“Rayhan kemana ya, Bun?” tanya Ayah. Kebetulan malam ini anak-anaknya berkumpul di rumah, jadi mereka bisa makan malam bersama. Akhir-akhir ini meja makan biasanya hanya di isi oleh Ayah dan Bunda saja, Rangga dan Rayhan sering melewatkan makan malam di rumah karena jadwal praktik mereka.
“Di kamarnya kayanya, Yah. Mas, panggil Adikmu dulu biar kita makam malam.”
Rangga mengangguk “Mas panggilin dulu, Bun.”
Rangga naik ke atas untuk memanggil Rayhan, seingatnya Rayhan masih ada di kamarnya sendiri. Kebetulan kamarnya dan kamar Rayhan saling terhubung, di dalam kamar mereka ada pintu yang menjadi penghubung kamar satu sama lain.
Rangga masuk dari dalam kamarnya ke kamar Rayhan, ia sempat mengetuk pintu kamarnya sebentar. Namun tidak ada sahutan dari Adiknya itu. Akhirnya Rangga membuka pintu kamar Rayhan, ia tidak langsung masuk. Rangga mengintip dan mengedarkan pandanganya ke penjuru kamar Rayhan.
“Ray? Makan malem yuk, di tunggu Ayah sama Bunda,” panggil Rangga.
Namun tidak ada sahutan, bukanya Rayhan yang datang justru Salma yang tiba-tiba saja muncul di depanya. Arwah bocah itu tersenyum penuh arti di depan Rangga.
“Saya enggak manggil kamu perasaan ” ucap Rangga meledek, ia tahu Salma pasti akan bad mood jika ia berkata seperti itu.
“Rangga!! Ngeselin banget. Padahal aku cuma mau ngasih tau kalo Adikmu ada di balkon atas,” Salma cemberut.
“Ngapain?”
Salma tidak menjawab, bocah itu justru hanya memeragakan gerakan seolah-olah ia sedang merokok. Rangga mengangguk pelan, ia paham apa yang Salma maksud.
“Ya Udah, makasih buat infonya. Sekarang kamu keluar dari kamar Rayhan. Jangan masuk-masuk ke kamar cowok sembarangan,” Rangga mengibaskan tangannya agar Salma keluar dari kamar Adiknya itu.
“kenapa sih?! Pelit banget, Rayhan aja gak larang aku masuk kamarnya!” pekiknya.
“Karena dia gak bisa lihat kamu, ayo keluar.”
“Ishh!” Salma menghilang, berbarengan dengan Rangga yang terkekeh karena merasa puas sudah membuat Salma kesal.
Rangga akhirnya naik ke lantai atas, lantai atas hanya balkon saja. Tempat Bunda menyimpan berbagai macam tanaman miliknya. Ucapan Salma benar, Rayhan sedang duduk di balkon sembari merokok. Adiknya itu bukan perokok aktif, Rayhan hanya merokok jika sedang banyak pikiran saja.
Bisa di bilang rokok sebagai pelampiasan Rayhan dikala ia sedang stress. Rangga menghampiri Adiknya itu, Rayhan yang sadar akan kehadiran Rangga akhirnya mematikan rokok itu. Cowok itu juga langsung membuka satu bungkus permen dan memakannya menggantikan rokok yang tadi sedang ia hisap.
“Di cariin Bunda sama Ayah, Ray. Kita mau makan malam bareng,” ucap Rangga.
Rayhan mengangguk “makan duluan aja, Mas. Gue belum laper.”
Rayhan tidak menoleh ke arah Rangga, ia masih sedikit kesal sekaligus cemburu karena kejadian kemarin siang. mood Rayhan belum bagus juga hingga hari ini.
“Ada yang lagi di pikirin?” tanya Rangga.
“Gak ada.”
Rangga mengulurkan tangannya di depan Rayhan “bagi rokoknya. Jangan ngerokok sendirian kalau gitu.”