Edge of the Jungle

JAI
Chapter #19

19

Baiklah ... ia menguji hipotesis manusia mengenai Tuhan. Apakah Ia benar-benar ada? Sesaat aku seperti manusia tidak beriman, meskipun cukup aku akui jika aku tidak begitu religius sebagaimana yang diajarkan oleh keluargaku semasa kecil. Berkutat mengenai arti dari sebuah kalimat yang diucapkan oleh Rhea, mencuat pertanyaan yang ingin aku sampaikan padanya.

Selapis awan di malam hari berbicara pada kami bertiga. Mungkin di sana bertanya, kenapa kami di dalam kegelapan berbaring saling membelakangi kepala. Bukit ini menjadi saksi, kami membentuk pola bintang sembari menatap bintang yang sebenarnya. Meskipun Merry mengeluh mengenai asap rokok yang aku keluarkan, Rhea malah ikutan mencoba hal yang sama. Kami hangat malam ini, kelam telah menyembunyikan senyum yang kami lebarkan. Kami berbicara mengenai mimpi dan harapan.

"Jadi apakah jika kalian dewasa nanti?" tanya Rhea memecah keheningan.

"Apa kau kira kita tidak cukup dewasa saat ini?" balas Merry.

"Kalian berdua tidak akan hidup tanpa kedua orangtua saat ini. Aku sudah melewatinya lebih dahulu."

Rhea menoleh padaku. Cahaya bulan memberikanku kesempatan untuk melihat daun kering yang menempel pada hidungnya.

"Aku? Hmm ...." Aku memejamkan mata sejenak. "Aku ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil, mungkin. Kedua orangtuaku berharap sekali."

Tawa Merry terdengar kecil.

"Apa kau tidak punya mimpi yang lebih besar dari itu? Klasik sekali, kurasa. Mau menjadi menantu idaman?" sindir Merry.

"Tidak apa-apa, mimpi tetaplah mimpi meskipun sekecil apapun itu." Rhea membelaku. "Kalau kau, Merry?"

"Aku hobi dengan fashion dan makanan. Suatu saat nanti aku ingin jadi designer dan pengusaha restoran. Sekarang aku juga sedang kursus design dan menjahit."

"Mimpimu masih bisa terwujud karena orangtuamu kaya," sanggahku.

Merry membalikkan tubuhnya padaku.

"Manfaatkan orangtuamu selagi kaya. Privillege itu sangat membantu, Kawan," balasnya.

"Bagaimana dengan kau, Rhea?" tanya Merry.

Pertanyaanku dijawab dengan gerak tubuhnya yang berdiri. Ia menatap camp pengembang yang bercahaya. Mereka masih melakukan aktivitasnya untuk menebang sebagian pepohonan di bagian sana. Aku melihat Rhea menunjuk, sementara itu satu tangannya memegangi pinggang.

Lihat selengkapnya