Edge of the Jungle

JAI
Chapter #24

24

Benar ... itu merupakan ide gila menelusuri orang misterius yang ketika malam berenang di danau sendirian. Kami mendapati jejaknya berupa tapak sepatu boots besar. Pria itu memasuki hutan dengan jalan yang berbeda dari yang biasa Rhea lalui. Penelusuran kami berakhir ketika cahaya senter memperlihatkan akhir dari jejak sepatu tersebut, yaitu semak belukar tanpa sedikit pun bekas yang tertinggalkan. Padahal, kami memprediksi kuat jika orang itu memasuki semak untuk menghilang.

Aku tidak ingin ada hal merugikan yang terjadi. Rhea kubawa secepat mungkin keluar dari hutan. Jika tidak, ia mampu semalaman dan tidur di dahan pohon untuk menelusuri siapa yang sedang mengusik rasa penasarannya. Aku sadar jika sekarang ini aku sedang bersama dengan pawang murni hutan ini, jadi aku tidak ingin ia bertindak terlalu jauh.

Keesokan harinya kami menyibukkan diri dengan kepindahan Nusa ke rumah Rhea. Kini, ia resmi menjadi penghuni tetap rumah kayu dua tingkat ini. Meskipun ia laki-laki, aku dan Merry merasa percaya dengan pria itu. Lagi pula, siapa juga yang peduli dengan mereka berdua karena tinggal berdua. Pesta kecil-kecilan kami lakukan. Evan turut diundang untuk meramaikan sekaligus berkenalan dengan partner kerja barunya. Anak pemiliki kios pengrajin rotan itu setuju jika Nusa akan dipekerjakan di toko milik ayahnya.

Seminggu sudah Nusa beradaptasi dengan lingkungan barunya yang lebih tertutup. Sepanjang hidupnya ia dapat mampu melihat hamparan luas dunia dari atas bukit, kini ia dibatasi oleh besarnya pepohonan hutan. Ia senang dengan pengalaman baru dalam mendapatkan makanan selain bertani, yaitu melalui hasil laut. Rhea mengajarkannya banyak hal, seperti menjaring, memancing, memasang perangkap kepiting dan ikan di tepian.

"Tolong kau pergi ke pulau seberang ... di sana ada seorang teman. Sebut saja namaku, ia akan memberikanmu sesuatu nanti."

"Oke bos!" ucap tegas Nusa sembari bergegas membawa tasnya.

Aku baru saja tiba untuk memberikannya berita bahagia. Penelitian akhirku hampir mendekati final. Aku sudah mendapatkan tanda tangan persetujuan dari dosen pembimbing. Selanjutnya, aku hanya tinggal mempersiapkan berkas-berkas untuk pendaftaran sidang.

"Aku tidak pernah tahu kalau kau punya teman di pulau seberang," ucapku sembari meletakkan tas di atas meja potongan batang pohon.

Sekitar lima belas menit perjalanan singkat dari tepian, terdapat sebuah pulau wisata yang biasanya dikunjungi oleh wisatawan ketika liburan. Biasanya, para mahasiswa juga berburu pulau wisata ketika liburan semester, terutama pulau yang dimaksud oleh Rhea. Hanya saja, aku belum pernah mengunjunginya sama sekali.

"Tidak ada gunanya juga aku sebutkan. Orang itu penjaga pulau wisata itu. Ada banyak barang yang aku tinggalkan di sana, tapi belum sempat diambil." Ia memandangiku sedikit lebih lama. "Ada apa dengan wajah berseri-seri itu?"

Tanganku menggapai tugas akhir yang sudah dijilid warna ungu.

"Lihatlah ... aku siap untuk sidang akhir. Berkas-berkasku sedang disiapkan oleh Abdias. Dia berbaik hati membantuku untuk cepat tamat."

"Pantas saja kau datang dengan hidung mengembang. Ternyata, baru dapat tanda tangan dosen. Jadi ... apa yang harus kita lakukan untuk merayakannya?"

Lihat selengkapnya