Adel sudah siap dengan masakannya pagi ini, dia sudah bangun dari jam 4 pagi demi membuatkan Chicken cordon bleu kesukaan Alin. Adel sadar jika akhir-akhir ini dia jarang nanya kabar Alin dan kondisi kesehatan kakinya, lantaran dirinya yang tengah sibuk dengan beberapa pekerjaannya di luar klinik.
Seminggu kemarin Adel harus bulak balik ke klinik Dokter Ale dan juga kebun binatang, karena klinik Dokter Ale sudah resmi bekerja sama dengan kebun binatang yang ada di Bali.
Alhasil Adel sangat disibukan di dua tempat itu, sampai-sampai dia lupa nanya kondisi kesehatan Alin dan kuliah adiknya itu. Setelah menata makanan di atas meja pantry, Adel sedikit berlari kecil ke taman yang ada di samping rumahnya, taman kecil yang juga menghubungkan rumahnya dengan rumah keluarga Mas Rangga.
Biasanya di sabtu pagi seperti ini Mas Rangga akan berolahraga di luar entah itu lari pagi atau sekedar push up di halaman rumahnya. Tidak lama kemudian Adel sedikit terkesiap, ketika di dengarnya suara hentakan kaki dari lantai atas. Itu suara langkah kaki Alin, Adel tahu persis bagaimana bunyi langkah kaki Adiknya itu.
Ia buru-buru berjalan ke dapur demi menyambut Adiknya itu. Ketika Alin turun dan menuju ke dapur, Adel langsung memasang senyum manisnya.
"Pagi Adiknya Kak Adel," sapa Adel pada Alin, perhatian gadis berumur 24 tahun itu masih tersita pada teko berisi jus jeruk yang ada di kulkas besar mereka.
Alin memang selalu mengacuhkannya, Adel sadar akan hal itu. Alin punya alasan sendiri kenapa bersikap seperti itu padanya, dan Adel bisa memaklumi Adiknya itu. Tidak perduli seberapa acuhnya Alin padanya, karena Adel akan selalu menyayangi Adiknya itu.
Bagi Adel, Alin adalah dirinya yang lain. Yang harus ia jaga, tidak ada yang boleh menyakitinya.
"Kakak udah masak Chicken cordon bleu. kesukaan Adiknya Kakak yang paling cantik, ini resepnya dari Mommy. Walau enggak seenak punya Mommy, tapi Kakak janji bakalan sering-sering belajar masak lagi," ucap Adel, di ambilkan piring untuk Adiknya itu. Adel juga mengambilkan satu potong Chicken cordon bleu di piring untuk Alin.
"Cobain ya, Kakak udah nyiapin ini dari jam 4."
Alin hanya duduk di depan Kakaknya itu, matanya menerawang pada masakan yang Kakaknya itu buat. Namun sedetik kemudian di dorongnya piring berbahan dasar kayu itu, Alin kehilangan selera makanya pagi ini setelah merasakan nyeri di kakinya kembali menyerang.
"Gue enggak laper, lo harusnya gak perlu repot-repot masak buat gue, Kak," ucapnya dingin.
Wajah Adel yang semula cerah kini berubah mendung ketika Alin menolak makanan buatannya, ia sedih. Namun Adel justru menyunggingkan senyumnya.
"Enggak mau sarapan? Atau Kakak taruh di lemari aja ya. Kalau Alin mau makan nanti bilang aja, biar kak Adel hangatkan di microwave ya."
"Lo gak perlu repot-repot masakin gue, Kak. Gue bisa masak sendiri."
Adel hanya menatap Adiknya itu sendu, Adel sangat merindukan Alin Adik kecilnya yang manis, Alin yang riang dengan senyum hangatnya itu. Alin yang ramah dan penuh dengan canda, setiap kali Alin menatapnya dengan penuh kebencian. Adel selalu merasa bersalah, ia telah gagal menjadi seorang Kakak.
"Kak Adel kan lagi libur, kemarin sibuk. Emangnya enggak boleh kalau sesekali masakin kamu?" tanya Adel, nada bicaranya lembut seperti seorang Ibu yang tengah merayu anaknya yang tengah ngambek.
Alin hanya diam, dari bawah meja tangannya meremas rok plisket bermotif bunga-bunga yang ia kenakan, ia benci Adel yang selalu baik padanya. Setiap kali menolak apa yang kakaknya itu berikan, Alin selalu merasa buruk. Perasaan tidak nyaman dan perasaan benci itu bercampur menjadi satu di hatinya.
"Lin, kemarin apa kata dokter Kiki? Kaki kamu masih suka nyeri, ya?" di rasa Alin tidak menjawab pertanyaannya, Adel akhirnya mengubah topik pembicaraannya yang lain. Mungkin saja Alin tidak nyaman dengan pertanyaannya barusan, Pikir Adel.
"can you stop asking about my feet? you are really disgusting," tatapan Alin begitu menusuk, Adel tahu ini konsekuensinya jika bertanya tentang kaki Adiknya itu. Tapi Adel berhak tahu mengenai kesehatan Adiknya itu bukan? Disini ia yang paling bertanggung jawab atas Alin, karena orang tua mereka jauh.
"Kenapa? Kakak cuma mau tahu kondisi ka—"