Sudah lima bulan Chandra tinggal di sebelah rumah Jane. Keluarga Chandra sudah menganggap Jane seperti putrinya sendiri karena mereka yang memang menginginkan hadirnya seorang putri dalam keluarga mereka, begitupun keluarga Jane yang sudah menganggap Chandra sebagai anak mereka sendiri, mama dan papa Jane juga sudah mempercayakan Chandra untuk menjaga Jane.
"Kamu mau masuk SMA mana Jane?" Tanya Chandra yang sedang menemani Jane belajar di ruang tengah rumahnya, sekarang Jane tengah belajar untuk Ujian Nasional yang sudah dimulai sejak kemarin.
"SMA Erlangga, aku mau satu sekolah sama kakak."
Chandra tersenyum mendengar jawaban Jane, ia mengusap rambut Jane lembut. "Bagus, belajar yang rajin ya. Kakak yakin, kamu pasti bisa."
"Siap!" Jane membuat gestur seperti hormat, Chandra terkekeh melihatnya.
"Kalo temen-temen kamu, mau masuk kemana?"
Chandra memang sudah mengenal Alya, Kevin, Tio, dan Randy. Lebih tepatnya Chandra yang memaksa Jane untuk mengenalkan mereka, karena Chandra ingin tau siapa saja teman-teman Jane, dan apakah teman-teman Jane adalah anak baik-baik atau bukan.
Chandra lega karena teman-teman Jane adalah anak baik-baik, mereka juga pandai bermain alat musik, kadang-kadang Chandra ikut menemani Jane yang bermain alat musik bersama teman-temannya dirumah Tio.
"Mereka juga pengen masuk SMA Erlangga juga, soalnya kita emang udah janjian buat satu sekolah bareng lagi, bahkan kalo bisa satu kelas. Yang udah pasti bisa masuk ke SMA Erlangga itu Alya, dia bisa masuk lewat jalur prestasi secara piagam dia di kejuaraan Taekwondo sama lomba musik banyak banget."
"Jangan pesimis gitu ah, gak baik. Berusaha sekuat tenaga, karna hasil gak akan mengkhianati usaha kita. Okey?"
"Iya kak."
Chandra memikirkan cara agar membangkitkan semangat Jane dalam belajar. "Hmm.. gimana kalo abis UN kita jalan-jalan, sekalian refreshing otak. Mau?"
"Mau, pokoknya harus jadi ya! Awas kalo PHP!"
Chandra terkekeh. "Iya."
~•~•~•~
"Yes! Akhirnya kita jadi anak SMA yuhuu.." Sorak Kevin dengan suara nyaringnya, langsung saja Randy yang ada disebelahnya membungkam mulut Kevin. "Jangan malu-maluin deh!" Guman Randy.
"Kita rayain dimana nih kelulusan kita?" Tanya Kevin setelah berhasil melepaskan tangan Randy dari mulutnya.
"Baru selesai ujian, udah yakin lulus lo?"
Alya memukul lengan Tio. "Gak boleh ngomong jorok! Ntar gak lulus bener tau rasa."
Tio meringis sembari mengusap lengannya. "Iya-iya, sorry. Yaudah dirumah gue aja, sekalian nginep gitu kek. Bosen gue dirumah sendiri, gak ada temen ngobrol."
"Papa mama lo masih di Australia?" Tanya Kevin.
Tio mengangguk. "Betah kali mereka disana." ujarnya santai.
Kevin, Randy, Alya, dan Jane saling lirik satu sama lain. "Oke, gue sama Kevin nginep dirumah lo. Berarti hari ini kita makan-makan dirumah Tio, deal nih ya?"
"Oke" saut Kevin dan Alya, menyadari bahwa Jane tidak merespon, Alya menyenggol lengan Jane. "Lo ikut kan?"
"Eh.. sorry ya, gue udah ada janji."
"Janji sama siapa?" Tanya Alya penasaran.
"Sama kak Chandra, dia ngajakin jalan." Balas Jane dengan senyuman lebarnya, ia tak sabar untuk bersiap-siap secantik mungkin untuk bertemu dengan Chandra.
"Yaudah kalo gitu, have fun ya."
"Thank's Al, yo pulang yuk.. pengen dandan nih gue, biar makin cantik." Jane menarik-narik tangan Tio agar cepat-cepat menghubungi pak Heru untuk menjemput mereka.
"Iya.." Tio mengambil ponsel dari saku celananya dengan menggunakan tangan kirinya karena tangan kanannya masih ditarik-tarik sama Jane.
Sementara di SMA Erlangga, Chandra sebagai ketua osis di SMA Erlangga baru saja mengakhiri rapat osisnya. Saat ia meninggalkan ruangan osis dan bersiap untuk pulang, tiba-tiba seorang perempuan yang dikenal Chandra sebagai sahabat dari pacarnya, yakni Anggi Dwiana datang menghampirinya dengan tergesa-gesa.
"Kenapa nggi?" Tanya Chandra saat Anggi berhenti didepannya dengan nafasnya tersenggal-senggal, terlihat sekali kalau Anggi berlari untuk menemuinya.
"Raya pingsan!" Ujar Anggi saat berhasil mengatur nafasnya, seketika kedua mata Chandra membulat, "Kok bisa?!"
"Sebenernya dia udah ngeluh pusing dari tadi pagi, cuman karna ada pelatihan di club Tari, katanya dia paksain masuk sekolah hari ini. Dia ngelarang gue buat ngasih tau lo pas dia dibawa ke UKS katanya lo lagi rapat osis, tapi barusan dia dibawa ke rumah sakit terdekat sama bu Zahra, jadi gue pikir lo mesti tau."
Chandra menghela nafasnya. "Thank's nggi infonya, gue ke rumah sakit. Lo mau ikut?"
Anggi menggeleng. "Gue mesti dateng ke pelatihan Tari."
"Oke kalo gitu, duluan ya." Chandra menepuk pundak Anggi, lalu bergegas ke parkiran motor untuk pergi ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya di depan ruangan kamar Raya, Chandra bertemu dengan bu Zahra selaku dokter di UKS SMA Erlangga yang baru saja keluar dari kamar Raya. "Bu, Raya kenapa Bu? Kok sampe dibawa ke rumah sakit?"
"Raya kena tifus. Saya udah telfon keluarganya, sebentar lagi datang. Kamu bisa tolong jaga Raya? Soalnya saya harus balik ke sekolah, ada yang sakit lagi."
"Iya bu, makasih."
Chandra segera masuk ke kamar perawatan Raya, Chandra melihat perempuan itu tengah tertidur dengan tangan kanan yang terpasang infus, Raya Anandita Putri, perempuan keturunan Jawa asli yang sangat mencintai tarian tradisional Indonesia, wajah tenang, senyum manis, dan tutur kata lembut adalah ciri khasnya.
Chandra mengusap rambut Raya lembut, ia langsung menarik tangannya saat melihat kedua mata Raya terbuka dan menatapnya. "Maaf aku buat kamu bangun ya?"
Raya tersenyum. "Kamu udah selesai rapatnya?"
Chandra mengangguk lalu meraih tangan kiri Raya dan menggenggamnya. "Kalo udah ngerasa gak enak badan, gak usah masuk sekolah Ray. Aku khawatir tau."
"Iya, maaf ya."
"Kamu udah makan? Jawab jujur ya, aku gak suka kamu bohong."