Bukan sekali atau dua kali hal itu terdengar di telinganya. Kenapa Xilou sering sekali dipanggil beta oleh orang yang mengenalnya di sini. Mata kelam yang penasaran serta curiga itu hanya bisa menatap dua orang pria yang saling melirik tegang dengan menutup bibir mereka rapat-rapat.
Keadaan yang hening hanya semakin membuat Xion Qi melirik Xexey yang mengalihkan pandangan matanya ke arah lain. Pria yang masih terkejut karena Xion bukan seorang werewolf hanya bisa mengutuk dalam hati karena mulut cerobohnya. Dia mana menyangka jika seorang manusia biasa yang diajak Xilou Han ke sini.
Suara derik pintu yang terbuka mengalihkan perhatian sebelum Xion sempat mengutarakan suatu kalimat, dan hal itu memecah keheningan di antara mereka bertiga. Di sana Chang Du yang tidak tahu akan situasi hanya memberikan sebuah senyuman sambil membawa sebuah kotak panjang di tangannya.
"Xilou, ini milikmu." Pria yang memiliki perawakan tinggi itu meletakkan kotak tersebut di atas meja kasirnya. Chang Du yang melihat sang Beta diam saja baru bisa menyadari jika situasi agak tegang di antara mereka bertiga.
"Xexey, kau sudah kembali? Tumben cepat?" tanya Chang Du dengan alis mengerut bingung. Tidak seperti biasanya sang adik pulang begitu cepat jika sudah menyangkut musuh mereka yang mulai mengkoyak perbatasan werewolf punyai.
"Yah, mereka hanya datang sebentar, dan segera pergi lagi..." Mata Xexey memberikan isyarat pada Xilou yang menolakkan badan untuk melihat kotak yang berisi benda miliknya. Chang Du pun paham akan maksud lirikkan tersebut. Yang mana sang adik ingin memberitahukan keadaan kawanan werewolf di sini.
Xion Qi kembali hanya bisa menjadi pendengar setia di antara mereka. Xilou berbincang dengan Chan Du yang sesekali disahuti oleh Xexey juga. Dia merasa sedikit canggung karena asing dengan dunia Xilou ini. Apalagi dengan tatapan mereka yang seakan memperhatikan gerak-geriknya.
Meski mencoba tak acuh, Xion merasa tatapan mereka mewaspadainya. Ia pun tidak mau ambil pusing lagi dengan minat orang baru yang terus memperhatikannya itu. Membut Xion hanya bisa menatap tempat asing yang baru kali ini ia jumpai langsung, yang mana selama ini hanya bisa ia lihat di sebuah gambar. Sekarang Xion hanya ingin menikmati waktunya ketika berada di Shanghai tanpa ada sebuah beban.
"Xion Qi, bisa masukkan benda ini ke dalam tasmu?" pinta Xilou mengalihkan mata Xion yang semenjak tadi memperhatikan peralatan yang ada di sini.
Sebuah alat perang yang terlihat primitif ditempelkan ke sebuah tembok kayu. Menurut Xion, benda yang bernama tombak itu hanya dipakai pajangan saja di sini. Kalau tidak, siapa yang akan membeli benda kuno seperti itu di zaman sekarang. Akan digunakan untuk apa coba?
"Memangnya apa itu?" Xion Qi bertanya sambil matanya melihat kotak panjang yang belum ia ketahui isinya.
Chang Du yang melihat Beta-nya diam hanya bisa melirikkan mata, ia penasaran akan maksud keterdiaman pria itu. Sudah bisa dipastikan Xilou ragu untuk memberitahukan benda pusaka miliknya tehadap orang asing, yang bukan kawanan mereka. Namun, bagaimana Xilou akan menolak keingintahuan Xion yang memperhatikannya penuh minat.
"Kau ingin melihatnya?" Beta menawarkan untuk melihat benda yang tidak pernah disentuh orang lain selain dirinya selama ini. Benda itu begitu terjaga ketika sampai ke tangan sang beta.
