Eerste Liefde

Athena Venus
Chapter #13

CHAPTER 13 | KEJADIAN DI YOGYAKARTA

Setelah perjuangan Chandra meminta maaf ke Jane, akhirnya Jane memaafkannya asal mereka tetap terus kontakan selama Chandra disana, tentu saja Chandra menyanggupinya karena memang Jane sudah seperti adiknya sendiri, ia pasti akan rindu dengan sifat manja Jane yang selalu dia tunjukkan kepadanya.

Hari ini adalah hari dimana Chandra dan keluarga harus pindah ke Yogyakarta. Jane sekeluarga serta sahabat-sahabatnya ikut mengantar Chandra sekeluarga ke bandara. Sedari tadi mereka berangkat sampai mereka sampai di bandara Jane tidak mau melepaskan genggamannya di lengan Chandra. Hingga suara panggilan penumpang pesawat menuju Yogyakarta yang berarti pesawat dari Chandra dan sekeluarga terdengar.

"Jane... Lepasin kakaknya sayang..." Ujar mama Jane membujuknya, tapi Jane tetap menggenggam lengan Chandra erat.

Kedua orang tua Chandra dan Jane menatap anak-anak mereka terharu. Mereka bukan kakak-adik kandung, tapi seperti layaknya saudara kandung, mereka saling menyayangi satu sama lain. Itulah pikir kedua orang tua Jane dan Chandra.

Papa Jane menghampiri anaknya, ia mengelus rambut Jane lembut. "Ayo Jane... Nanti kak Chandra bisa ketinggalan pesawat, kamu mau kakak gak kuliah emangnya?" Ujar papa Jane lembut, hal itu membuat tangis Jane yang ia tahan daritadi pecah. Jane langsung memeluk Chandra erat, tentu saja langsung dibalas oleh Chandra.

"Nanti kakak telfon Jane kalo udah sampai sana, oke? Jangan nangis dong..." Bujuk Chandra.

Akhirnya Jane melepas pelukannya, tapi masih dengan air mata yang mengalir, Jane berbalik memeluk papanya. Ia tidak mau melihat kepergian Chandra dan keluarganya.

Chandra tersenyum maklum, ia dan sekeluarga pamit kepada orang tua Jane dan sahabat-sahabat Jane yang lain.

Setelah Chandra dan keluarganya pergi. Mereka semua menuju mobil, papa Jane berjanji ingin mentraktir mereka semua makan siang di mall terdekat.

Seperti biasa, Jane yang kalau sudah menangis susah untuk berhenti. Jane masih menangis di dalam mobil ia menangis dipelukan Alya.

"Ayolah sayang... Udah mau sampe nih, kamu mau diliatin orang-orang karena nangis begini? Berhenti ya nangisnya." Pinta mama Jane dengan lembut tentu saja.

Tio menyerahkan tisu yang berada dihadapannya ke Jane, menyuruh Jane untuk mengelap air matanya dan ingusnya. Sudah merasa mendingan, Jane mengulurkan tangannya kearah Alya.

Alya menyerit bingung. "Apa?"

"Yang tadi gue titipin ke lo." Ujar Jane dengan suara seraknya.

"Ah... Itu..." Alya yang mengingat itu langsung menggeledah tasnya, lalu memberikan kacamata coklat yang tadi Jane minta Alya untuk bawa.

"Lo bawa kacamata?" Tanya Randy takjub. Randy dan Kevin yang duduk dibelakang tentu melihat apa yang diberikan Alya ke Jane.

Jane mengangguk. "Gak lucu kali kalo gue ke mall mata gue bengkak kayak gini. Walaupun sedih, tetep perhatiin penampilan lah."

Mendengar ucapan Jane, semua yang ada di mobil terkekeh geli.

~•~•~•~

Sudah 2 bulan Chandra memulai dunia perkuliahan di Yogyakarta. Begitupun Jane dan kawan-kawan yang sekarang sudah menginjak kelas 2 SMA.

Mereka pikir dengan tidak adanya Chandra, mereka bisa mendekati Jane. Tapi ternyata mereka salah, Jane dan Alya memiliki 3 laki-laki penjaga. Siapa lagi kalo bukan Randy, Tio, dan Kevin.

