Eerste Liefde

Athena Venus
Chapter #8

CHAPTER 8 | HANYA SEBATAS SAHABAT

Yang dinanti pun tiba. Hari ini adalah hari dimana club pecinta alam akan berkemah di gunung Prau, Jawa Tengah. Andreas selaku ketua ekskul mulai mengambil speaker yang dibawa oleh Chandra dari ruang osis.

"Sekarang udah jam 8, udah waktunya kita buat berangkat. Kalian semua berbaris di samping bis, dan masuk satu persatu sambil absen ke Chandra! Masuk lewat pintu depan! Jangan ada yang masuk lewat belakang, Aldi tolong tutup pintu belakang bis!" Ujar Andreas dengan menggunakan speakernya.

Aldi segera menjalankan perintah dari Andreas, ia bergegas menutup pintu belakang bis. Setelah itu ia ikut membantu senior yang lain untuk mengatur barisan anggota club yang ingin masuk kedalam bis.

Jane tidak mengalihkan pandangannya dari Chandra yang terlihat mempesona hari ini, tapi sebenarnya setiap saat Jane pasti berpikir bahwa Chandra selalu mempesona. Barisan yang semakin lama-semakin membuatnya mendekat kearah Chandra.

Deg... Deg... Deg...

Jantung Jane berdegup kencang seiring dengan semakin dekatnya mereka. Hingga akhirnya ia benar-benar berada di hadapan Chandra.

"Udah bawa semua perlengkapannya kan?" Tanya Chandra saat Jane sudah ada di hadapannya.

Jane mengangguk dan memberikan senyuman manisnya. Chandra yang gemas, sontak mengacak-acak rambut Jane. Hal itu semakin membuat jantung Jane berdegup kencang, bahkan wajahnya sudah memerah. Ia segera masuk kedalam bis agar wajahnya tidak terlihat oleh yang lain.

Tio melihat itu semua, karena ia berada di 2 baris setelah Jane. Diam-diam Tio mendengus kesal. 'Udah punya cewek, tapi masih bikin baper anak orang.' batin Tio kesal.

Jane duduk di barisan ketiga, dan ia duduk didekat jendela agar bisa melihat pemandangan luar. Ia berharap bahwa Chandra yang akan duduk disebelahnya, sebagai pecinta drama korea pastinya Jane mengharapkan kejadian romantis seperti yang biasa ia tonton di drama.

Saat merasakan seseorang telah duduk disebelahnya, Jane langsung membalikkan badannya, senyumannya memudar saat melihat Tio yang duduk disebelahnya.

"Lo ngapain duduk disini?" Tanya Jane ketus.

"Pengen aja."

"Pindah sana!"

"Gak mau!"

"Pindah Tioo!!" Jane mendorong tubuh besar Tio, untuk pergi dari bangku disebelahnya.

"Gak mau! Gue pengen disini!"

"Tapi gue gak mau sebangku sama lo! Pindah ke belakang sana!"

"Gak mau Jane! Pelit amat sih lo masalah bangku doang!"

"Bodo amat! Pindah Tio!" Jane semakin kuat mendorong Tio, tapi Tio tetap bertahan di bangkunya.

Chandra dan Andreas masuk kedalam bis setelah memastikan semua anggota sudah memasuki bis. Mereka berdua melihat Jane yang sedang mengusir Tio dari tempat duduknya.

"Kenapa nih?" Tanya Chandra yang membuat Jane akhirnya berhenti mendorong tubuh Tio.

"Dia gak mau pindah kak!" Adu Jane sembari menunjuk Tio.

"Lagian pelit dia bang! Masa tempat duduk aja dipermasalahin." Balas Tio tidak mau kalah.

Chandra dan Andreas tertawa. "Udah gapapa Jane, Tio duduk disebelahmu, daripada kamu ntar duduk sendirian." Ujar Chandra.

Mau tidak mau, Jane mengangguk pasrah.

Melihat Jane yang sudah setuju, Chandra kembali berjalan ke bangkunya yang ada dibelakang bersama senior yang lain.

"Awas... Ntar saling suka tau rasa kalian." Ledek Andreas sebelum pergi menyusul Chandra kebelakang.

Jane mendengus kesal, lalu ia mengeluarkan earphone dari tasnya dan memasangnya di kedua telinganya untuk mendengarkan instrumen piano yang bisa membuatnya tenang.

Tio mengambil sebelah earphone Jane dan memasangnya di telinganya sendiri, sontak Jane meliriknya sinis.

"Hp gue mati." Jelas Tio tanpa ditanya oleh Jane.

"Belum juga sampe, masa udah mati."

"Lupa ngecas semalem, sekarang lagi di cas pake powerbank."

Jane mengangguk paham, setalah itu membiarkan Tio memakai earphonenya. Ia menatap ke luar jendela saat merasakan bisnya sudah mulai berjalan.

Tio juga ikut melihat kearah jendela, tapi entah kenapa matanya malah salah fokus kearah wajah Jane. Tio kembali merasakan perasaan aneh ini lagi. Sebelum terpesona terlalu jauh, Tio segera mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia mencoba bersikap tenang kembali.

'Gue kenapa sih?' Batin Tio gusar.

~•~•~•~

Sampailah mereka di gunung Prau. Satu persatu mulai turun dari bis, begitu juga dengan Jane yang baru bangun tidur saat mereka sampai disana. Jane merenggangkan tubuhnya dan kembali menguap. Saat menguap tiba-tiba saja sepotong roti menyumpal mulutnya yang terbuka.

"Gak baik anak gadis nguap gede-gede. Kemasukan lalat tau rasa lo!" Ujar Tio yang sedang memakan rotinya, setelah mengatakan itu, Tio berjalan mengikuti beberapa anggota lain yang sudah duluan.

Jane menatap punggung Tio kesal, sembari mengunyah roti yang dimasukkan Tio kedalam mulutnya tadi dan berjalan cepat menyusul Tio.

Jane memukul lengan Tio kesal. "Rese lo!" Ujar Jane saat roti dimulutnya sudah habis.

"Sakit woi!" Pekik Tio sembari mengelus lengannya.

Lihat selengkapnya