Kelvin tidak bisa menahan segala kemarahannya pada Rayhan, kemarin malam Alin menelponnya. Gadis itu menangis dan menceritakan semuanya pada Kelvin, saat Kelvin sudah tiba di pantai untuk menjemput Alin. Ternyata Rayhan sudah tidak ada di sana, Alin justru di temani Fahri yang kebetulan juga sedang berada di sana dan bertemu dengan Alin.
Hari ini Kelvin akan bertemu Rayhan, cowok itu akan melampiaskan semua kekecewaan dan kemarahannya pada Rayhan. Ia sudah mempercayakan Alin pada Rayhan namun Rayhan justru mengkhianati kepercayaannya.
Padahal dari awal Kelvin sudah mewanti-wanti Rayhan untuk tidak menyakiti Alin, Alin sudah ia anggap sebagai Adiknya sendiri. Dan siapapun yang berani menyakiti Alin akan berhadapan langsung dengannya.
Tidak lama kemudian perhatian Kelvin teralihkan oleh mobil Rayhan yang baru saja tiba di cafe miliknya, Kelvin sengaja mengosongkan kedai kopi miliknya agar ia lebih leluasa berbicara dengan Rayhan di sana.
“Bagus, gue pikir lo gak bakalan dateng. Masih punya nyali juga lo, Ray,” ucap Kelvin sewaktu Rayhan datang.
“Gue pasti dateng, Kev.”
“Lo apain Alin?”
“Kev, gue minta ma—” belum sempat Rayhan menyelesaikan kalimatnya, ia sudah di hadiahi bogem mentah dari Kelvin. Tubuhnya yang tidak siap menerima serangan itu membuat Rayhan oleng dan terjerat ke lantai.
Sudut bibirnya berdarah karena Kelvin memukulnya dengan kencang, ketika Rayhan ingin bangun. Kelvin justru kembali menghajar Rayhan kembali.
“BRENGSEK LO RAY! BAJINGAN! GUE UDAH PERCAYAIN ALIN KE LO TAPI LO JUSTRU SAKITIN DIA!” ucap Kelvin di sela-sela tinjunya pada Rayhan.
Rayhan hanya pasrah, ia merasa ini adalah hukuman yang pantas untuknya. Ia tahu Kelvin pasti akan menghukumnya dengan cara seperti ini, ketika Kelvin berhenti meninju wajahnya. Rayhan terbatuk, wajahnya sudah penuh dengan lebam. Hidungnya juga terasa kebas, Rayhan akan sangat bersyukur rasanya jika batang hidungnya tidak patah.
“Uhukk,” Rayhan terbatuk. ia memegangi uluh hatinya yang begitu nyeri akibat tinjuan Kelvin, “ayo pukul gue lagi Kev,” ucapnya lirih.
“Bangun lo!” hardik Kelvin.
Rayhan hanya menggeleng, nafasnya sedikit tersengal karena menahan sakit di perut dan wajahnya.
“Bangun bajingan!!!” Kelvin teriak, ia kembali menarik kerah kemeja Rayhan dan menghajarnya kembali hingga Rayhan kehilangan kesadarannya.
Awalnya Kelvin merasa masih kesal, tapi melihat temanya itu ia pukuli hingga pingsan. Kelvin jadi tidak tega sendiri, Kelvin akhirnya membawa Rayhan ke rumah sakit terdekat. Setidaknya ia tidak mengantar Rayhan ke rumah dalam keadaan babak belur seperti itu.
Kelvin tahu jika Bunda Rachel memiliki penyakit jantung, Bunda bisa sangat terkejut pastinya melihat putra bungsunya pulang dalam keadaan babak belur seperti itu.
Beruntungnya tidak ada luka serius atau pun pendarahan pada Rayhan, setelah luka-lukanya di bersihkan. Rayhan sadar, meski kepalanya masih berdenyut nyeri. Namun ia menyadari kehadiran Kelvin yang terus menemani di sebelah bed nya hingga ia sadar.
“Kev.”
“Bagus lo udah sadar, gue minta maaf.”
Rayhan mengangguk, “thanks udah bawa gue ke rumah sakit, bukan ke rumah.”
“Gue harap lo gak pernah nongolin muka lo lagi depan Alin, Ray. Lo udah bikin dia sakit.”
“Gue tau gue brengsek, gue minta maaf,” ucap Rayhan dengan suara parau nya.
“Minta maaf juga gak akan bikin hatinya Alin sembuh, tapi bagus kalo lo nyadar lo brengsek.”
“Lo juga.”