Memang Randy, Tio, dan Kevin tidak melarang secara terang-terangan. Tapi mereka sendiri yang sudah minder saat ingin mendekati Jane atau Alya, karena ketiga sahabat laki-lakinya itu selalu ada disisi mereka dimanapun itu, kecuali toilet tentunya.

Saat ini mereka berlima sedang berada di kantin sekolah, ini bukan jam istirahat. Tapi jadwal mereka adalah olahraga dan yang sudah selesai praktek dibolehkan untuk membeli minuman atau makanan.

Alya mengambil kipas Jane lalu mengarahkannya ke lehernya yang berkeringat. Jane yang biasanya akan menggerutu sekarang tidak, karena sudah hafal dengan kelakuan Alya yang satu ini. Jadi ia membawa dua kipas.

Sementara Kevin, Tio, dan Randy sedang membeli makanan dan minuman untuk mereka berlima.

"Lo tau gak? Gue punya berita nih..." Ujar Randy yang baru saja datang meletakkan pesanan mereka di atas meja. Kevin dan Tio duduk dihadapan Alya dan Jane, sementara Randy duduk disebelah Jane.

"Berita apa?" Tanya Alya sembari mengambil saos untuk baksonya.

"Kelas 11 bakalan camping di Yogya."

Jane yang baru saja ingin menyuapkan baksonya langsung menghentikan gerakannya saat mendengar kalimat 'Yogya'. "Kata siapa lo Ran?" Tanya Jane yang mulai tertarik, ia bahkan mengabaikan baksonya padahal tadi yang mengeluh lapar adalah dirinya.

"Gisel."

"Cewek baru lo itu?" Tanya Kevin.

Randy mengangguk. "Kalian tau sendiri kan kalo Gisel itu anak osis, nah katanya dia dapet bocoran dari pembina osis. Katanya juga murid yang lain belum boleh tau dulu, sebelum kepsek yang kasih tau."

Tio menyerit bingung. "Kok dia ngasih tau lo? Lo juga ngasih tau kita."

Randy berdecak. "Ya karena gue cowoknya lah... Trus juga kalian kan sahabat gue, gak mungkin kan kalian nyebarin ke orang-orang. Lagian juga biar ada yang seneng." Ujarnya sembari melirik Jane yang sudah menyunggingkan senyumannya.

"Lo masih hubungan sama bang Chandra Jane?" Tanya Alya.

Jane mengangguk dengan senyuman yang masih tidak luntur itu. "Hampir setiap hari kita masih telfonan, ngobrolin hal-hal yang kita lakuin seharian ini."

"Bentar lagi ulang tahun lo yang ke 17 yo, mau dirayain kayak gimana nih?" Tanya Kevin untuk mengalihkan pembicaraan, Kevin sadar bahwa Tio pasti tidak suka mendengar Jane yang bercerita mengenai hubungannya dengan Chandra itu.

"Gak tau. Belum kepikiran."

" Seriously? Udah tinggal sebulan lagi yo! Sweet Seventeen tuh cuman sekali seumur hidup!" Ujar Jane tak percaya.

"Nantilah. Belum mau mikirin itu gue."

Randy mengangguk setuju. "Tio mah bikin pesta sehari sebelumnya juga bisa Jane."

"Iya juga sih... Pokoknya kalo perlu saran atau apapun itu, kasih tau aja ke kita. Secara kan lo duluan nih yang sweet seventeen daripada kita-kita." Ujar Jane yang dibalas anggukan oleh Tio.

"Semuanya yang dikantin! Ayo ke ruang auditorium! Disuruh kumpul sekarang!" Ujar seorang siswa yang baru saja datang ke kantin. Setelah mengatakan itu, siswa itu berlari menuju auditorium.

Mendengar ucapan siswa itu, semua yang ada dikantin segera mengikuti siswa tadi menuju auditorium. Sesampainya di auditorium, ternyata siswa/siswi kelas 11 yang lain juga sudah berkumpul didalamnya.

Lihat selengkapnya