Entah kenapa Tio merasa terganggu dengan pengakuan Jane. Berulang kali Tio berusaha memejamkan matanya namun tidak berhasil, dia juga sudah merubah posisi tidurnya berkali-kali hingga Kevin dan Randy yang sedang menginap dirumahnya sampai terbangun karena mereka bertiga tidur di kasur yang sama.
"Lo kenapa sih yo?" Tanya Kevin sembari bangun dari tidurnya menjadi duduk dan mengusap matanya yang masih terasa berat, begitu juga Randy.
Tio menghela nafasnya, lalu ikut bangun dari tidurannya. Ia berdiri dan duduk di sofa yang ada di kamarnya sembari mengusap keningnya yang terasa berdenyut.
Kevin juga ikut bangun, tapi ia menuju kulkas mini yang ada di sudut kamar Tio untuk mengambil minuman. Ia mengambil 3 botol cocacola, lalu melemparkan satu botolnya ke arah Randy yang langsung ditangkap oleh Randy, sementara yang satunya lagi ia berikan ke Tio. "Lo kenapa?" Tanya Kevin sekali lagi.
"Vin... pas lo sadar tentang perasaan lo ke Alya, apa yang lo lakuin? Atau perasaan suka lo itu udah ilang." Tanya Tio sembari memainkan botol kaleng cocacola yang ada di tangannnya.
"Maksudnya?"
"Tahun lalu lo bilang ke gue sama Randy kalo lo suka sama Alya, sekarang perasaan lo gimana?"
"Kenapa tiba-tiba nanyain perasaan gue?"
Tio mengacak-acak rambutnya frustasi. "Perasaan itu ilang kan vin? Cuman sementara kan? Gak mungkin kan kita suka sama orang yang hampir 24 jam kita lihat?"
"Lo suka juga sama Alya?" Tanya Randy penasaran.
Tio menggeleng.
Sontak kedua mata Randy dan Kevin membelak. "Jane?" Tanya mereka berdua serempak.
Tio kembali mengacak-acak rambutnya. "Gue juga gak tau! Gue kenapa sih ini?!"
"Coba lo jelasin pelan-pelan, apa yang lo rasain sekarang." Ujar Kevin yang disauti anggukan setuju dari Randy.
"Gue.. gue kepikiran omongan Jane."
"Omongan apa?"
"Dia jatuh cinta sama bang Chandra."
"Apa yang lo rasa?"
Tio berdecak kesal. "Gak tau! Pokoknya gue gak suka dengernya!"
Kevin dan Randy mengangguk paham. "Kita gak bisa nyimpulin kalo yang lo rasain ini perasaan suka atau yang lainnya, yang bisa nyimpulin itu lo sendiri yo." Ujar Kevin sembari menepuk pundak Tio.
Randy melihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 1 pagi. "Kalian mau tidur atau main game?" Tanya Randy yang membuat Kevin tersenyum.
Kevin merangkul Tio. "Karena kita sahabat yang baik, kita harusnya nemenin sahabat kita yang lagi galau ini dong. Main ps kayaknya seru nih." Usul Kevin yang disauti anggukan setuju dari Tio.
Langsung saja Kevin dan Randy menyiapkan segala perlengkapan ps di kamar Tio, memang di kamar Tio terdapat TV sehingga mereka bisa memainkan ps tanpa harus ke ruang tengah.
Tio mengambil kuaci favorit mereka yang sudah ia siapkan di kulkas. Setelah itu ia bergabung dengan Randy dan Kevin, menghabiskan malam dengan bermain ps padahal besok pagi mereka masih harus sekolah.
~•~•~•~
Jane dan Alya menyerit bingung saat melihat Tio, Kevin, dan Randy menelungkupkan kepala mereka diatas meja. Kedua mata mereka beradu dengan Bagus, seolah bertanya apa yang terjadi dengan ketiga sahabatnya itu? Dan Bagus menjawabnya dengan mengangkat bahunya, pertanda bahwa ia tidak tau, setelah itu ia pergi keluar kelas.
Sejak jam pelajaran pertama tadi memang mereka berdua kerap kali mendengar suara menguap dari bangku belakang, dan benar saja ketika sang guru meninggalkan kelas mereka berdua melihat ketiga sahabatnya yang sudah tertidur.
"Kayaknya semalem mereka begadang deh Jane." ujar Alya.
Jane mengangguk setuju. "Trus kita berdua aja nih yang kekantin?"
"Ya, kita beliin roti aja buat mereka."
Akhirnya Jane dan Alya pergi ke kantin berdua, meninggalkan ketiga sahabatnya yang sudah berkelana menjelajahi dunia mimpi mereka.
Saat akan memasuki kantin, mereka berdua berpapasan dengan Chandra, Andreas, dan Surya.
"Baru mau ke kantin?" Tanya Chandra.
"Iya kak."
"Yaudah makan yang banyak ya. Kakak mau rapat osis dulu." Ujar Chandra sembari mengusap rambut Jane lembut, setelah itu ia merangkul kedua sahabatnya untuk pergi ke ruang osis tanpa membiarkan mereka berdua berbicara dengan Jane.
Alya melirik Jane yang sudah memerah wajahnya lalu berjalan mendahului Jane. "Gak heran sih lo bisa baper sama bang Chandra."
Langsung saja Jane berlari kecil menghampiri Alya yang sudah berjalan terlebih dahulu, lalu merangkul lengan Alya. "Bener kan? Kelakuan kak Chan itu gak kayak perlakuan lo ke adek lo kan? Kayak lebih dari seorang adek dan kakak."
Alya mengangguk. "Terutama buat pecinta romance picisan kayak lo."
Jane dan Alya duduk disalah satu tempat yang tersisa disana karena keadaan kantin yang ramai.
"Tapi Jane, lo yakin bang Chandra gak punya pacar?" Tanya Alya.
Jane mengangguk yakin. "Kalo kak Chan punya pacar pasti pacarnya cemburu lah ngeliat gue yang deket banget sama kak Chan, iya kan?"
"Iya juga sih... Yaudahlah, gue pesen makan dulu. Lo mau apa? Gue pesenin."
"Bakso sama es teh manis."
Alya mengangguk, lalu pergi untuk memesan pesanan mereka. Jane menunggu di tempat sembari memainkan ponselnya, membuka berbagai sosial medianya yang sudah dipenuhi oleh notifikasi.
"Hai.."
Jane mendongak, ia melihat Aldi yang berdiri didepannya dengan membawa nampan yang berisi makanan dan minuman. "Iya kak?"
"Boleh kakak join disini? Meja yang lain udah penuh."
Jane melihat kesekeliling kantin yang memang meja nya sudah penuh, karena ia dan Alya hanya berdua jadinya meja masih cukup untuk Aldi duduk. "Boleh kak, kebetulan gue cuman berdua kok sama temen gue."
Aldi meletakkan nampan itu diatas meja, ia duduk berhadapan dengan Jane. "Loh kok tumben? Biasanya kalian berlima kemana-mana."
"Tio, Kevin, sama Randy tidur dikelas. Kayaknya semalem mereka bertiga abis begadang."
"Sedeket itu ya kalian berlima?"
Jane mengangguk. "Kita udah temenan dari SMP kelas 1, trus kebetulan rumah kita juga deketan."