Edge of the Jungle

JAI
Chapter #37

37

"Jika hutan ini berhasil direbut oleh kapitalis itu, bantu aku mengambil sesuatu di dalam danau. Buka apa-apa, barang di sana bisa jadi penyambung hidupku esok hari. Beberapa peninggalan istriku juga berada di sana. Jika aku simpan di sini, aku takut barang itu dicuri.

"Sepenggal kalimat itu aku iyakan sebagai janji jika hutan ini direbut oleh mereka. Tanpa bertanya lebih lanjut, aku berimajinasi mengenai apa yang ia simpan di tengah danau yang katanya terdapat buaya hidup. Aku rasa Rhea salah mengenai buaya danau yang ia peringatkan padaku itu. Buktinya, Bapak Viktor tidak mengkhawatirkan eksistensi predator di dalam sana.

Konsultasi mengenai persiapan sidang akhir skripsi sudah usai. Aku tinggal menunggu jadwal sidang yang sedang dirancang oleh pihak fakultas. Sebagai salah satu mahasiswa tingkat akhir, tentu saja aku berharap jika jadwal bisa hadir lebih cepat dari dugaanku. Harapan orangtua dan teman-temanku hampir rampung untuk aku gapai.

Hela napas panjang aku laksanakan pada duduk tenang di lorong fakultas. Satu per satu adik tingkat menyapaku, padahal aku tidak mengenal sama sekali mereka. Satu khas para mahasiswa tingkat akhir yang selalu dianggap sepuh dari wajah lusuh ditampar oleh realita tamat lama. Suara lantang seorang perempuan menarik perhatianku. Rhea berlari seakan ia memiliki sepatu ski di atas lantai mulus lorong fakultas.

"Hey, mahasiswa abadi. Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Rhea.

"Menurutmu aku mengajar di sini? Pertanyaan seperti apa itu. Tentu saja aku sedang menyelesaikan skripsiku."

"Ayo ikut aku, kita ada pertemuan penting sekarang. Mereka sudah berkumpul di sana semua. Nusa lagi kebingungan di tengah mahasiswa. Dia bertanya kenapa semua berdebat."

"Kau membuat pergerakan?"

"Pergerakan bukan dari individu, pergerakan itu berasal dari komunitas. Ini panggilan hati. Ayo cepat, kita sedang ditunggu!"

Mobil pick up Ford berasap putih itu melaju menuju gedung penyimpanan perlengkapan pertanian. Gedung itu semacam rumah kecil yang berada di tengah kebun manggis kawasan fakultas pertanian. Terparkir kendaraan roda dua mahasiswa di depannya. Beberapa mahasiswa yang menunggu tampak merokok dan masuk ketika melihat aku dan Rhea. Pengap terasa gedung ini karena mahasiswa yang berkumpul. Seakan tidak ada aturan. udara dipenuhi oleh asap rokok. Mahasiswa bertampang seram dengan rambut gondrong hampir memenuhi ruangan ini. Entah dari mana mereka berasal.

"Perkenalkan ini Barto, Ketua BEM bayangan yang dikudeta oleh universitas," ucap Merry.

Lihat selengkapnya