Edelweiss

Musim semi
Chapter #34

Selamat Tinggal (17B)

Ini sudah pukul 10 malam dan Rangga masih bergelut di ranjangnya sembari memandangi room chat dari Adeline. Pesan yang sudah tidak tahu mau ia balas apa itu berakhir di dirinya, Rangga berbaring. Ia memandangi langit-langit kamarnya yang sudah nampak temaram itu.

Besok pagi ia akan melakukan penerbangan ke Jogja bersama teman-teman Adeline dan juga Rayhan. Keputusan final yang ikut adalah Rangga, Adeline, Alin, Rayhan, Nugi, Kikan, Vernon dan Kelvin.

Ia semakin yakin jika dirinya memang jatuh hati dengan Adeline, tanpa Rangga sadari sudut bibirnya itu tertarik. Membuat seutas senyuman hanya dengan mengingat wajah gadis yang sudah mencuri hati dan pikirannya itu.

“Kok gue jadi kaya anak ABG labil gini sih, Adeline udah tidur belum ya,” Rangga bermonolog, karena matanya benar-benar tidak mengantuk. Akhirnya ia menerangkan kembali lampu kamarnya.

Kebetulan lampu kamar Adeline juga masih menyala walau jendela kamar gadis itu tertutup korden. Biasanya jika sudah tidur lampu kamarnya akan di matikan.

“Kayanya Adel belum tidur, apa gue telfon aja ya?” Rangga mengambil ponselnya, ragu-ragu ia ingin menelfon Adeline karena takut menganggu gadis itu. “Bentar aja kali ya.”

Akhirnya Rangga menekan ikon telfon di ponselnya, hanya beberapa kali nada sambung terdengar. Di detik berikutnya yang ia dengar adalah sahutan dari suara Adeline.

“halo, Mas Rangga ada apa telfon saya?“

Rangga tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum “ga..gapapa, ke pencet kayanya.”

“oalah, ya udah. Saya matiin ya?“

“Ja..jangan—” Rangga memejamkan matanya “hm.. Itu tadi saya mau mastiin aja kalau kamu udah tidur, ternyata belum.”

“saya lagi makan mie instan sambil Netflix an sama Alin. Mas Rangga kenapa belum tidur?“

“Gapapa, belum bisa tidur aja. Mau ngobrol sebentar gak?”

“ini kita kan lagi ngobrol, Mas.“

Sembari mendengarkan suara Adeline, Rangga keluar ke balkon kamarnya. Ia memandangi balkon kamar Adeline sembari melihat siluet bayangan dua gadis yang tengah menyantap mie instan itu.

“Kalau kamu lagi makan kita ngobrol di telfon aja, atau kamu mau matiin dulu?”

“emang Mas Rangga dimana?“

“Di balkon kamar,”

Mata Adeline membulat, ia menaruh mangkuk berisi mie miliknya itu demi bisa menyibak korden kamarnya. Dan benar saja, Rangga ada di balkon kamarnya sembari memandangi Adeline dari sebrang sana. Ketika cowok itu menyadari Adeline melihatnya, ia melambaikan tangannya membuat Adeline ingin berteriak sekencang-kencangnya.

“Ishh, ya udah sebentar ya saya ke balkon,“

Adeline tidak mematikan sambungan telfon mereka, ia justru menjepit ponselnya di antara kuping dan bahunya.

“Mas Rangga!”

“Hai,” sapa nya, dengan senyum yang membuat Adeline semakin tidak karuan.

“Kok belum tidur?”

Lihat selengkapnya