EDELWEISS

KucikiNarukichan
Chapter #2

1. Perserikatan dagang

 

Kaisar Atonius, memimpin kekaisaran Arnamond dua puluh lima tahun lamannya. Sekarang, pria yang berumur empat puluh satu itu sedang membaca sebuah dokumen pemerintahan. Matanya yang berwarna biru memerhatikan selembaran surat yang baru saja dibawakan oleh bawahannya.

 

"Hmm, panggilkan Pangeran Arnius ke sini," katanya kepada seorang pengawal yang sigap menerima perintahnya.

"Perdana Menteri, saya akan menugaskan Pangeran Arnius untuk datang ke kerajaan Jempati, bagaimana menurut Anda?"

Perdana Menteri itu diam sejenak, ia pun cukup paham kenapa kaisar nya ini mengirim anaknya itu untuk datang memenuhi undangan.

"Menurut saya itu bagus, tapi apa tidak mengapa? Biar bagaimanapun Pangeran adalah salah satu calon putra mahkota? Sebaiknya Kaisar bicarakan hal ini pada Yang Mulia Ratu juga."

Luxio Hamburg selaku perdana menteri menyarankan kepada sahabat kecilnya ini agar memberitahukan kepada istrinya juga. Ibu dari Arnius itu bukan main galaknya jika nyawa sang anak bisa dalam bahaya.

"Hm, itu akan sulit. Tapi yang paham dengan bahasa dan tradisi kerajaan Jempati adalah Anak itu. Kalau saja dia lebih cakap, mungkin dia akan cepat terkenal dikalangan masyarakat."

Mereka berdua tahu Arnius orang yang agak sulit, perangainya tidak banyak bicara. Namun pria itu tahu menempatkan diri jika sudah bertugas.

"Saya yakin Pangeran tidak akan menolaknya, apalagi dia suka bertualang." Luxio mengutarakan pendapatnya. Ayah anak ini pun tersenyum miring mengingat kelakuan sang anak.

"Dia mirip aku." Dengan bangganya Atonius mengakuinya. Pria ini jadi merindukan masa bebasnya dulu.

•••

Keindahan tidak hanya dimiliki sekuntum bunga. Namun para gadis di kerajaan Jempati juga terkenal akan kecantikannya.

Para pria istana sudah dipastikan menantikan hari ini. Hari di mana para kerajaan lain berdatangan untuk sebuah bisnis antar negara mereka. Dan sekarang, kerajaan Jempati lah yang menjadi tuan rumahnya.

Tradisi ini sudah terjadi selama mereka mengikat hubungan sesama kerajaan tetangga. Dan kerajaan Jempati bisa dibilang anggota baru yang bergabung.

Dalam proses mengembangkan kerajaannya, sudah dipastikan itu bukan hal mudah. Begitu banyak usaha dan gejolak dalam kerajaan yang harus ditangani. Karena orang Jempati sulit menerima orang asing. Mengingat kerajaan ini sering dijajah oleh kerajaan lain.

Raja yang sekarang adalah Kian Anggara, dia adalah mantan panglima perang yang menjadi raja. Sekarang kerajaan Jempati sedikit berubah, hal itu dimulai ketika Kian Anggara membawa seorang gadis bernama Sri Andini ke dalam kerajaannya.

Yang mereka dengar, gadis itu yatim piatu. Dia diangkat anak oleh bangsawan Kian yang sekarang juga sudah meninggal dikarenakan sakit.

Semakin lama, kepintaran Sri Andini menarik perhatian Anggara. Gadis itu bisa membaca situasi peperangan, bahkan kecerdikannya bisa mengatur keuangan kerajaan. Dan lagi, yang berani mengajukan pendapat untuk mengikuti perserikatan dagang besar adalah gadis tersebut.

Yang Anggara tahu, pamannya yang mengangkat anak ini hanya berpesan agar ia tidak meremehkan anak angkatnya itu. Memang agak ambigu kalimatnya kalau itu, dan sekarang Anggara harus memerhatikan ucapan tersebut.

"Yang Mulia Raja, utusan dari kerajaan Arnamond akan datang nanti sore. Dan untuk kerajaan lain yang sudah datang bisa kita arahkan melihat pasar kita sendiri."

Ucapan Sri Andini menarik perhatian para pria yang sedang berdiskusi di aula kerajaan. Mereka sekarang sedang berkumpul untuk membahas agar nanti malam acara bisa dilaksanakan semaksimal mungkin.

"Sudahkah ada orang yang menjemput utusan itu di pelabuhan?" tanya raja Anggara dengan wajah yang serius.

"Sudah, Yang Mulia, saya memerintahkan panglima Adinata untuk mengawalnya ke istana kita."

Mata kelam melirik sebentar para bangsawan yang memerhatikan perkataannya. Sebagai pejabat wanita pertama di kerajaannya, Sri Andini sering diremehkan dan digunjing di belakang.

