Begitu sampai di depan pagar rumah Adeline, Rangga langsung bergegas keluar dari mobilnya. Di jalan ia sudah menjelaskan semuanya ke Adeline, Adeline juga sudah mencoba menghubungi ponsel Alin, Namun ponsel milik Adiknya itu tidak aktif.
“Mom, Alin kemana?” cecar Adeline begitu ia masuk ke dalam rumah dan tidak mendapati Alin di sana.
“Alin, tadi dia gak bilang mau kemana. Mom tanya enggak jawab, Sayang. Tapi dia rapih banget pakai dress warna hitam.” Mom melirik ke arah Rangga yang berdiri tidak nyaman di sebelah Adeline.
“Adeline, kamu disini aja. Biar aku yang cari Alin.” ucap Rangga, firasatnya mengatakan Alin benar-benar di culik dan di bawa ke markas Northwest.
“Gak, Mas! Aku ikut, aku mau nemenin kamu.”
“Adeline—”
“Ini ada apa sebenarnya?” tanya Mom, ia mulai merasakan ada yang tidak beres dengan anak-anaknya.
“Ibu, Alin di culik. Orang yang menculik Alin ini ada hubungannya sama Rangga.”
“APA?!”
“Rangga yang akan bawa Alin keluar dari sana, Buk. Ini tanggung jawab Rangga. Rangga janji bakal menyelamatkan Alin.” Rangga tidak ingin mengulur waktu, ia tidak ingin Northwest mencelakai Alin. “Rangga pergi dulu, Buk.”
“Mas, Aku ikut!”
“Adeline...”
“Alin Adik aku! Aku juga mau selamatin dia.”
Rangga menggeleng kepalanya pelan, tidak lama kemudian ponselnya kembali menyala. Pria yang tadi menelponnya itu mengirimkan foto Alin yang tengah mereka sekap di sebuah gudang kosong. Matanya di tutup, Alin duduk dengan kedua kaki dan tangannya di ikat di kursi.
Melihat foto Alin barusan, Rangga akhirnya berlari untuk menyusul Alin. Ia harus menyelamatkan gadis itu, sementara Adeline tetap pada pendiriannya. Ia mengikuti Rangga dan langsung masuk ke dalam mobil tanpa memperdulikan teriakan Mommy yang khawatir pada kedua putrinya.
“Adeline, aku mohon jangan egois,” pinta Rangga.
“Aku khawatir sama Alin, aku juga khawatir kamu di apa-apain sama mereka.”
Dari pada berakhir berdebat dengan Adeline dan mengulur waktu akhirnya Rangga melajukan mobilnya, di jalan Rangga sudah menyusun rencana agar Adeline dan Alin tetap aman.
Rencananya adalah ia akan menyuruh Adeline tetap berada di dalam mobil sementara ia akan menyelamatkan Alin ke dalam markas. Rangga tetap pada pendiriannya untuk tidak menghubungi siapapun, ia akan mengikuti permainan Northwest.
---
“Heh!! Sumpah ya, setan kecil ini kenapa ngagetin banget sih!” sentak Allura, ia baru saja selesai mandi dan Salma sudah berada di depan pintu kamar mandinya.
Wajah hantu anak kecil itu terlihat panik, ia juga memainkan jari-jarinya dengan sangat gelisah. Padahal Salma itu benci sekali dengan Allura, hantu itu sangat malas berurusan dengan Allura yang kerap kali jutek dan sering mengusirnya.
“Allura, gawat ini gawat kamu harus nolongin Rangga,” ucap Salma.
Mendengar nama sepupunya di sebut Allura jadi teralihkan perhatiannya, padahal baru saja ia ingin mengambil sapu lidi untuk mengusir Salma.
“Rangga kenapa?”
“Aku tadi ngikutin dia dari krematorium, Rangga dapat telfon dari Northwest. Mereka menculik Alin,” Salma menggeleng kepalanya pelan.
“enggak mereka salah menculik, yang seharusnya mereka culik itu Adel tapi yang mereka bawa justru Alin. Mereka nyuruh Rangga datang ke markasnya sendirian, Rangga gak sendiri. Dia kesana sama Adel. Ayo Allura tolong Rangga, dia dalam bahaya.”
“Kamu tau dimana alamat markasnya Northwest?”
Salma mengangguk, saat Rangga sedang membaca pesan dari Northwest ia sempat mengintip dan membacanya. “Aku tau, tapi kita enggak boleh kesana sendiri. Ayo Allura telfon yang lainya.”
Allura setuju dengan Salma, kali ini arwah anak kecil itu bisa di ajak bekerja sama dengannya. Allura buru-buru mengambil ponselnya dan segera menghubungi Rayhan, ia akhirnya menyusun rencana dengan Rayhan.
Allura membuat rencana agar Rayhan menghubungi teman-temanya yang lain, Rayhan sudah menghubungi Fahri, Kelvin dan Vernon. Vernon juga sudah menghubungi Mas Nugi, sayangnya Nugi masih di Jakarta namun Nugi menghubungi Panji. Kemampuan bela diri Panji dapat di andalkan.
Sementara itu Allura menghubungi beberapa rekan-rekan dari kepolisian yang masih aktif bertugas di Bali. Allura akan tetap berada di rumah untuk menjaga Bunda, keadaan Bunda sedang drop. Bunda enggak bisa di tinggal sendirian.
Disisi lain, di perjalanan Rayhan membiarkan Kelvin menyetir mobilnya, Rayhan, Kelvin, Fahri, Vernon dan Panji juga sudah membuat rencana untuk bisa mengeluarkan Alin dari sana.
Beruntungnya saat mereka sampai, mobil Rangga juga baru saja tiba di markas Northwest. Sebuah gedung tua di tepi kebun yang penuh dengan alang-alang, dari depan sudah terlihat sepi dan sangat gelap.
Saat Rangga akan hendak masuk ke dalam gedung itu, ia sedikit kaget karena Adik dan teman-temanya itu juga ada di sana. Rangga akhirnya menghampiri mereka lebih dulu, ia tidak ingin mereka terseret dalam masalahnya. Pasalnya Northwest menyuruhnya untuk datang sendiri.
“Ray, lo ngapain? Kok bisa tahu Mas ada disini?” tanya Rangga pada Rayhan.
“Dari Mbak Allura.”