"Jika kau mengizinkan." Kepala Xion Qi menganggu kecil ketika mengatakannya. Kembali mata sang gadis melihat sebuah kotak yang masih tertutup rapat itu.
Chan Du maupun Xexey hanya melirikkan mata saat Xilou meletakkan kotak itu kembali ke meja kasir. Ia mengambil sebuah kunci kecil untuk membuka gembok yang terlihat bergoyang pelan dan sedikit berkarat karena termakan oleh waktu.
Begitu kunci masuk dan membuka kancing sang gembok, Xion Qi pun menjadi tidak sabar ingin melihat hal apa itu.
"Xilou, kau yakin?" tanya Xexey seakan ingin menghentikan tindakkan pria tersebut.
Xilou yang mendengar hanya menulikan telinga sambil tangannya melepaskan gembok yang selama ini jadi pengekang. Lalu ia menaruhnya di samping kotak yang mulai terbuka penutupnya.
Sebuah benda yang terbungkus kain putih bisa mereka lihat di dalam sana. Jemari Xilou pun mengambil benda pusakanya cepat agar tidak disentuh oleh orang lain. Xion Qi yang tidak dapat menebak benda apa itu hanya bisa menatap dengan ekspresi yang bertanya.
Sejujurnya Chan Du ingin melihat lagi Xilou memainkan benda itu. Tapi sepertinya tidak mungkin hal demikian terwujud dalam waktu dekat. Chan Du pun bisa tahu kondisi sekarang, bahwa gadis yang dibawa Xilou hanya bisa menerka-nerka jika benda tersebut adalah hal yang penting bagi Han muda. Sepertinya Beta tidak pernah menceritakan benda itu pada orang luar selama ia pergi ke Beijing.
Jemari Xion mengambil tas gendongnya. Ia memutar tasnya ke depan agar benda tersebut langsung dimasukkan. "Masukkan saja langsung." Sereting tas dibuka oleh Xion Qi, Xilou yang melihat kelakuannya begitu menjadi bingung.
"Katanya ingin lihat?" Alis pria itu naik sebelah.
"Nanti saja," jawab Xion cepat dan tidak ingin berdebat.
Xion tidak tahu benda itu apa, namun terlihat sangat penting sampai Xexey tidak rela jika Xilou memperlihatkannya begitu saja. Apalagi Chang Du mulai tersenyum ambigu karena melihat mereka berdua. Apa yang dipikirkan pria itu batin Xion curiga.
"Tidak menggunakan kotak itu lagi?" Xion bertanya melihat jemari Xilou memasukkan benda miliknya tanpa menggunakan kota sebagai wadahnya lagi.
"Tidak perlu, lagian siapa juga yang bisa menggunakannya...selain aku"
Meski tidak mengerti akan maksud sang teman, Xion hanya menatap wajah Xilou yang begitu datar mengatakannya. Memangnya ini benda apa sih? Ia menjadi semakin penasaran.
Dalam interaksi itu Chan Du maupun Xexey memiliki pemikiran masing-masing tentang mereka berdua. Mata kelam Xion yang terus mengitari ruangan ini menandakan sang gadis masih begitu penasaran akan isi yang ada di dalam toko.
Sampai sebuah lukisan dengan simbol-simbol kuno menyita perhatian Xion Qi. Gadis ini tidak tahu itu tulisan bangsa mana yang dipakai.
"Hm, boleh saya melihat hal itu...?" Mata Xion menatap kepada Chan Du yang sedang membersihkan sebuah peralatan yang berbahan keramik, seperti satu set cangkir minuman. Benda itupun agak terlihat tua juga di matanya.
Chang Du menatap Xion Qi sejenak, lalu mengikuti arah pandang si gadis yang melihat lukisan serta dirinya secara bergantian. Untuk meminta persetujuan sang empunya.