Saat gadis seusianya harus bersolek, gadis itu malah menerima pelatihan pedang dari ayah angkatnya. Pria tua itu sangat disiplin mengajarinya, dia bahkan pernah muntah sangking kerasnya pelatihan tersebut.

Sekarang usiannya sembilan belas tahun, harusnya ia sudah menikah jika melihat tradisi di kerajaan Jempati yang memang menikah rata-rata diusia enam belas tahun.

"Baik, untuk menyambut para tamu akan saya serahkan kepada Perdana Menteri sendiri. Mengingat Anda yang paling paham bahasa asing dari berbagai kerajaan."

"Baik Yang Mulia Raja," jawab Sri Andini sambil menegakkan tubuhnya. Wajahnya yang semakin memancarkan kecantikan itu membuat para bangsawan ingin memilikinya.

Jangan kira selama masa itu tidak ada orang yang datang melamarnya. Raja Anggara yang kerabat dekat ayah angkat gadis itu sudah sering membuat orang takut untuk menyampaikan niatnya. Sering mereka menerima tatapan dingin dari Anggara yang terlihat tidak setuju setiap ada orang yang menginginkan gadis itu.

Sampai beredar kabar burung jika Sri Andini adalah kekasih raja mereka sendiri. Sangking begitu awasnya Anggara menyeleksi calon suami untuk sang gadis.

Meski demikian, ada perasaan segan dalam diri kaum pria yang ingin meminang Sri Andini, gadis itu berhati dingin. Bahkan dia pernah memotong tangan seorang pria yang pernah meraba bagian tubuhnya. Ia pun hanya tersenyum pelan sambil membuang pedang setelah mendengar jeritan dari pria cabul tersebut kala itu.

Para bangsawan mulai pergi satu per satu ketika tidak ada lagi yang akan Anggara bicarakan. Sang raja memerintahkan untuk ke luar lebih dulu karena akan ada hal yang akan di bahasanya dengan si Perdana Menteri.

Raja Anggara kembali melirik Sri Andini yang masih betah memeriksa surat laporan meski perjumpaan ini sudah usai. "Anda terlalu keras pada diri sendiri..." katanya meminta perhatian pada gadis yang sibuk dengan pekerjaannya itu.

"Maaf tidak memerhatikan Yang Mulia..." Bibir tersenyum kecil, jemari Sri Andini menaruh gulungan kertas yang tadi dibacanya.

"Ada lamaran yang datang lagi untuk Anda..."

Mata Andini hanya melirik sesaat, gadis ini menghela napas sebentar saat merasa ini tidak akan ada habisnya. "Bagaimana bisa saya menikah, saat Yang Mulia belum menemukan seorang calon ratu?"

Anggara menatap Sri Andini yang meliriknya sekilas. Raja ini pun perlahan tersenyum kecil melihat kekakuan gadis ini dalam mentaati peraturan kerajaan Jempati yang kuno itu.

"Andini, tidakkah berniat menjadi ratu kerajaan Jempati?"

Gadis itu sudah pernah mendengar kalimat Anggara yang seperti itu padanya. Namun gadis tersebut hanya menaikkan sebelah alisnya dan mengangkat ujung bibirnya.

"Yang Mulia, posisi ini saja sudah hampir merenggut nyawa saya, lalu bagaimana dengan posisi ratu itu...?"

Anggara selalu kagum dengan jawaban gadis satu ini. Sri Andini selalu bisa menolak perkataannya jika menyangkut hal itu. "Aku tahu kau bisa mendapatkan posisi itu jika kau mau. Tapi sepertinya kau tidak tertarik padaku."

Mendadak raut wajah Sri Andini sedikit memerah. Anggara ini memang tipe orang yang mengutarakan keinginannya agar tersampaikan dengan jelas.

"Yang Mulia, perkataan Anda bisa membuat orang salah paham," bisik Sri Andini melirik sekitarnya yang sepi. Anggara yang melihatnya begitu hanya bisa tertawa pelan.

"Aku suka melihat mereka salah paham, hahaha."

Andini hanya memejamkan matanya sesaat. Kadang jalan pikiran Anggara sulit ia tebak karena kejahilannya itu.

"Yang Mulia, dari enam kerajaan yang datang. Tentu akan ada keluarga bangsawan kerajaan yang turut serta. Saya akan mencarikan yang sesuai untuk Yang Mulia."

Anggara terdiam, dia menatap Sri Andini yang terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya, "Kenapa harus jauh-jauh? Jika yang memenuhi syarat ada di sini?" Bibir Anggara menyeringai jahil, Andini pun hanya bisa menahan senyumnya.

"Yang Mulia terlalu memuji. Katakan, perempuan seperti apa yang menarik minat Anda?"

"Tentu saja yang seperti Anda, hahaha." Tanpa berpikir panjang Anggara menjawabnya. Dia tidak peduli jika Andini merasa risih atau malu dengan penuturannya itu. Baginya, sebuah hal yang menarik melihat ada sebuah ekspresi di wajah kaku anak angkat pamannya ini.

Lihat selengkapnya