Rambut pirang yang begitu mencolok bersaing dengan surai biru dongker yang nyaris hitam. Mereka berdua sudah siap dengan posisi masing-masing. Mata yang tertutupi lensa menatap rekannya yang sudah menyandar di tembok. Menanti aba-aba yang diberikan.
"Yak, siap," suara dari arah depan membuat mereka mengangguk tanpa menoleh. "Satu...dua...tiga."
Ckrek ckrek ckrek
Seiring jepretan kamera, bibir mereka pun saling bersentuhan. Yang bersurai pirang itu memejamkan mata begitu pria di hadapannya menyatukan bibir mereka. Hanya sebatas itu, tidak lebih.
"Oke, nice," puji sang fotografer melihat adegan barusan. Pria itu tersenyum miring melihat hasil gambar yang diambilnya sesuai dengan yang ia harapkan.
Mereka yang ada di sini heboh sendiri, melupakan dua manusia yang saling menatap dengan tatapan aneh. Tidak, lebih tepatnya, pria bersurai kelamlah yang memperhatikan begitu tajam. Menilik kepada rekannya yang membuang mata dari tatapannya.
"Bibirmu..." Mata biru yang juga lensa itu akhirnya menatap teman cosplayer-nya ini. Ya, mereka memang sedang mengambil foto dengan tema anime dari Jepang, "dingin sekali..."
Si Pirang yang dituding diam mematung, tidak mau menjawab ataupun membela diri. "Xion Qi?? Aku bertanya padamu?" suara pria itu rendah, terlihat dia tidak suka diabaikan, "jika kau diam, akan kuberitahu manajer—"
Jemari yang gemetar itu menarik seragam officer yang sedang digunakan mereka berdua. Tentu saja mereka bukan seorang petugas, kalian pasti tidak lupa jika mereka sedang apa sekarang.
"Xilou Han," bisiknya pada pria itu yang sudah akan beranjak darinya, "berjanjilah, kau tidak akan mengatakan apa pun tentang hal ini??"
Xilou yang melihat wajah itu pucat mengerut dalam, terlihat ada ketakutan di mimik wajah Xion Qi yang masih meremat lengan bajunya. Bahkan yang ia rasakan sekarang, lengannya mulai terasa ngilu. Seperti ditumpukki dengan es batu.
"Jika kau mengatakan yang sebenarnya, tentu akan aku lakukan. Dan jangan coba mengelak, aku tahu suhu di bibirmu bukan tingkatan yang seharusnya dimiliki oleh manusia...biasa."
Dia menyelami manik Xilou yang memberikan tatapan kepercayaan padanya. Agar dia mau membagi rahasianya itu. Xion Qi tidak habis pikir juga, dari sekian banyak manusia, kenapa harus Xilou yang menyadari ia sedang seperti ini. Haruskah orang ini pergi darinya karena sudah mengetahui keadaannya.
Itulah awal mula Xion Qi berani membuka diri terhadap rekan kerjanya. Ingatan pada hari itu semakin membuatnya nyaman pada Xilou Han yang sekarang juga berada di sampingnya. Saat ini mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju ke rumah pria yang terus meliriknya cemas. Membuat ia mencoba acuh karena pria ini mulai protektif lagi.
Pantas saja kadang orang di sekitar mereka mencurigai hubungan pertemanan ini. Lihat saja sikap penjagaan Xilou Han itu, bagaikan dia punya penyakit yang mematikan. Bahkan sekarang gosip itu mulai merembah di media sosial.
•
•
•
China, Negara tersibuk yang bisa menyaingi Amerika serikat dalam pergerakkan perekonomian maupun intelektual. Gedung pencakar langit dan mall perbelanjaan begitu menghiasi dataran yang dahulunya kosong.