"Kau suka? Tapi itu tidak dijual, lho?" Xilou berkata sambil melihat ke arah pandangan Xion Qi juga. Gadis ini pun agak heran mendengar hal itu.
"Beberapa benda yang memiliki tanda merah tidak aku perjual belikan. Dan aku sudah memberikan keterangan di pengumuman itu." Lengan Chan Du menumpu di atas meja kasirnya. Pria tersebut tersenyum sambil mengarahkan jempolnya ke sebuah tiang rumah. Tempat pengumuman digantungkan.
"Ahh, maaf saya baru menyadari hal itu." Sang gadis meringis, "tapi saya hanya berniat melihatnya saja."
"Kalau begitu silahkan saja. Dan, jangan terlalu formal saat berbicara padaku. Santai saja." Sang pemilik memberikan izinnya sambil menyuruh Xion agar tidak terlalu kaku dalam berbicara. Terlihat sangat sopan sekali.
"Ah, Terima kasih." Gadis itu tersenyum kecil pada Chang Du, lalu segera melangkah setelah Xilou memasukkan benda miliknya dan menutup sang tas dengan cepat.
Beta yang ditinggalkan hanya beranjak ke sisi Chang Du yang masih memperhatikan langkah gadis itu. Xexey yang melihat tatapan Xilou tiada lepas dari rekannya hanya membatin heran.
"Beta, kau terlihat khawatir sekali..."
Xilou mengalihkan mata sebentar merasakan Xexey menatapnya curiga. Pria ini hanya bisa berdecak lidah untuk menanggapi hal itu.
"Sudah kukatakan, jangan panggil aku beta. Terlebih di hadapannya."
Ada kekesalan di pancaran hazelnut yang tidak mau menerima posisinya itu. Terlebih lagi Xilou sangat hati-hati sekali akan identitasnya di hadapan Xion Qi. Rasa menyembunyikan sebuah rahasia sangat membuatnya pusing.
"Xilou, meski kau tidak setuju dengan hal itu. Tapi sebagian kelompok juga menginginkan kau mengambil posisi Alfha nantinya. Lagian tidak ada kandidat lainnya juga."
Bibir Xilou hanya terkatup rapat, perkataan Chan Du itu sudah jelas menunjukkan posisi yang akan ia emban nanti. Menjadi seorang pemimpin bukan hal yang mudah. Karena begitu banyak hal yang bisa terenggut dan dikorbankan. Rasanya ia tidak akan sanggup.
"Masih ada banyak orang yang lebih kuat dengan posisi itu. Dan aku ingin mengatakan sesuatu nanti padamu, saat dia tidak ada." Dagu Xilou sedikit terangkat menunjuk kepada Xion yang masih asyik meneliti lukisan. Mata gadis itu terlihat berbinar.
"Oke, kautahu aku bisa jaga rahasia." Chang Du menyeringai kecil saat hal menarik akan diceritakan sang Beta. Dia tahu akan menjadi menyenangkan karena Xilou yang mengatakannya.
"Kau tidak mau mengatakan padaku juga?" tanya Xexey melotot tidak terima.
"Kau bermulut perempuan," cibir Chang Du kepada adiknya sendiri. Xilou yang mendengar menyeringai lebar, membenarkan hal itu.
"Huh." Hanya itu tanggapan Xexey. Dia kesal dengan dua pria yang sedang Memperoloknya.
Kematian kedua orangtuanya dulu bisa jadi awal dari perubahan dalam diri Xilou Han. Orang di sekitarnya boleh saja menyembunyikan hal yang sebenarnya darinya. Namun lambat laun Xilou sadar sendiri hal itu karena apa.
"Aku pergi dulu..." pamit Xilou memperhatikan jam tangannya.
"Mau ke mana?" Xexey bertanya sedikit tidak rela Xilou pergi secepat ini.
"Seperti para pegawaimu akan pulang." Hidung tajam yang sudah ia dapatkan semenjak lahir membuat Xilou bisa mencium bau kawanan werewolf yang mulai mendekat.