Seminggu setelah club pecinta alam melakukan perkemahan, Aldi semakin gencar mendekati Jane. Tentu saja hal itu membuat Chanda menjadi semakin possesif menjaga Jane, bahkan Chandra sampai berprilaku sinis ke Aldi.
Aldi pernah nekat menjemput Jane dirumahnya, dan Chandra yang kebetulan juga akan berangkat sekolah tentu saja terkejut. Chandra langsung memaksa Jane untuk berangkat bersamanya daripada bersama Aldi, tapi Jane memilih berangkat sekolah bersama sahabat-sahabatnya menggunakan mobil Tio.
Sebenarnya tidak hanya Aldi yang berusaha mendekatinya, tapi masih banyak lagi. Cuman mereka tidak secara terang-terangan seperti Aldi. Tentu saja mereka merasa tidak percaya diri karena saingan mereka seorang Rizaldi Mahendra, kakak Jane yang merupakan ketua osis yakni Chandra Bagaswara, serta sahabat dekat Jane yang merupakan Bramantio Rajendra Putra.
Rizaldi Mahendra sang playboy dengan visual yang tidak main-main dan juga dompetnya yang tebal, Chandra Bagaswara sang ketua osis yang disegani karena wibawanya, serta Bramantio Rajendra Putra. Siapa yang tidak mengenal keluarga Rajendra di Indonesia ini? Keluarga yang mungkin sudah kaya sejak nenek moyang ini memang selalu menjadi sorotan karena kekayaannya yang tidak ada habisnya dan juga sikap keluarga Rajendra yang dengar-dengar sangat murah hati serta dermawannya.
Jika laki-laki tergila-gila dengan Jane, maka perempuan-perempuan di SMA Erlangga ini iri hati dengan Jane. Jane yang sangat cantik dengan wajah blesterannya, ramah, dan dikelilingi laki-laki tampan disekitarnya. Tapi SMA Erlangga ini tidak seperti sekolah lainnya. Sekolah yang sudah terkenal dengan seleksinya yang tidak mudah ini memang mengutamakan kepintaran otak, jadi tidak ada sistem pembullian dan sok berkuasa karena banyak diantara mereka yang hanya memikirkan masa depan.
Jika kalian masuk kedalam sekolah ini, kalian akan menemukan banyak siswa-siswi yang memakai kacamata dan membawa buku ditangan mereka.
Begitupun Tio.
Tio sudah menyusun masa depannya sejak ia SMP. Kalo anak-anak ditanya kalian ingin jadi apa di masa depan nanti, pasti jawabannya akan berubah-ubah. Sementara Tio sudah menetapkan dirinya untuk menjadi seorang penerus perusahaan keluarganya. Bukan karena paksaan, tapi memang itu keinginannya sejak dahulu. Ditambah ia adalah anak tunggal dikeluarganya, jadi kedua orang tuanya sangat-sangat mendukung impiannya itu.
Kalo kalian baca part sebelumnya pasti kalian berpikir bahwa Tio adalah seorang broken home karena kedua orang tuanya sibuk. Bukan.
Tidak dipungkiri bahwa ia memang merasakan kesepian, tapi kedua orang tuanya juga terus memantaunya dari kejauhan. Mereka juga sering menghubunginya untuk menanyakan kabarnya.
Seperti saat ini, Tio sedang melakukan video call dengan kedua orang tuanya melalui laptopnya. Hari ini memang sedang free class karena guru-guru sedang rapat, jadi ia menghabiskan waktunya di perpustakaan sembari membaca beberapa buku tentang bisnis dan video call dengan kedua orang tuanya.
"Papa denger Reza mutusin buat tinggal sama kamu, bener itu?" Tanya papa Tio.
Tio mengangguk. "Iya pa."
"Bagus deh, kamu jadi ada temennya. Mama sama papa kemarin ketemu sama om Marcell sama tante Rissa, mereka ngasih tau mama sama papa kalo Reza katanya betah tinggal dirumah. Tapi dia gak macem-macem kan?"
"Maksud mama?"
