Edelweiss

Musim semi
Chapter #15

Masa Lalu (8A)

Adel menarik nafasnya dalam, ia mencoba untuk tidak memaki Rangga saat ini yang justru tengah asik membaca menu yang ada di di depannya. Adel pikir ini akan menjadi dinner romantis seperti yang ada di dalam bayangannya.

makan malam di sebuah cafe atau restoran. Bercahayakan lampu kelap kelip dengan hiasan kelopak bunga mawar dimana-mana, atau mungkin seorang pemain biola akan berada di dekat mereka untuk membawakan sebuah lagu romantis untuk mengisi makan malam keduanya. tapi jauh dari kata romantis. Ini hanya makan malam biasa di sebuah warung yang lebih mirip dengan sebuah angkringan.

Di pinggir jalan dengan beberapa mobil dan motor di sekitar mereka yang berseliweran, bahkan ada musisi jalanan juga di sana. Yang membedakan tempat ini dengan angkringan lainya adalah, tempat ini menyediakan arak Bali. Minuman beralkohol khas dari Bali sendiri.

Baik Adel maupun Rangga tidak minum, mereka tidak biasa minum-minuman beralkohol seperti itu. Semenit kemudian Rangga menyingkirkan menu yang ada di depannya, menatapi Adel yang tengah memejamkan matanya sembari menarik nafasnya pelan-pelan.

“Kamu jadinya mau pesan apa, Del?” tanya Rangga, tanpa perasaan bersalah sedikit pun karna telah membuat gadis di depannya kesal.

Adel membuka matanya, ia melirik Rangga dengan kesal dengan senyum yang ia paksakan “Mas Rangga... Kenapa sih enggak bilang kalo kita cuma mau makan di pinggir jalan?” Adel to the point.

“Kata kamu terserah saya kita mau makan dimana,” Rangga menatap Adel bingung, ia sudah bertanya sebelumnya ingin makan dimana. Namun Adel menyerahkan semuanya ke Rangga “saya biasanya kalau sama teman-teman saya makan disini, enak kok. Kenapa? Kamu takut sakit perut?”

“Bukan gitu Mas Rangga..” Adel mengusap wajahnya frustasi “kalo Mas Rangga kasih tau kita makan di angkringan tuh saya kan jadi gak perlu pake baju kaya gini,” keluh Adel kesal.

Adel memang memakai baju terbaiknya, sebuah long dress berudru cream dengan perpotongan A-Line yang membalut tubuh ramping Adel semakin terlihat ramping. Gadis itu juga meng curly rambutnya demi terlihat cantik dimata Rangga.

Seandainya Rangga mengatakan jika mereka akan makan di sebuah angkringan, mungkin ia tidak akan berdandan seperti ini.

“Baju kamu bagus kok, emangnya ada yang aneh?” tanya Rangga, dia masih belum paham sama arah pembicaraan Adel. Rangga memang sedikit tidak peka, makanya lebih baik bicara to the point saja dengannya.

“Tau ah, udah lah lupain aja dari pada saya jadi kesal sendiri,” Adel mengambil alih deretan menu yang ada di meja mereka, menelisik satu persatu makanan yang akan ia pesan.

Jika kalian berpikir Adel adalah seorang gadis yang akan jaim di depan laki-laki yang ia suka, kalian salah. Sebagai ungkapan balas dendamnya pada Mas Rangga, ia memesan banyak menu di sana. Sate plecing, ayam betutu, roti bakar, mie goreng kornet, sate seafood lengkap dengan ice cream mint choco favoritnya.

Sembari memakan sate lilit miliknya, Rangga memperhatikan gadis di depannya itu makan. Cara Adel makan masih tetap anggun, tidak grasak grusuk. gadis itu juga terlihat menikmati makanannya yang ia pesan.

“Kamu kuat habisin segitu banyak?” tanya Rangga.

“Kuat lah,” Jawab Adel acuh, jujur saja dia masih sedikit kesal dengan Mas Rangga “perut saya juga masih muat buat makan rujak bulung.”

Rujak bulung itu adalah rumput laut yang disiram dengan kuah pindang dan ditambah kelapa parut serta kedelai goreng.

“Kalau kamu mau, pesan aja. Sekalian kamu pesanin Alin. Saya juga mau pesan buat Rayhan, Ayah dan Bunda saya” Rangga sudah selesai makan lebih dulu, ia menyingkirkan piring yang ada di meja mereka dan menumpuknya jadi satu.

“Alin kayanya udah makan, ga usah saya pesanin aja ya, Mas.”

“Pesanin aja. Masa kamu makan di luar Adik kamu enggak kamu beliin apa-apa?”

Adel mengerutkan keningnya, ia tidak pernah membelikan Alin makanan jika ia makan malam di luar. Menurutnya Alin bisa pesan sendiri. “Emang harus banget ya, Mas. Kalo saya makan di luar terus bawain orang rumah?”

“Gak juga, tapi kalau saya sih, iya. Saya selalu bawain makanan kalau saya habis makan di luar. Buat Rayhan, Ayah sama Bunda.”

Adel jadi senyum-senyum sendiri, Rangga memang idaman. Cowok itu benar-benar perwujudan laki-laki yang cinta keluarga, Rangga akan selalu ingat keluarganya di rumah jika sedang makan di luar. Rangga juga terlihat sangat dekat dengan Adik dan kedua orang tuanya. Berbeda sekali dengan Adel.

Lihat selengkapnya