Edelweiss

Musim semi
Chapter #43

Mesra Kecil-Kecilan (22A)

nomer yang anda hubungi sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.

Nugi membanting ponsel miliknya ke sofa ruang tamu, ia duduk dan mengusap wajahnya gusar. Sudah nyaris sepuluh kali hari ini Thalitha tidak ada kabar, teleponnya tidak dapat di hubungi sama sekali. Membuat Nugi semakin bertambah khawatir dengan gadis itu.

Nugi sudah menyuruh orang untuk mencari keberadaan Panji. Namun hingga saat ini urung mendapatkan hasil, dari semalam Nugi juga sudah berusaha untuk melacak dimana ponsel Thalitha terakhir kali aktif. Namun lokasinya tidak di temukan, Nugi bingung harus menghubungi siapa dan mencari Thalitha kemana.

Menghubungi orang tua angkat gadis itu pun rasanya percuma, Thalitha bilang sendiri jika ia sudah di buang oleh kedua orang tua angkatnya. Thalitha tidak mungkin pulang ke Jakarta, ia pasti di Bali. Namun Nugi tidak tahu dimana gadis itu berada.

Sedang pusing memikirkan Thalitha, tiba-tiba saja Adeline turun dari lantai dua. Gadis itu sudah rapih dengan t-shirt putih bermotif gambar-gambar lukisan bunga, kue, bebek, dan udang dibalut outer vintage dan hotpants yang di padukan dengan sabuk berwarna kecoklatan.

Membuat Adeline tampak lebih muda dari umurnya yang seharusnya, gadis itu juga mengenakan boots putih dan Sling bag berwarna coklat muda. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai dengan jepit rambut di bagian sisi kanan dan kiri kepalanya.

“Mas Nugi!!” sapa Adeline membuat Nugi jadi menoleh ke arahnya, cowok itu juga menatap Adeline dari atas sampai bawah. Persis seperti orang yang sedang terheran-heran.

“Mau kemana kamu?”

“Adeline mau ngedate sama Mas Rangga.”

“Kemana?”

Adeline berdeham, pasalnya Rangga juga tidak mengatakan mereka akan kemana. “ga tau, Mas Rangga gak mau ngasih tau katanya rahasia.”

“Ada-ada aja, terus kamu dandan kaya gitu?”

“Kenapa sih? Aneh emangnya?”

“Engg..gak, kaya beda aja. Biasanya yang kaya gini tuh Alin. Ini juga kaya bajunya Alin deh.” Nugi memutar tubuh Adeline demi melihat penampilan Adik sepupunya itu secara keseluruhan. “Tuh kan, bajunya Alin ini mah.”

“Ih emang kenapa sih? Orang pinjem juga, Adel tuh belum sempet belanja baju dari kemarin sibuk.”

“Sibuk apa?”

“Ya sibuk lah, Adeline banyak pasien di klinik,” alibinya. padahal sedari kemarin Adeline hanya mengobservasi hewan-hewan yang di rawat inap. Pasca kejadian Asther waktu itu, pasien yang biasa Adeline pegang benar-benar kabur.

“Hmm.. Ya Udah sana.”

“Kalo gitu Adeline berangkat dulu, bye Mas Nugi,” ucap Adeline riang, ia langsung berlari kecil keluar rumahnya.

Adeline membulatkan matanya begitu melihat apa yang Rangga bawa untuknya, saking semangatnya Adeline sampai berlari kecil keluar pagar rumahnya menghampiri Rangga yang tengah berdiri di depan campervan.

“MAS RANGGA??! Kita naik campervan?” pekiknya.

Rangga hanya mengangguk, ia membuka pintu campervan itu dan membantu Adeline untuk naik.

“Kita bakalan datang ke banyak tempat.”

“Mas Rangga, ini lucu banget,” Adeline takjub. ia masuk dengan terperangah melihat ke seluruh penjuru campervan yang lumayan besar dengan fasilitas yang lengkap.

Mulai dari mini kitchen, kamar mandi, kulkas, microwave, kompor listrik portabel, mesin cuci, toilet, kamar tidur dan meja makan. Sangat amat nyaman dan hangat dalamnya, Adeline duduk di kursi kecil berbentuk kura-kura di sana.

“Mas Rangga, sumpah ya. Kamu banyak kejutan banget, saya enggak kepikiran Mas Rangga jemput saya pake campervan gini.”

“Suka?”

Adeline mengangguk “banget.”

“Kalo gitu, kamu harus temenin saya nyetir dulu. Kita berangkat sekarang, udah izin sama Nugi kan?”

“Udah kok.”

Di perjalanan Adeline dan Rangga banyak bertukar cerita tentang apa yang mereka lakukan kemarin, sebagai pasangan dengan jam kesibukan yang hampir sama padatnya itu, membuat Rangga dan Adeline jarang menghabiskan waktu berdua. Makanya mereka sepakat jika bertemu, mereka wajib bertukar cerita satu sama lain. Se random dan setidak penting apapun cerita itu.

Pagi ini Rangga akan mengajak Adeline ke desa Kintamani, jika biasanya Bali lebih dominan dengan wisata pantainya yang indah. Kali ini Rangga mengajak Adeline ke daerah pegunungan yang tidak kalah indah dengan panorama pantainya.

“Kita makan dulu ya? Ada cafe di sekitaran sini, nanti kita mampir ke pasar tradisional buat beli bahan makanan,” ucap Rangga.

“Sumpah ya Mas Rangga ini niat banget, nanti biar saya aja yang masak!” Adeline mau pamer skill masaknya yang lumayan mengalami peningkatan itu.

“Masak apa? Air?”

“Ish! Kan kan.. Ngeremehin calon Istri.”

“Ya kan saya nanya Adeline.”

“Ya masak apa aja yang Mas Rangga suka serahin sama saya, saya bisa semuanya.”

Lihat selengkapnya