Edelweiss

Musim semi
Chapter #41

Selangkah Lebih Dekat (21A)

Setelah melewati liburan yang singkat namun berkesan, mereka akhirnya kembali pada rutinitas masing-masing. Hari ini juga hari pertama Adeline kembali ke klinik, walau tidak bisa di pungkiri jika ia masih merasa malu mengingat hari terakhir ia masuk sebelum memulai cuti nya.

Tapi Adeline beruntung, ia memiliki seorang teman yang baik seperti Kikan dan Derlio yang selalu berada di sisinya untuk menyemangati. Pagi ini, Rangga bilang akan menjemput Adeline. Jadi setengah delapan pagi Adeline sudah rapih dan duduk di kursi meja makan.

Ada Mas Nugi yang tengah memanggang roti untuk Alin, hari ini Alin juga akan ke kampus. Hanya sebentar untuk bertemu Nala, gadis itu minta di temani untuk mengurus keperluan sidang katanya.

“Mas Nugi?” panggil Adeline, gadis itu memperhatikan wajah Nugi yang sedikit kusut hari ini. Biasanya Kakak sepupunya itu akan menyapanya lebih dulu, tapi hari ini Nugi diam saja.

Semenjak pulang dari Jogja, Adeline dan Alin merasa jika Nugi memang sedikit pendiam. Cowok itu sering mengurung dirinya di dalam kamar.

“Mas Nugi kenapa sih diem aja?” tanya Adel pada akhirnya.

“Gapapa, Del. Mas Nugi lagi gak mood aja buat ngomong,” jawabnya.

“Mas Nugi lagi punya masalah?”

Nugi juga tidak yakin ini adalah masalahnya, karena ini tidak menyangkut dirinya. Melainkan sahabatnya itu, sewaktu Nugi di Jogja. Thalita sempat menelponnya gadis itu hanya menangis dan berucap tidak terlalu jelas.

Selanjutnya Nugi hanya mendengar suara teriakan kemudian di akhiri dengan suara isakan Thalita, sambungan telfon kemudian mati dan sudah 4 hari ini Thalita tidak bisa di hubungi.

Nugi tahu Thalita berada di Bali, tapi ia tidak tahu gadis itu tinggal di mana karena Thalita tidak pernah memberi tahunya.

“Gak tau, bukan masalah Mas Nugi sih, tapi kepikiran aja sampai gak bisa tidur.”

“Masalah siapa? Flight9?”

Nugi menggeleng

“terus?”

“Adel tau Thalita gak?”

Adeline mengangguk “tau, mantan member La Fleur yang keluar itu kan? Sahabatnya Mas Nugi kan? Ada apa sih?”

“Waktu kamu sama Mas Rangga ke Punthuk Setumbu, Thalita telfon Mas Nugi. Suaranya enggak jelas karena kresek-kresek dan yang Mas yakini tuh Thalita nangis, omonganya gak gitu jelas. Tapi dia kaya ngomong 'tolong' habis itu Mas dengar ada suara teriakan di iringi isakan. Setelah itu sambungan kami terputus, waktu itu perasaan Mas gak enak banget. Thalita lagi ada masalah dan kondisi kesehatan mentalnya enggak baik,” jelas Nugi panjang lebar.

“Te..terus gimana? Mas Nugi udah nyari tahu dia kemana atau dimana gitu? Thalita tuh bukanya punya rumah di Jakarta ya, Mas? Mas Nugi kan yang cerita sendiri kalau orang tuanya tinggal di Jakarta.”

“Iya, Orang tua angkatnya di Jakarta. Thalita ke sini itu buat nyari saudara kembarnya.”

Adeline membulatkan matanya kaget “Thalita kembar?”

Nugi mengangguk kecil “kembaranya cowok, namanya Suar Panji Permadi. Di panggilnya Panji, Thalita sama Panji ini anak panti, Del. Waktu itu Thalita umur 8 tahun, dia dapat orang tua asuh dan di bawa ke Jakarta. Tapi sewaktu orang tua asuhnya berhasil punya anak, Thalita kaya gak pernah di urusin lagi. Dia jadi idol itu benar-benar buat cari uang, biar bisa punya kehidupan layak dan bisa bawa Panji keluar dari panti.”

“Astaga Thalitha...” lirih Adeline.

“Tapi sayangnya jadi idol gak semulus itu, Adel tahu kan soal Spaceship yang bekerja sama dengan beberapa mafia yang punya jaringan di dalam dan luar negeri?”

Adeline mengangguk

“Thalitha adalah salah satu trainee yang sial saat itu,” Nugi menelan salivanya dengan susah payah. tidak bisa membayangkan betapa beratnya hidup gadis itu saat ini “karena hanya punya bakat tanpa support money buat debut. Thalitha di tawari buat punya 'sponsor' supaya dia bisa debut di La Fleur, Thalita itu trainee paling lama. Karena gelap mata dia akhirnya ambil jalan instan itu. Agensi bawa Thalita ke sebuah mansion di sana dia di jadiin wanita 'penghibur' sama komplotan mafia. Sampai akhirnya Thalita debut, nama dia besar karena dia center di grupnya, Thalita sempat di kucilin sama rekan segrupnya, bahkan sampai sekarang. Lama kelamaan kesehatan mental Thalita semakin terganggu, dia mutusin buat rehat dari La Fleur. Tapi, Del..”

Adel menunggu kalimat selanjutnya lagi dari bibir Nugi, namun belum sempat Nugi melanjutkan kalimatnya ponsel Adeline berbunyi. Menampakan notifikasi jika Rangga sudah berada di depan pagar rumahnya.

“Aduh, Mas Nugi. Mas Rangga udah sampai di depan, ini juga udah jam delapan. Adel berangkat ya? Nanti kita cerita lagi.” sembari memberesi bekal milik Rangga yang sudah ia taruh dalam kotak, Adeline buru-buru merapihkan rambutnya. Setelah memastikan dirinya sudah rapih ia berpamitan pada Nugi dan melesat dari sana.

Adeline dan Rangga langsung melesat menuju klinik dokter Alle, Adeline bilang dia sudah telat. Dan begitu mereka sampai di depan klinik Adeline justru mengulur waktunya sendiri.

“Nanti sore kayanya saya jemput agak telat gapapa?”

Lihat selengkapnya