Adeline membuka jendela kamarnya lebar-lebar, membiarkan udara pagi dan bias cahaya memasuki kamarnya. Hatinya terasa hampa, kalut sekaligus sedih menderanya. Sudah terhitung 4 hari ini Rangga tidak memberinya kabar sama sekali. Sesibuk apapun cowok itu, biasanya ia selalu menyempatkan untuk menanyai kabar Adel.
Tapi 4 hari belakangan ini telfon dan pesan singkat darinya itu bahkan hanya berakhir pengabaian dari Rangga, itu yang Adeline rasakan. Ia sudah berusaha untuk datang langsung ke rumah Rangga demi bertemu cowok itu, namun Allura bilang jika Rangga sedang sibuk. Mobil Rangga juga jarang terlihat parkir di halaman rumahnya.
Adeline menghela nafasnya berat, hari-hari yang semula indah dengan jutaan kupu-kupu memenuhi perutnya. Kini sirna tanpa sebab, Adeline tidak tahu salahnya apa. Bahkan bukan hanya Rangga yang terlihat menghindar darinya, tapi juga Kelvin. Cowok itu bahkan belum mengabarinya lagi dari yang terakhir Adeline kirimi pesan.
Adeline sempat berpikir jika Kelvin mungkin membutuhkan waktu pasca kandasnya hubungannya dengan Raya, tapi sampai kapan?
Dengan langkah gontai Adeline menuruni anak tangga rumahnya, jika biasanya ia selalu semangat untuk memasak demi membuatkan bekal untuk Rangga. Kini memasuki dapur saja rasanya enggan, yang ingin Adeline lakukan hanyalah berbaring di ranjang sembari memandangi room chat nya dengan Rangga.
“Pagi,” sapa Nugi yang tengah membuat sarapan untuk kedua Adik sepupunya itu.
“Hhmm.. Pagi, Mas Nugi.”
“Lesu amat,” Nugi dan Alin saling melempar tatapan satu sama lain. Alin hanya membalasnya dengan mengangkat kedua bahunya.
“Lagi enggak enak badan, Mas.”
“Mau Mas Nugi bikinin sup ayam?”
Adeline hanya menggeleng pelan setelah menengguk segelas air mineral di gelasnya, “ga usah, bubur ayam aja ini. Aku juga mau langsung ke shelter kok.”
“Kak Adel praktik?”
Adeline mengangguk.
“Ke shelter Ayah atau shelternya Mas Awan?” tanya Alin.
“Ke shelternya Ayah Dimas. Kakak ada operasi Prolapse sama mau meriksa kucing yang kena clamidia.”
“Bareng Alin aja ya, Kak. Alin juga mau ke rumah sakit mau buka daker hari ini.”
Adeline melirik Adiknya itu, bahunya semakin turun. Ia bukan tidak senang Alin melepas daker nya, melainkan Alin pasti pergi di temani Rayhan masa dia harus jadi obat nyamuk di antara mereka sih?
“Gak ah, Kakak minta antar Mas Nugi aja. Kamu pasti sama Rayhan kan?”
Alin mengangguk “emang kenapa sih kalo aku sama Mas Ray? Kakak takut jadi nyamuk?”
“Ya iyalah, udah ga usah. Kakak nanti minta temenin Mas Nugi aja.”
“Gak bisa, Del. Mas Nugi mau ketemu Mas Askhair,” sela Nugi. pagi ini kebetulan ia harus bertemu dengan Askhair. Penyidik yang menangani kasus Thalitha itu ingin meminta beberapa informasi dari Nugi.
Entah Adeline yang terlalu perasa atau memang dunia sedang tidak memihaknya, hanya sebatas ingin di antar Nugi saja tidak bisa. Selain merasa di jauhi oleh Rangga dan Kelvin. Adeline juga merasa akhir-akhir ini Nugi sering sibuk sendiri. Kalau Alin memang akhir-akhir ini sibuk, gadis itu dapat part time di galeri milik temanya dan mengajar lukis di tempat terapi healing milik Bunda Rachel.
“Ya Udah ga usah aja, biar Adeline sendiri aja. Kalian berdua juga kan sibuk, yang gabut cuma Adel aja,” Adeline merajuk. setelah itu ia justru kembali ke kamarnya menyisakan Nugi dan Alin yang bingung akan sikap Adeline yang tidak seperti biasanya barusan.
“Mas Nugi emang urgent banget ya, Mas?” tanya Alin, ia jadi tidak tega sendiri melihat Kakaknya seperti itu. Alin tahu jika akhir-akhir ini Adeline sedang di pusingkan dengan sikap Rangga dan Kelvin.
Gadis itu juga lebih banyak di rumah, mungkin karna biasa sibuk, berdiam diri di rumah membuat pikiran Adeline jadi semakin tidak karuan juga.
“urgent, Lin. Mas harus ngasih beberapa informasi buat penyelidikan kasus Thalitha. Minggu depan juga Mas harus balik ke Jakarta, agensi udah dengar soal kesaksian Mas buat kasus ini,” jelas Nugi.
Alin mengangguk ia cukup memahami posisi Nugi, ia juga mengkhawatirkan Kakak sepupunya itu. Pasalnya, Nugi bukan berurusan dengan sembarang orang.
“Ya Udah deh, nanti biar Kakak, Alin yang urus. Tapi Mas Nugi harus hati-hati ya.”