Rayhan menyerang bagian pinggang Abangnya itu dengan kaki nya. Tendangannya cukup kuat hingga berhasil membuat Rangga sedikit meringis.
Tidak sampai di situ Rangga tidak mau kalah, dia juga menyerang bagian bahu Rayhan dengan kaki nya. Hingga nyaris membuat keseimbangan Adiknya itu oleng, Rayhan mundur sebentar. Tendangan Rangga cukup kuat dan bahunya sedikit terasa nyeri.
"Sakit, Ray?" Rangga mendekat, ia sedikit khawatir dengan Adiknya itu.
"Dikit, Mas. Gapapa, lanjut aja," keduanya kembali pada posisi masing-masing, peluit kembali di bunyikan oleh Ayah sebagai wasit. Rangga dan Rayhan siap bertarung kembali.
Ini hari minggu dan sudah seperti biasa keduanya sering berlatih bersama, baik Rangga maupun Rayhan sangat baik bukan cuma dalam hal akademik. Ilmu bela diri mereka pun patut di acungi jempol, keduanya bisa melakukan boxing dan judo. Mereka sudah di latih sejak kecil oleh Ayah mereka sendiri.
Rayhan seperti membaca situasi, ia kemudian mendekati Rangga lebih dulu dan menyerang lutut nya hingga Abangnya nya itu terjatuh. Ini adalah kesempatan emas untuk Rayhan, dengan sigap dia mengunci tubuh Rangga dengan kakinya. Kemudian mengeluarkan seringainya.
"Mas, kalo gue menang beliin gue surfboard yang paling bagus," ucap Rayhan. Di bawahnya Rangga masih bersusah payah untuk bisa keluar dari kerungkuhan Rayhan, wajahnya sedikit memerah.
"Kalo lo menang tapi ya," Rangga sedikit tersenyum, sebenarnya tanpa Rayhan menang pun Rangga akan dengan senang hati membelikan Adiknya itu surfboard.
Bukan Rangga namanya kalo dia menyerah gitu aja, dia juga balik mengunci punggung Rayhan dan memegang tangannya agar Adiknya itu oleng dan kuncian tangannya terlepas. Dan cara itu berhasil. Keseimbangan Rayhan oleng, ia kemudian terjatuh di gantikan Rangga yang kini di atas tubuhnya, cowok itu bergantian mengunci kaki Rayhan dan tangannya.
“kalo gue menang, PS lo taro kamar gue," kali ini Rangga yang balik menyeringai.
“Mas sakit-sakit... Please lepasin dulu sakit banget ini,” kata Rayhan, kuncian tangan Rangga benar-benar kencang. Apalagi bahunya juga masih berdenyut nyeri akibat tendangan kaki Rangga tadi.
Melihat muka Adiknya yang sudah memerah Rangga melepaskan Rayhan begitu saja. Cowok itu kemudian mengencangkan sabuk nya yang kendur dan sedikit memperlihatkan dada bidangnya yang tanpa baju dalaman.
Ayah mereka kemudian berdiri dan menghampiri kedua anak laki-lakinya itu, Ayah memeriksa bahu Rayhan yang sepertinya masih linu. Terlihat dari bagaimana Rayhan masih meringis memegangi bahunya.
"Sakit, Ray. Bahumu? Coba sini Ayah lihat," Ayah membuka bahu Rayhan, menampakan bahu putra bungsu nya itu yang sedikit memerah.
"Linu dikit, Yah. Adaaadahh sakit, Yah," Rayhan meringis, pijatan tangan Ayahnya itu sedikit terasa lebih sakit.
Rangga jadi merasa sedikit bersalah, dia berjongkok dan memperhatikan Ayahnya itu memijat bahu Adiknya "Mas, nendang Ray kekerasan ya, Yah?"
"Kekerasan gak, Ray. Mas mu menendangnya?"
Rayhan menggeleng pelan "enggak, Mas. Ini emang gue nya aja yang enggak siap."
Setelah memastikan tidak ada cidera serius pada bahu anaknya itu, Rayhan dan Rangga memutuskan untuk kembali berlatih.
Mereka berdua sama-sama kembali menyiapkan kuda-kuda, kali ini Rayhan mencoba untuk fokus. Dia kembali menyerang bahu Abangnya itu dengan kencang dan menyerang bagian kaki Rangga. Namun dengan Sigap Rangga menarik tangan Rayhan dan melakukan Tachi Waza¹.
Rayhan terlempar lebih dulu ke matras oleh Rangga. Dia mengatur nafas nya sebentar kemudian menendang bahu Rangga ketika Abangnya itu akan mengunci tubuhnya kembali, dengan sigap Rayhan menukar posisi kedua nya menjadi berada di atas Rangga.
Cowok itu mengunci tangan dan leher Rangga, tapi Rangga juga tidak tinggal diam. Dia mengunci kaki Rayhan dan mulai menjatuhkan Adiknya lagi ke matras. Ayah membunyikan pluit kembali tanda waktu telah habis dan permainan telah berakhir sebagai Rangga pemenangnya.