Nugi duduk di kursinya dengan resah, beberapa kali ia menoleh ke arah luar cafe namun urung juga ia dapati motor Jerry terparkir di sana. Di ceknya kembali arloji yang berada di pergelangan tangan kirinya.
Waktu sudah menunjukan waktu delapan malam waktu Indonesia bagian tengah, Jerry ini adalah orang yang ia mintai tolong untuk mencari keberadaan Panji. Panji kakak kembar Thalitha, mungkin saja Thalitha sedang bersama Panji atau mungkin gadis itu sempat bertemu dengan panji.
Jerry bilang ia mendapat alamat tempat Panji bekerja, namun hingga 2 jam menunggu ia urung mendapatkan kabar dari Jerry. Nugi baru bisa bernafas lega ketika motor kawasaki ninja ZX-25R milik Jerry terparkir di pelataran cafe.
Tidak lama kemudian cowok berbadan tegap dan jangkung itu berjalan ke kursinya, ia menyengir dan menggaruk kepalanya yang Nugi yakin tidak gatal itu.
“Boss, sorry gue telat. Sumpah tadi ketiduran,” ucapnya penuh perasaan bersalah. Nugi hanya mengangguk kecil dan menyuruh cowok itu duduk dengan mengangkat sedikit dagunya.
“Langsung aja, bisa lo jelasin gak soal Panji gimana?”
“Panji kerja di sebuah tempat tanding tinju ilegal di Ubud, dia jadi salah satu petarung di sana,” Jerry mengeluarkan secarik amplop berisi foto-foto Panji yang tengah berada di sasana tinju. Cowok itu memang tidak begitu mirip dengan Thalitha meskipun kembar.
“Dia kerja disini?”
Jerry mengangguk, “kalau malam pindah ke bar.“
“Alamat rumah atau kosannya?”
“Dia tinggal di sasana itu, boss. Kalo boss Nugi mau nemuin gue bisa anterin. Jam segini dia belum jalan ke bar.“
Nugi menggeleng pelan “ga usah, gue sendiri aja,” Nugi memasukan foto-foto itu ke dalam saku jaket kulit hitam yang ia kenakan “Anyway ada bonus buat lo, kerja lo cepat banget. Di cek rekening lo ya.”
Nugi berdiri sementara Jerry memberikan cengiran puas kepada boss nya itu.
“Kalo butuh bantuan gue bisa hubungin lagi boss,” pekik Jerry, yang di abaikan begitu saja oleh Nugi.
Nugi sudah mendapatkan apa yang ia inginkan jadi dari pada mengulur waktu ia akan langsung menuju ke tempat sasana Panji bekerja. Nugi hari ini membawa mobil, ia juga tetap melakukan penyamaran dengan memakai topi hitam dan masker agar tidak ada penggemar yang mengenalinya.
Asal kalian tahu ya, Flight9 ini termasuk band dengan popularitas besar di Asia Tenggara. Jadi kemanapun Nugi pergi orang-orang akan dengan mudah mengenalinya, masih ada nama baik band yang harus ia jaga belum lagi jika ia tersandung skandal. Agensinya akan habis-habisan memarahinya.
Tidak lama baginya untuk menemukan alamat yang Jerry beri padanya, ia sampai dan memarkirkan mobilnya di depan sebuah motel. Ia kemudian berjalan masuk ke dalam gang yang letaknya berada persis di samping motel.
Gang sempit ber penerangan minim dengan beberapa orang asing berlalu lalang di sekitar, Nugi hanya merapatkan topi yang ia kenakan dan berjalan sedikit lebih cepat. Tidak lama setelahnya ia menemukan gedung tua, tidak ada plang atau penanda apapun jika di dalam gedung ini adalah sasana tinju.
Nugi menoleh ke kanan dan kirinya, memastikan tidak ada orang yang mencurigakan mengikutinya. Setelah memastikan semuanya aman Nugi masuk ke dalam sasana itu, di luar dugaan Nugi. Di dalamnya sangat terang dengan hiruk piruk orang bersorak di dalam sana.
Nugi tidak tahu apa yang mereka soraki, ketika ingin menaiki tangga menuju lantai dua berada. Jalanya di jegal oleh dua laki-laki berbadan gempal. Di sisi lengannya ada tatto bunga mawar merah dan juga macan.
“Mau kemana? Ada akses?” tanyanya.