“Makasih ya Mas Rangga udah jenguk saya,” ucap Adel, dia baru saja selesai makan sup ayam dan kacang merah buatan Bunda Rachel yang di bawa oleh Rangga.
Semalaman ini badannya demam, Adeline terus mengigau hingga badanya bergetar bukan hanya karena demamnya yang tinggi. Adeline juga selalu terserang rasa panik setiap malam, semenjak Noah berada di Bali dan terus menguntitnya. Adeline jadi sering terkena serangan panik lagi.
Alin sampai harus bergadang menjaga kakaknya itu, Adel juga sudah mengajukan cuti selama satu minggu untuk memulihkan tubuh dan pikirannya. Sekaligus memikirkan cara bagaimana membuat Noah setidaknya mengerti jika ia sangat menganggu hari-harinya.
Pagi ini Rangga datang menjenguk Adeline, cowok itu sudah kepalang khawatir dengan Adeline yang tidak ada kabar. Apalagi saat mendengar omongan Salma semalam.
Tapi hingga sup di piringnya tandas, gadis itu belum bisa bercerita apapun tentang Noah. Alin juga tidak bercerita apa-apa dengan Rangga, Alin hanya bilang jika Adel sakit saja saat Rangga baru datang tadi.
“Sama-sama,” tangan Rangga terulur memeriksa kening Adel dengan punggung tangannya, keningnya sudah tidak sepanas tadi. Tapi ia harus tetap memeriksa suhu tubuh gadis itu dengan termometer untuk mengetahui suhunya.
Rangga mengambil termometer yang ada di meja sebelah ranjang Adeline dan memberikan itu pada Adeline, bermaksud menyuruh gadis itu untuk menaruh termometernya di ketiak.
“Saya mau tahu suhu badan kamu, kalau masih demam juga. Nanti saya beliin obat ke apotik, saya kasih waktu sampai besok siang. Kalau demamnya masih naik turun. Kamu harus melakukan cek darah, Del,” ucap Rangga.
“Ga Usah lah, Mas. Saya cuma kecapean aja. Sama mungkin banyak pikiran jadi stress sampai sakit,” Adel sadar, sakitnya ini memang di sebabkan karna faktor dirinya terlalu stress bukan karena hal lain.
Rangga mengangguk pelan, sambil menunggu termometernya berbunyi. Rangga ingin tahu apa yang di pikirkan gadis itu.
“Apa yang kamu pikirin hm?”
Adel menunduk, ia meremas selimut yang menutupi setengah badanya “Mas Rangga ingat gak waktu saya kasih alasan kenapa saya pasang wallpaper Mas Rangga di HP saya?”
“Ingat, Noah?”
Adel mengangguk pelan “dia kembali, dia ada disini. Di Bali.”
“Dia juga ngutit kamu?” tebak Rangga.
“Kok Mas Rangga tahu? Alin cerita?”
Rangga menggeleng kepalanya pelan “Alin belum cerita apa-apa sama saya.”
“Kok Mas Rangga bisa tahu?”
Entah dari kapan Salma sudah berdiri di depan jendela kamar Adel, hantu anak kecil itu duduk sembari mengayunkan kedua kakinya. Dengan pandangan mencibir ke arah Rangga yang sedang duduk di dekat ranjang Adeline.
“Saya cuma nebak aja.”
Adel mengangguk dengan mulut terbuka membentuk O “waktu Noah baru sampai Bali, saya udah jelasin ke dia, Mas. Soal saya yang bilang dia harus menjauh dari saya karena saya udah punya tunangan, tapi jawaban dia justru yang buat saya kaget.”