"Ya kan dia udah dewasa Tio, mama takut aja. Nanti dia bawa pengaruh buruk buat kamu gimana? Ya walaupun gak mungkin sih, tapi tetep aja mama khawatir."
Tio tersenyum untuk menenangkan kegelisahan mamanya. "Mama tenang aja. Aku bisa jaga diri. Aku kan laki-laki."
"Iya. Anak laki-laki mama yang sudah dewasa. Bentar lagi udah 17 tahun aja nih, mau kado apa sayang?"
Senyum Tio perlahan menghilang, ia menatap sendu kedua orang tuanya. "Kalo aku mau mama sama papa pulang gimana?"
Terlihat disana kedua orang tua Tio saling bertukar pandang, mereka juga merasakan kerinduan yang sama besarnya dengan Tio. Hampir 3 tahun pisah dari anak semata wayangnya bukanlah hal yang mudah. Kedua orang tuanya yakni, Rafael Rajendra Purnama dan Diana Rachelia Rajendra tentu merasa berat sekali melakukan hal itu. Berulang kali mereka meminta Tio untuk ikut dengan mereka, tapi berulang kali juga Tio menolaknya. Tio ingin tinggal di Indonesia, terutama setelah mengenal keempat sahabatnya, ia jadi semakin tidak ingin meninggalkan tempat tinggalnya saat ini.
"Papa sama mama gak bisa janji sayang... Tapi kita usahakan untuk pulang sebelum ulang tahunmu nanti. Papa sudah siapkan hadiah buat kamu. Pasti kamu suka."
Tio terkekeh. "Jadi makin gak sabar ini mah. Biar aku tebak... Hmm... Mobil?" Tebak asal Tio yang membuat kedua orang tuanya tertawa disana.
"Gak seru banget sih kamu yo. Masa udah tau hadiahnya apa." Ujar mamanya.
Sontak kedua mata Tio membulat tak percaya. "Serius Pa? Ma? Mobil? Mobil yang aku mau?"
Papa Tio memberikan senyuman misteriusnya. "Tunggu aja di garasi mobilmu nanti."
"Kalo memang mobil yang aku mau, thank you so much pa... ma..."
"Berarti kalo bukan mobil, kamu gak seneng?"
Tio nyengir. "Seneng sih. Tapi lebih seneng lagi kalo itu."
"Bisa banget kamu nih."
Tanpa sengaja Tio melihat Jane yang memasuki perpustakaan dengan earphone yang terpasang disebelah telinganya, ia duga Jane ingin memanfaatkan wifi kencang perpustakaan ini untuk mendownload berbagai drama koreanya.
"Jane..." Panggil Tio yang membuat Jane langsung menoleh kearahnya.
"Apa?"
"Sini!"
Jane langsung berjalan menghampiri Tio, ia melihat kearah laptop Tio yang menampilkan wajah kedua orang tua Tio. Sontak Jane langsung duduk disebelah Tio, melepas earphonenya sendiri, lalu mengambil sebelah earphone Tio agar bisa ikut berkomunikasi dengan kedua orang tua Tio.
"Hallo tante Diana... Om Rafa..."
Kedua orang tua Tio tersenyum. "Hai Jane... Makin cantik aja ya kamu." Puji mama Tio yang membuat Jane tersenyum malu dan wajahnya memerah.
"Ah tante bisa aja... Aku jadi malu, hehehe. Om, tante apa kabar?"
"Baik Jane... Kamu sendiri gimana? Keluargamu juga gimana? Om denger dari manager hotel Jakarta kalo masakan mamamu itu selalu jadi best seller di hotel loh. Bahkan hotel cabang lain juga minta masakan mamamu buat di menu mereka."
"Aku juga baik om... Iya tuh, mama selalu banggain itu didepan aku sama papa. Sampe-sampe kita berdua bosen dengernya, hehehe."
"Tapi bener deh Jane... Kamu makin gede malah makin cantik dan manis ya. Udah punya pacar belum nih?" Tanya papa Tio dengan nada bercanda seperti biasa.