan mendalam menggelayuti ku.

"Aku terpaksa menunda perjalanan ini. Mereka butuh aku," gumamku, menggenggam erat tongkat sihir kardinalku, menahan rasa marah yang membara.

"Aku akan melindungi desa ini! Tak ada pilihan lain." ucapku, mencoba untuk tenang meskipun dalam hati bergolak.

Aku merasakan beban tanggung jawab yang berat, tetapi semangatku tak akan padam. Sekarang, lebih dari sebelumnya, aku tahu bahwaku harus berdiri untuk melindungi yang tidak berdaya. Dengan keputusan bulat, aku mengangkat tongkat sihir kardinalku. Cahaya mulai bersinar dari ujungnya, menyilaukan pandanganku.

"Luminous Strike!" bisikku, energi bersinar memancar dari tongkatku, membentuk bola cahaya yang membakar. Dalam sekejap, bola itu meluncur ke arah tawon raksasa terdekat, meledak dengan cahaya yang membutakan.

"Uwoaah... Sihir yang hebat!" seru seorang wanita muda, matanya berbinar dengan harapan yang terbangun. Melihatnya membuatku merasa seolah-olah aku tidak berjuang sendirian, meskipun tidak mengenal mereka.

"Ini baru permulaan!" aku berseru, tidak membiarkan tawon lainnya mengalihkan perhatian.

"Inferno Burst!" Dengan kata-kata itu, api menyala dari tongkat ku, menjilat-jilat seperti lidah berapi, membakar tawon yang mendekat. Nyala api itu menari dengan liar, menyebar cepat ke sayap tawon-tawon lainnya, menciptakan kehampaan dalam kebisingan.

"Berhati-hatilah! Mereka masih banyak!" teriak pemuda itu, suaranya penuh kecemasan. Aku bisa merasakan ketegangan di udara, dan aku tahu kami semua berada di ujung jurang.

"Gale Slash!" teriakku lagi, mengayunkan tongkatku dengan lembut. Angin kencang muncul, memotong monster-monster yang mendekat dengan gerakan halus, seolah aku sedang menari di tengah badai. Setiap serangan menjadi tarian yang memukau, menyebarkan cahaya dan panas ke seluruh desa.

"Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja!" tekadku semakin menguat, rasa percaya diriku kembali menyala, dan setiap detik aku semakin yakin untuk melindungi desa ini.

Lihat selengkapnya