Di antara kota-kota besarnya, Beijing menjadi ibu kota China dalam menggerakkan pemerintahan itu sendiri. Atmosfir yang glamor begitu terlihat di gedung-gedung perusahan maupun klub malam, hal demikian sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Dari sekian sibuknya Negara itu. Sebuah kereta dengan teknologi magnet levitation melaju dengan kecepatan yang mengagumkan. Di mana dengan sistem magnetik mampu mendorong kereta tanpa menyentuh permukaan. Jenis transportasi ini dikenal dengan nama transrapid. Dengan kecepatan empat ratus tiga puluh kilometer per jam. Bahkan untuk menempuh jarak tiga puluh kilometer pun hanya memerlukan waktu delapan menit saja. Negara yang sangat menjanjikan di mata dunia.
Di antara para penumpangnya, duduk dua orang yang terlihat saling menatap tablet dalam genggaman salah satunya. Di sana sepasang mata hazelnut memperhatikan bait dalam sebuah artikel yang menyinggung dirinya dan sang rekan.
"Lihat, mereka begitu menyukaimu," celetuk pria bersurai coklat tanah yang nyaris hitam jika mata tidak jeli memandang. Orang yang berada di sampingnya pun hanya memberikan senyum kecil, melirik pria yang kembali membaca berita tentang mereka berdua.
Xion Qi senang dunia Xilou sedikit teralihkan darinya, ia sedikit tidak nyaman karena mata hazelnut itu tiada hentinya memperhatikan. Bagaikan ia sedang sakit parah.
"Best cosplayer from China," kata Xilou dengan senyum segaris. Hal itu bukanlah kalimatnya, karena itu ada di media sosial, begitu tertulis di dunia maya.
Melakukan cosplayer dari anime Jepang menjadi pilihan utama mereka berdua saat ini. Tidak bisa dipungkiri incaran mereka pun anime yang sedang melejit saat sekarang. Yang mana dimainkan apik oleh Xion Qi dan Xilou Han. Membuat mereka berdua merambah popularitas begitu cepatnya hingga dikenal diberbagai Negara.
Xilou Han hanya bisa menggelengkan kepala melihat komentar fans mereka. Sedikit bibirnya menyungging geli, apalagi para perempuan yang mengidolakan Xion Qi.
"Mereka akan patah hati jika mengetahui kelaminmu yang sebenarnya." Tawa kecil itu tidak dihiraukan Xion Qi, mata cosplayer satu ini sibuk dengan cemilannya. Meskipun mencoba tak acuh, dia pun jadi memikirkan perkataan barusan lagi. Bagaimana dengan reaksi fansnya jika tahu jati dirinya yang sebenarnya.
"Hei, kau kenapa?" Manik sewarna madu menatap Xion Qi yang semenjak siang terlihat aneh. Membuat pria berumur dua puluh enam tahun itu menyampingkan tubuhnya, sedikit berbisik karena beberapa orang mengenali mereka berdua.
"Entahlah, aku merasa gelisah saja," bisik Xion Qi yang gagal menutupi kerisauannya. "Rasanya, begitu tidak tenang."
Xilou yang mendengar mengerut dalam. Batinnya, apa ini karena ulah para fans fanatik? Semenjak debut, memang banyak stalker yang menghampiri mereka. Namun keduanya mencoba profesional sebagai idola. Menganggap itu hal biasa.
Semenjak naik kereta sengaja Xion terus menyibukkan diri dengan hal apa pun. Sampai mendengarkan musik, membaca manga, menonton anime dan game ia lakukan di handphone-nya. Namun apa daya, rasa dalam dadanya berdesir gelisah. Terasa dingin, seperti dihembus angin musim salju.
"Apa ada yang menguntitmu?" Akhirnya Xilou ucapkan juga. Namun Xion Qi hanya melirik sekilas sambil menggeleng pelan. Rasanya ia begitu tidak tenang, selalu seperti ini jika malam di langit sedang purnama.
Bulan yang memucat di langit selalu membuat tubuhnya menggigil. Cahaya dari benda bulat itu terasa ada magis di dalamnya, yang mana dengan perlahan menyelubungi dirinya sendiri. Sampai Xion Qi sendiri takut pada dirinya yang begitu berbeda selayaknya manusia.
