Hari ini Adeline sudah sepakat untuk bertemu kembali dengan Noah, biarpun Noah sudah sering menyakitinya dan membuatnya takut. tapi sejujurnya hati kecil Adeline sulit untuk membenci cowok itu. Biar bagaimanapun Noah pernah membuatnya bahagia, ada banyak kebaikan cowok itu yang terlalu sayang di lupakan hanya karena beberapa kesalahan yang ia buat.
Adeline sudah rapih dengan balutan mini dress bermotif floral dengan luaran denim jaket berwarna pink ia, juga memakai thigh high boots warna putih serta shoulder bag. tadinya ia ingin memakai scarf top dengan bawahan jeans boyfriend tapi tidak jadi.
Noah bilang ia ingin mengunjungi banyak tempat jadi Adeline cari aman saja untuk memakai mini dress. Noah menjemput Adeline pagi ini, cowok itu tidak membawa Mercedes C-Class miliknya. Cowok itu membawa jeep yang ia pinjam dari sebuah rental.
Ayahnya Noah itu pengusaha restoran bintang lima, restorannya sudah memiliki beberapa cabang di Indonesia hingga Jerman. Sebelum naik ke mobil Noah, Adeline sempat menyadari seseorang melihatnya dari atas balkon dari rumah milik keluarga Rangga.
Itu bukan Rangga, melainkan Rayhan. Cowok itu menatap lurus pada Adeline dan Noah yang akan pergi, dari bawah sana. Adeline hanya memberi isyarat dengan menganggukkan kepalanya kecil pada Rayhan. Ia tahu Rayhan tidak menyukai ini, bukan hanya Rayhan saja sebenarnya tapi Kelvin, Nugi dan Alin juga tidak menyukai keputusan Adel untuk bertemu Noah kembali.
“Kita mau kemana?” tanya Adeline.
“Kita sarapan dulu mau? Aku sih pengen ke Sukawati, nanti kita cari makanan di sekitaran sana aja. Kamu mau makan apa?”
Adeline tersenyum “hhmm... Karena kamu jarang ke Indonesia lagi, biar kangennya ilang sih harusnya kita makan-makanan lokal aja gak sih?”
“Boleh, apa tuh? Kamu ada ide gak?” Noah membuka kaca mata hitamnya, menaruh kacamata hitam itu di kepalanya sebagai penyangga rambutnya yang berterbangan. Karena mereka naik jeep tanpa atap.
“Kita makan tipat cantok mau?”
“namanya kelihatan unik.“
“Ishh, aku lupa kamu udah kelamaan di Jerman sampai lupa makanan Indo. Itu tuh mirip-mirip lotek cuma versi Bali nya aja. Jangan bilang kamu gak tahu lotek! capek banget aku.”
Noah tertawa lepas, dia seneng banget kalau liat wajah cemberut Adeline “ingat kok, masa kamu lupa kita keliling-keliling Berlin karena aku kangen makan lotek? Terus akhirnya kita nemu restaurant yang loteknya enak banget.”
“Eh iya ya!! Aku lupa, astaga bisa-bisanya. Padahal di hari itu jadi hari paling ikonik buat aku!” Keduanya saling melirik satu sama lain, tentu saja Noah juga mengingatkan kejadian di hari itu.
“Karena seharian keliling naik kereta, sepatu kamu sampai jebol kan? Jempol kaki kamu kelihatan karena kaus kaki kamu juga bolong di bagian depannya,” ucap Noah kemudian.
“Benar!!”
Mereka telah sampai di desa Sukawati, sebelum jalan-jalan lebih jauh lagi di sana. Mereka sempat makan tipat catok lebih dulu. Mereka banyak mengobrol mulai dari di mobil, hanya bercerita apa saja yang mereka lalui ketika sudah tidak bersama sembari sesekali mengenang kenangan lama mereka.
Noah dan Adeline tidak lagi terlihat seperti seorang kekasih, mereka lebih terlihat seperti dua orang sahabat yang sudah tidak lama bertemu. Biar bagaimana pun Noah sudah mulai bisa menghargai keputusan Adeline, sekaligus menghargai Rangga sebagai tunangan Adeline.
“Enak, kayanya aku harus bawa pulang tipat catok ini sih ke Jerman. Aku gak expect sih bakalan cocok, kamu tau kan aku milih-milih banget kalau soal makan,” ucap Noah di sela-sela makanya, aslinya Noah itu suka sekali makan. Tapi pagi ini porsi makanya bertambah karena efek obat penenang yang ia minum semalam.
Adeline hanya mengangguk, ia sadar jika Noah meminum obat penenangnya. Beberapa kali bicara cowok itu agak cepat dan sedikit terbata.
“Habis ini kita cari oleh-oleh, buat Daddy kamu, Asther dan Lilyana,” ucap Adeline.
“Kamu bantuin cari kan?”
“Iya dong,” Adeline menepuk dadanya dengan bangga, sudah lumayan lama tinggal di Bali membuatnya tahu apa saja barang yang wajib di jadikan oleh-oleh “serahin sama Adelia Prameswari.”
Setelah makan, Adeline dan Noah benar-benar mengitari sekitar desa Sukawati. Membeli beberapa makanan khas Bali, pernak-pernik, tas dan juga topi. Setelah itu Noah kembali mengajaknya pergi, cowok itu bahkan tidak memberi tahunya mereka akan pergi kemana.
Di mobil mereka juga banyak bercerita, Noah sesekali juga mengomentari apa saja yang ia lihat. Kadang jika merasa membutuhkan penjelasan ia akan bertanya dengan Adeline.
“Kamu ngajak aku ke Pura Batuan?” tanya Adeline.
“semalam aku lihat Pura Batuan di HP. tempatnya bagus, aku jadi kepengen foto-foto disini. Mungkin hasilnya nanti mau aku taruh di gallery,” jelas Noah. Noah juga memiliki art gallery seperti Kelvin di Jerman. Hanya saja art gallery milik Noah di buka untuk umum.
Sedikit banyaknya Adeline paham sejarah Pura Batuan ini, sembari menemani Noah memotret sekitar. Ia juga sembari menjelaskan sejarah Pura Batuan, mulai dari lokasi dan cerita di balik di bangunan pura ini.
Adeline terlihat seperti pemandu wisata untuk Noah. Cowok itu juga sempat memotret Adeline secara candid.
Mereka sempat istirahat dulu sebentar di sana sembari menyaksikan upacara keagamaan yang sedang berlangsung.