Hari ini Adel shift pagi, Nugi sudah tidak di Bali. Kakak sepupunya itu sudah kembali ke Jakarta karna flight9 akan ada jadwal konser ke negara tetangga.
Makanya Adel enggak sempat sarapan, padahal sebelum Nugi pergi ke Jakarta. Cowok itu sudah mewanti-wanti Adel agar tidak melewatkan sarapan paginya, sejak menginjak di bangku SMP. Adel sudah memiliki penyakit maag kronis yang membuatnya tidak bisa memakan makanan pedas dan tidak bisa telat makan.
Adel bahkan sering keluar masuk rumah sakit karna penyakitnya itu, jika tidak sempat sarapan. Biasanya Adel akan memakan roti yang di jual di minimarket.
Tapi hari ini dia benar-benar tidak sempat untuk sekedar mampir membeli roti. Hari ini banyak hewan yang harus dia observasi terlebih jam 11 nanti akan ada operasi yang di pimpin olehnya.
"Pagi Dokter, Adel," sapa Liona, kasir yang berjaga pagi ini di klinik.
"Pagi, Na."
"Dokter, ada titipan buat Dokter Adel," Liona memberikan paper bag berisi bubur ayam terkenal yang ada di Bali.
"Dari siapa, Na?" Adel mengerutkan keningnya, dia udah enggak kaget lagi dengan seseorang misterius yang selalu mengiriminya sarapan dan juga makanan untuk dia makan siang.
"Aduh, Dok. Liona kurang tahu. Soalnya ini juga di antar kurir."
Adel mengangguk pelan, ia kemudian mengambil paper bag berisi bubur dan air mineral di dalamnya. Dulu awalnya Adel sempat ragu untuk memakan makanan dari seseorang yang sangat misterius itu.
Tapi sewaktu hari si pengirim makanan itu mengirimkan sebuah note di kotak makan siangnya, seseorang yang entah cowok atau cewek itu bilang kalau dia enggak bermaksud jahat sama Adel. Orang itu cuma tidak ingin Adel telat makan hingga maag nya itu kambuh.
"Wihhhhh dapet makanan lagi dia. Di kasih apa tuh sama Mr. X?" tanya Kikan, Kikan memang menyebut si misterius itu dengan Mr. X. gadis itu tadi sedang mengecek beberapa hewan yang di rawat inap di klinik. Namun begitu melihat Adel datang kikan langsung menyerahkan pekerjaannya itu pada perawat yang mendampinginya.
"Dapet bubur ayam, sumpah ya, Ki. Kayanya itu orang tuh tau aja gue gak sempat sarapan. Dia langsung ngirimin gue bubur ayam."
"Coba biar gue liat."
Kikan mengambil paper bag berisi bubur itu dan melihat isinya. Tidak ada yang aneh menurutnya, hanya 1 porsi bubur ayam lengkap dengan sate usus, kerupuk, ayam suir, dan satu telur rebus yang sudah di belah menjadi dua. bubur itu juga tanpa sambal, selain itu di dalamnya juga ada sebotol air mineral. "Gak ada yang aneh sih, Del. Udah makan aja lah toh selama ini gue, Lio sama dokter Ale makan juga kita baik- baik aja."
Adel kadang memang suka membagi makanan dari si misterius itu ke Lio, Kikan dan juga dokter Ale.
"Iya sih, gue tuh cuma bingung aja siapa yang ngirim, Ki."
"Jangan-jangan lo punya secreet admirer?" tebak Kikan.
Adel mengibaskan tangannya dan terkekeh "ngaco, emang gue ini siapa sampe punya secreet admirer?"
"Ya kali aja kan. Jangan-jangan Mas Rangga lagi secreet admirer lo."
"Ya Kali Mas Rangga, dia aja kalo sama gue bisa ke hitung kalo ngomong."
"GOOD MORNING EVERYBODY," sapa Derlio yang baru saja datang.
"Pagi," jawab Adel dan Kikan berbarengan.
"Yang semangat kek, Dok. Klinik masih pagi gini masih sep—"
"DERLIO!!!!" ucap Kikan, gadis itu membulatkan matanya ke arah cowok yang kerap di sapa Lio itu.
Derlio ini Dokter baru di klinik dokter Ale, dia baru praktik di klinik ini 6 bulan. Makanya kadang masih suka mengucap kalimat yang terlarang itu.