"Ada apa, Han?" Sang manajer menjulurkan kepalanya di antara mereka. Xilou yang merasa terganggu hanya berdecak lidah melihat kelakuan wanita satu ini.
"Bisakah kau tidak begitu," tegurnya dengan alis mengerut samar. Tak suka.
"Ck, diganggu sedikit saja langsung marah. Memangnya kalian sedang berkencan?" ejek Young Guer sambil mendengus. Bahkan pria di samping wanita itu tertawa kecil, melihat Xilou kembali mendelik bungkam dengan kemenangan yang dimiliki Yong Guer lagi.
Dua cosplayer ini memang berada dalam satu agensi. Yang mana dikepalai oleh mereka berdua. Sekarang pun mereka sedang dalam perjalanan menuju Shanghai. Akan ada pemotretan di sana karena sebuah lokasi yang cocok dengan tema kali ini. Yang berarti juga sedang menuju ke tempat tinggal Xilou Han sendiri.
Memang, maupun Xilou dan Xion Qi berbeda kota. Ternyata, perempuan yang kerap ber-cosplayer sebagai pria itu berasal dari Beijing. Kota yang baru saja mereka tinggalkan. Yah, kalian tidak salah dengar. Pria yang terlihat tampan di samping Xilou Han itu sebenarnya seorang gadis. Yang begitu tampan serta cantik dalam bersamaan.
"Mungkin hanya lelah saja." Perkataan itu dihiasi senyum kecil. "Aku akan tidur saja, Manajer." Xion Qi berusaha tidak membuat orang khawatir.
Young Guer mengangguk paham. "Baiklah, katakan jika kau merasa tidak enak badan." Xion Qi hanya mengangguk, kembali menyandarkan kepalanya di punggung kursi kereta. Mengabaikan tatapan cemas dari rekannya yang mulai ikut gelisah.
Xilou Han merasakannya, dia bisa tahu gadis ini sedang merahasiakan sesuatu. Ingin ia bertanya lebih jauh, namun melihat mata kelam yang memejam diurungkan lagi sang niat.
"Kau yakin mereka tidak dalam suatu hubungan?" bisikan yang masih bisa ditangkap itu membuat Xilou melirik tajam.
Manajer yang menangani Xilou hanya mengedikkan bahu melihatnya. Seakan yang diucapkan barusan hal biasa. Pria satu ini memang kerap berceloteh tidak jelas jika ia sedikit saja memperhatikan Xion Qi. Meski hanya menarikkan sebuah selimut ke tubuh sang gadis, seperti yang sekarang ia lakukan. Pria tersebut memang usil juga, mirip rekannya itu, Young Guer.
"Shut up. Kalau mau bergosip, kecilkan suara kalian." Kesal yang dijahili melotot sejenak. Ia mendengus kecil lalu kemudian kembali fokus pada rekannya.
Young Guer pun kembali geli, rasanya senang sekali menggurui pria di hadapan kursinya itu. Kerap kali Xilou harus mengumpat baru mereka berdua bisa diam. Kadang Xion hanya bisa pura-pura tidak peduli dengan kejahilan dua manusia dewasa tersebut. Karena jika ditanggapi akan semakin menjadi. Dan Xilou Han sudah sering termakan olehnya.
Dalam diam, jemari itu menyelinap di balik selimut biru tua yang dikenakan Xion Qi. Bahkan punggung tangan yang disentuh tersentak kecil merasakan kehangatan yang berasal dari Xilou Han.
"Kau membeku," bisik Xilou masih mempertahankan lirikannya. Entah kenapa telapak dan punggung tangan gadis ini terasa dingin dan basah. Apa jangan-jangan Xion sedang mengidap suatu penyakit? pikirnya cemas.
Terlalu sering ia mendapati tubuh Xion sedingin musim salju pertama, bahkan si perempuan pun mengakuinya sendiri. Tubuhnya akan mulai begitu jika bulan mulai separuh. Sampai pada titik bulan purnama, makan akan terasa semakin dingin, seperti sekarang.